HUBUNGAN
POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA
GENENGSARI TAHUN AJARAN 2016/2017
PROPOSAL
TESIS
Diajukan Kepada
Program Studi
Magister Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister
Administrasi Pendidikan
Oleh:
SRI WAHYUNI
Q 100 160 080
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
PERNYATAAN
Saya yang
bertandatangan di bawah ini,
Nama : Sri Wahyuni
NIM :Q100 160 080
Program : Magister Administrasi Pendidikan (MPd)
Judul Tesis : HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B
DI TK DHARMA WANITA GENENGSARI TAHUN AJARAN 2016/2017
Menyatakan dengan
sebenarnya bahwa proposal tesis yang saya serahkan
ini benar-benar hasil karya saya sendiri dan bebas plagiat karya orang lain,
kecuali yang tertulis diacu/dikutip dalam naskah dan disebutkan pada daftar
pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti tesis ini hasil plagiat,
saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi sesuai
peraturan yang berlaku.
Surakarta, Desember 2016
Yang membuat
pernyataan,
Sri Wahyuni
Q100 160 080
Usulan Penelitian
HUBUNGAN
POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA
GENENGSARI TAHUN AJARAN 2016/2017
Diajukan
Oleh:
SRI
WAHYUNI
Q100 160 080
Telah
Disetujui Oleh:
Pembimbing
Prof. Dr. Bambang Setiaji
NIK
Tanggal
Persetujuan: Desember 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. 1
A. JUDUL TESIS............................................................................................. 2
B. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang.................................................................................................. 2
2. Identifikasi
Masalah......................................................................................... 4
3. Pembatasan Masalah......................................................................................... 4
4. Rumusan Masalah............................................................................................. 5
5. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 5
6. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 5
C. TINJAUAN PUSTAKA
1.
Kajian Teori
a.
Perilaku Sosial
1)
Pengertian Perilaku Sosial....................................................................... 6
2) Bentuk-bentuk Perilaku
Sosial................................................................ 6
3) Kompetensi Dasar Perilaku Sosial Anak ................................................ 8
4) Pekembangan Perilaku Sosial Anak........................................................ 10
5) Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Perilaku Sosial................... 12
b.
Pola Asuh Orang Tua
1)
Pengertian Pola Asuh Orang Tua ........................................................... 13
2) Tipe-tipe Pola
Asuh Orang Tua .............................................................. 14
3) Pola Asuh Demokratis ............................................................................ 14
4)
Peran Pola Asuh Demokratis Terhadap Perilaku Sosial
Emosi Anak .... 15
2.
Penelitian Relevan............................................................................................... 16
3. Kerangka
Berfikir............................................................................................. 17
4.
Hipotesis........................................................................................................... 18
D. METODE PENELITIAN
1.
Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................... 19
2.
Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................ 19
3.
Populasi, Sampel, dan Sampling.................................................................... 20
4.
Variabel Penelitian......................................................................................... 21
5.
Metode Pengumpulan Data............................................................................ 22
6.
Teknik Analisis Data...................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 28
HUBUNGAN
POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA
GENENGSARI TAHUN AJARAN 2016/2017
PROPOSAL
TESIS
Diajukan Kepada
Program Studi
Magister Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister
Administrasi Pendidikan
Oleh:
SRI WAHYUNI
Q 100 160 080
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
A.
JUDUL TESIS
HUBUNGAN
POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA
GENENGSARI TAHUN AJARAN 2016/2017
B.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan langkah awal dalam pendidikan
yaitu untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan anak usia dini
mengembangkan beberapa aspek diantaranya kognitif, bahasa, motorik halus,
motorik kasar, nilai agama dan moral, seni, serta sosial, dan emosional.
Aspek-aspek tersebut sangatlah penting dalam mengoptimalkan perkembangan anak.
Untuk mewujudkan pendidikan anak usia dini yang bersumber daya
berkualitas maka diperlukannya lingkungan yang baik dalam pelaksanaan
pendidikan anak usia dini yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah. Lingkungan
keluarga merupakan lingkungan yang paling berperan dalam pembentukan
kepribadian, mengembangkan potensi, karakter anak. Lingkungan keluarga yang
terdiri dari orang tua mempunyai peran terpenting dalam pembentukan perilaku
anak, karena pendidikan yang paling utama yang didapatkan anak dari keluarga. Keluarga
merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia, tempat belajar
dan menyatakan diri sebagai manusia sosial didalam hubungan interaksi dengan
kelompoknya Gerungan (1999: 180).
Orang tua sebagai guru yang utama dalam kehidupan awal seorang anak
mereka merupakan model yang dicontoh oleh anak. Orang tua memiliki peran yang
sangat penting dalam memberikan pendidikan kepada anaknya. Dalam pengembangan
pribadi anak peranan orang tua sangat penting yang dapat terwujud melalui
penerapan pola asuh yang tepat. Sehingga pentingnya pola asuh orang tua dalam
keluarga dalam upaya untuk mendidik anak Djamarah (2014:
2)
Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua memperlakukan anak,
mendidik, merawat, memberikan kasih sayang, membimbing, dan mendisiplinkan anak
dalam mencapai proses kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang
diharapkan masyarakat. Pola asuh orang tua berperanan penting bagi pembentukan perilaku
sosial anak, karena orang tua sebagai peletak dasar kemampuan pertama bagi
anak.
Menurut Bety Bea (2012: 170) pola asuh ada tiga macam yaitu :
Authotarian, Permisif, Authoritative. Masing-masing pola asuh mempunyai
ciri-ciri dan dampak bagi anak. Orang tua berperan sebagai mediator antara anak
dengan lingkungan sekolah, teman sebaya, orang dewasa. Perilaku seorang anak
tercermin dari pola asuh yang diberikan orang tua sehingga ada hubungan yang
erat antara orang tua dan perilaku anak.
Perilaku sosial adalah perilaku yang dilakukan agar menguntungkan
atau menyenangkan orang lain tanpa keinginan
diberi hadiah, menurut Bar-Tal dalam
Susanto (2011: 138). Perilaku sosial adalah perilaku yang dilakukan sebelum
bertindak yang bertujuan untuk menyenangkan dan membantu orang lain tanpa keinginan
diberi hadiah. Perilaku sosial sangatlah penting karena anak berperilaku sesuai
dengan yang diinginkan dan membantu orang lain sehingga perilaku anak bisa
diterima oleh masyarakat dan sebagai hasilnya diterima anggota kelompok sosial
lainnya.
Anak yang mengikuti pendidikan pra sekolah dapat melakukan
penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak
mengikuti pendidikan pra sekolah (Hurlock terjemahan Meitasari, 1998: 261). Anak-anak
di TK Dharma Wanita Genengsari dituntut untuk berperilaku saling menghormati,
menyayangi, saling membantu dengan teman, mentaati peraturan sekolah dalam
kehidupan sosial anak di sekolah. Namun kenyataannya tidak demikian, sebagian
anak di TK Dharma Wanita Genengsari saling menghormati dengan guru dan teman
belum ada, sering bertengkar, senang menyendiri, tidak perduli dengan orang
lain, berebut mainan dan sulit untuk melakukan penyesuaian perilaku sosial,
Anak-anak di TK Dharma Wanita Genengsari dengan pola asuh yang
berbeda-beda memiliki perilaku yang sangat beragam. Hal ini terlihat dari
adanya perilaku yang dimunculkan anak pada saat berinteraksi dimana anak dapat
bersosialisasi, bekerja sama, bersikap ramah, menunjukkan rasa empati, simpati
menghargai teman, mau berbagi pada saat disekolah. Ada juga anak yang
berperilaku sosialnya cukup baik tetapi anak tersebut sulit untuk
bersosialisasi dengan teman lainnya selama disekolah.
Berdasarkan permasalahan diatas perbedaan perilaku sosial anak di
TK Dharma Wanita Genengsari dan perbedaan pola asuh yang diterapkan orang tua,
agar terbukti pola asuh orang tua menjadi penyebab perilaku sosial terhadap
anak mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan
Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Sosial Anak Kelompok B Di TK Dharma Wanita
Genengsari Tahun Ajaran 2016/2017.
2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas,
maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :
a.
Pola asuh orang tua yang beragam, diantaranya pola asuh otoriter,
pola asuh demokratis, pola asuh permissive.
b.
Perilaku sosial menurut Hurlock (dalam Ali Nugraha,2006: 2.19)
diantaranya: kerjasama, persaingan, pemurah hati, hasrat akan penerimaan
sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, meniru.
c.
Adanya perbedaan perilaku sosial antara anak yang satu dengan anak
yang lainya ketika di sekolah.
3.
Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini efektif, efisien, terarah, fokus pada subjek
dan objek yang diteliti serta jangkauannya tidak terlalu luas, maka perlu
adanya pembatasan masalah. Maka masalah pada proposal ini dibatasi pada :
a.
Pola asuh orang tua difokuskan pada pola asuh yang demokratis.
b.
Perilaku sosial anak dalam penelitian ini adalah perilaku yang
dimunculkan saat di sekolahan.
4.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan yaitu :
“Apakah terdapat hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku
sosial anak Kelompok B di TK Dharma Wanita Genengsari Tahun Ajaran 2016/2017?”
5.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang
tua dengan perilaku sosial anak kelompok B di TK Dharma Wanita Genengsari Tahun
Ajaran 2016/2017.
6.
Manfaat Penelitian
a.
Secara Teoritis
1)
Sebagai suatu karya ilmiah maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi pengetahuan khususnya bagi Pendidikan Anak Usia Dini
bahwa pola asuh orang tua mempunyai hubungan terhadap perilaku sosial emosi
anak.
2)
Sebagai bahan pertimbangan dan bahan masukan untuk meneliti
permasalahan lain atau sebagai referensi lain terhadap penelitian yang hampir
sama atau sejenis.
b.
Secara Praktis
1)
Bagi Orang Tua
a)
Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pola asuh orang tua
serta dapat mengembangkan perilaku sosial anak sejak dini.
b)
Sebagai rujukan dalam memberi saran kepada orang tua dalam mengembangkan
perilaku sosial anak.
2)
Bagi guru
Membantu mempermudah guru dalam mengembangkan program-program
pembelajaran dengan memperhatikan perilaku sosial anak.
3)
Bagi sekolah
a)
Dapat mengembangkan komunikasi dengan orang tua mengenai sosial
anak dalam keluarga sehingga memperkaya perilaku sosial anak di sekolah.
b)
Sebagai masukan pada sekolah tentang perlunya penyusunan program
sekolah dan pembelajaran dengan memperhatikan pola asuh orang tua dalam rangka
menumbuhkan perilaku sosial anak.
C.
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Kajian Teori
a.
Perilaku Sosial
1)
Pengertian Perilaku Sosial
Perilaku sosial merupakan suatu proses dimana individu (terutama)
anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama
tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta belajar bergaul
dengan tingkah laku, seperti orang lain didalam lingkungan sosialnya menurut
Loree 1970 dalam Ali Nugraha (2006: 1.18).
Dengan demikian perilaku sosial adalah aktivitas seseorang yang
dapat diamati oleh orang lain atau situasi yang dihadapi yang berkaitan dengan
sosial kemasyarakatan. Dapat dikatakan bahwa perilaku sosial merupakan
tindakan-tindakan yang berkaitan dengan segala perbuatan yang secara langsung
dihubungkan dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.
2)
Bentuk-bentuk Perilaku Sosial
Menurut Hurlock dalam Ali Nugraha (2006: 2.19-2.20) mengemukakan
beberapa pola perilaku dalam situasi sosial pada awal masa kanak-kanak,
sebangai berikut :
a)
Kerja Sama
Belajar anak melalui bermain, dengan bekerja sama memberi
kesempatan anak berinteraksi dengan orang lain dan melatih keterampilan anak
secara nyata dalam kehidupannya
b)
Persaingan
Persaingan dapat mengakibatkan perilaku baik atau buruk pada anak.
Persaingan yang baik akan berakibat terhadap pengelolaan motivasi dan prestasi yang baik, namun jika persaingan
sehingga menimbulkan pertengkaran dan kesombongan akan mangakibatkan
sosialisasi yang buruk.
c)
Kemurahan Hati
Kemurahan hati merupakan perilaku kesediaan untuk berbagi dengan
anak lain. Perilaku ini banyak disukai oleh lingkungan dan menghasilkan
penerimaan sosial yang baik.
d)
Hasrat akan Penerima Sosial
Anak memiliki dorongan untuk untuk melakukan penyesuaian sosial
secara baik agar dapat diterima di lingkungan sosial.
e)
Simpati
Anak mengekspresikan perasaan simpati dengan membantu dan menghibur
orang lain yang bersedih, kerena anak belum mampu mengekspresikan simpati yang
sebenarnya.
f)
Empati
Merupakan kemampuan meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain
serta mampu memahami ekspresi wajah orang yang mengajaknya berbicara.
g)
Ketergantungan
Anak membutuhkan bantuan, perhatian, dan dukungan orang lain dan
membuat anak berperilaku yang dapat diterima di lingkungannya.
h)
Sikap Ramah
Anak menunjukan sikap ramah dengan saling membantu orang lain dan
menunjukkan kasih sayang.
i)
Meniru
Anak-anak melakukan peniruan terhadap orang-orang yang diterima
baik oleh lingkungannya, karena melalui meniru anak dapat belajar.
j)
Perilaku Kelekatan
Anak merasakan perilaku kelekatan dan penuh kasih sayang bersama
ibu dan orang lain yang dia anggap nyaman, anak mengembangkan perilaku ini
untuk membina hubungan yang baik dengan anak lain.
3)
Indikator Perilaku Sosial
Kompetensi dasar perilaku sosial anak yang diambil oleh peneliti
adalah penjabaran dari Indikator menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
No.58 tahun 2009, pada anak kelompok B :
a)
Kerjasama
Anak mampu belajar bermain atau bekerja sama hingga usia empat
tahun. (Eprilia, 2011: 44). Adapun beberapa penerapan kerjasama dalam kegiatan
disekolahan adalah:
1.
Anak dapat membereskan mainanya secara bersama-sama.
2.
Anak bekerjasama dengan teman dalam kelompok ketika belajar
disekolahan.
3.
Anak belajar membuat keputusan secara bersama dalam kelompoknya.
4.
Anak mengajak temannya untuk bermain bersama.
5.
Anak menunjukkan kegembiraan ketika bermain bersama teman-teman.
b)
Simpati
Anak mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong atau
menghibur seseorang yang sedang sedih (Eprilia, 2011: 45). Adapun beberapa
penerapan kerjasama dalam kegiatan disekolahan adalah:
1.
Anak meminjamkan mainannya kepada temannya.
2.
Anak menghibur temannya yang sedang sedih.
3.
Anak meminta maaf ketika melakukan kesalahan.
4.
Anak menawarkan bantuan ketika ada teman yang kesulitan.
5.
Anak membantu temannya yang tidak bisa membuka tas.
6.
Anak memberi maaf kepada temannya.
c)
Empati
Anak meletakkan diri sendiri dalam posisi orang lain serta
menghayati pengalaman orang tersebut (Eprilia, 2011: 45). Adapun beberapa
indikatornya adalah:
1.
Anak mau mengalah dengan teman yang lain.
2.
Anak memuji hasil karya orang lain.
3.
Anak memberi senyum kepada anak yang lain.
4.
Anak bersyukur atas hasil sendiri.
5.
Anak mau mendengarkan cerita teman.
6.
Anak menunjukkan ekspresi senang melihat hasil karya teman.
d)
Hasrat akan Penerima Sosial
Anak memiliki hasrat yang kuat akan penerimaan sosial yang
mendorong anak melakukan penyesuaian sosial secara baik (Eprilia, 2011: 45).
Adapun beberapa indikatornya adalah:
1.
Anak mau diajak teman bermain.
2.
Anak mampu berinteraksi dengan temannya tanpa membeda-bedakan.
3.
Anak mudah menyesuaikan lingkungan.
4.
Anak mudah mendapat teman.
e)
Sikap Ramah
Anak memperlihatkan sikap ramah dengan cara melakukan sesuatu
bersama orang lain, membantu teman, dan menunjukkan kasih sayang menurut
Hurlock dalam Ali Nugraha (2006: 2.19-2.20). Adapun beberapa indikatornya
adalah:
1.
Anak mampu berkomunikasi baik dengan teman.
2.
Anak mau berperilaku sopan dengan anak yang lain.
3.
Anak murah senyum.
f)
Perilaku Kelekatan
Peilaku kelekatan muncul
berdasarkan pengalamannya pada masa bayi, anak merasakan kelekatan yang hangat
penuh cinta dan kasih bersama ibunya, anak mengembangkan sikap ini untuk
membina persahabatan dengan anak lain, menurut Hurlock dalam Ali Nugraha (2006:
2.19-2.20). Adapun beberapa indikatornya adalah:
1.
Anak mampu mencari teman yang sesuai dengan keinginannya.
2.
Anak dapat membina hubungan yang baik dengan teman.
3.
Anak mempunyai banyak teman.
4)
Perkembangan Perilaku Sosial Anak
Perkembangan perilaku sosial anak dibentuk sejak dini dan
lingkungan dimana anak tinggal berpengaruh terhadap perilaku yang dimunculkan
anak. Pendidikan yang paling utama yaitu lingkungan keluarga, lingkungan
keluarga berperan dalam perkembangan anak.
Menurut Ali Nugraha (2006: 2.16) perkembangan perilaku sosial anak
mengikuti pola yaitu, urutan perilaku sosial yang teratur, dimana pola tersebut
sama untuk setiap anak secara normal. Pada dasarnya semua anak menempuh tahapan
sosialisasi, tetapi kurangnya kesempatan anak untuk bergaul secara baik dengan
orang lain dapat menghambat perkembangan sosialnya.
Menurut Ali Nugraha (2006: 2.16-2.18) karakteristik perkembangan
perilaku sosial anak terdiri dari :
a)
Periode Bayi
1-2
Bulan
|
Belum mampu
menggerakkan objek dan benda.
|
3
bulan
|
1.
Otot mata sudah dan mampu melihat pada orang atau objek dan
mengikuti
2.
Gerakan, telinga sudah mampu membedakan suara. Mulai mampu
membedakan objek dan orang, siap untuk belajar menjadi manusia sosial.
3.
Senyum sosial (social smiles) apabila oarang yang dikenalkan
datang dan menangis apabila ditinggal.
|
4
bulan
|
Memperlihatkan
tingkah laku, memperhatikan apabila ada orang yang bicara, membuat
penyesuaian dengan tertawa padanya.
|
4-6
bulan
|
Tersenyum
dengan bayi lain.
|
5-6
bulan
|
Bereaksi
berbeda terhadap suara yang ramah dan tidak.
|
7
bulan
|
Kadang-kadang
agresif, menjambak, mencakar fan sebagainya.
|
|
|
1-2
bulan
|
Belum mampu
membedakan objek dan benda.
|
6-8
bulan
|
Memegang,
melihat, merebut benda dari bayi lain.
|
7-9
bulan
|
Mengukuti
suara-suara, tingkah laku yang sederhana.
|
9-13
bulan
|
Meniru suara,
mengeksplorasi bayi lain, menjambak, dan sebagainya. Bisa bermain tanpa
komunikasi.
|
12
bulan / 1 tahun
|
Mengenal larangan.
|
13-18
bulan
|
Mulai minat
terhadap bayi lain.
|
15
bulan
|
Memperlihatkan
minat yang tinggi terhadap orang dewasa dan selalu ingin dekat serta mutasi
dengan mereka.
|
24
bulan (2 tahun)
|
Dapat
membentu melakukan aktivitas sederhana. Menggunakan permainan sebagai alat
untuk hubungan sosial. disini mereka bermain bersama, tetapi tidak ada
interaksi –salutary a paralel play.
|
b)
Periode Prasekolah
Ciri-ciri sosialisasi periode prasekolah sebagai berikut :
1.
Membuat kontak sosial dengan orang diluar rumahnya.
2.
Disebut dengan pregang age karena anak prasekolah berkelompok belum
mengerti arti dari sosialisasi yang sebenarnya. Anak menyesuaikan diri dengan
harapan lingkungan sosial.
3.
Hubungan dengan orang dewasa.
Anak selalu ingin dekat dengan orang dewasa baik dengan orang tua
dan guru, mereka selalu berusaha untuk berkomunikasi dan mencari perhatian
orang dewasa.
4.
Hubungan dengan teman sebaya.
5.
Anak berumur 3-4 tahun mulai bermain bersama (cooperative play).
Mereka mulai mengobrol selama bermain, memilih teman untuk bermain, dan
mengurangi tingkah laku bermusuhan.
c)
Periode Usia Sekolah
Pada periode ini minat anak terhadap kelompok makin besar, mulai
mengurangi keikutsertaannya pada aktivitas keluarga. Anak membentuk kelompok
(gang) pada periode ini sehingga disebut gang age, peranan teman pada
tahap ini sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak.
5)
Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku Sosial
Faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku sosial pada anak
menurut Gerungan (1999: 181) yaitu :
a)
Status Sosio-ekonomi
Pengaruh latar belakang sosial-ekonomi yang paling menguntungkan
bagi perkembangan sosial anak-anak ialah status sosial ekonomi yang menengah
saja, kecuali anak lambat dalam menyesuaikan diri dengan tugas pekerjaan baru.
Latar belakang sosial ekonomi yang sangat tinggi dan yang sangat rendah dapat
merupakan handicap sosial bagi perkembangan anak.
b)
Keutuhan Keluarga
Ketidak utuhan keluarga mempunyai pengaruh-pengaruh negatif
terhadap perkembangan sosial pada anak sebagai wujud ketidakutuhan tersebut
dapat berpengaruh pada prestasi anak yang menurun dan pola tingkah laku anak.
Keluarga yang utuh akan berpengaruh lebih baik daripada ketidakutuhan keluarga.
c)
Sikap dan Kebiasaan Orang Tua
Sikap dalam orang tua mendidik akan berpengaruh terhadap
perkembangan anak termasuk perilaku sosial anak. Sikap dan kebiasaan orang tua
berikan sebagai wujud dalam pola asuh yang diberikan orang tua kepada anak.
d)
Status Anak
Peranan status anak tunggal cenderung berpengaruh negatif pada
perkembangan anak dibandingkan status anak sulung, sedangkan peranan status
anak sulung kurang aktif dan kurang berusaha dibandingkan dengan anak yang
kedua dan berikutnya.
b.
Pola Asuh Orang Tua
1)
Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Menurut Camini dalam Bety Bea (2012: 162) bahwa pola asuh orang tua
adalah bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing, dan
mendisiplinkan anak dalam mencapai proses kedewasaan hingga pada upaya
pembentukan norma-norma pada umumnya.
Dengan demikian pola asuh orang tua adalah keseluruhan interaksi antara
orangtua dengan anak dengan menjaga, merawat, dan mendidik, dengan menstimulasi
anaknya, mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap
paling tepat oleh orangtua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang
secara sehat dan optimal.
2)
Tipe-tipe Pola Asuh Orang Tua
Orang tua menggunakan pola asuh yang berbeda-beda dalam menamkan
nilai-nilai positif yang diharapkan kepada anak. Pola asuh yang orang tua
berikan memberi dampak dalam perkembangan perilaku sosial anak. Keberhasilan
orang tua mendidik tergantung dari bagaimana cara yang orang tua memberikan
perlakuan kepada anak-anaknya. Sehingga perlu adanya pengetahuan mengenai
tipe-tipe pola asuh orang tua.
Menurut Bety Bea (2012: 170-171) bahwa tipe-tipe pola asuh ada tiga
macam yaitu :
a)
Authotarian
Pola ini menggunakan pendekatan yang memaksakan kehendak orang tua
kepada anak. Anak harus menurut kepada orang tua keinginan orang tua harus
dituruti, anak tidak boleh mengeluarkan pendapat.
b)
Permisif
Orang tua serba membolehkan anak berbuat apa saja. Orang tua penuh kehangatan,
dan menerima apa adanya. Kehangatan cenderung memanjakan ingin menuruti
keinginannya. Sedangkan menerima apa adanya cenderung memberikan kebebasan
kapada anak untuk berbuat apa saja.
c)
Authoritative
Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak. Dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan permasalahan tentang anak orang tua berbicara
bersama anak-anak dengan baik.
3)
Pola Asuh Demokratis
Menurut Baumrind (dalam Nur Dian Oktafiany, 2013:7) Authoritative
Parenting (Pola asuh demokratis) merupakan pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan
pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau
pemikiran-pemikiran.
Dengan demikian pola asuh demokratis merupakan upaya memonitoring
perilaku anak menggunakan disiplin penataran, orang tua mendorong anak untuk
mengambil keputusan secara negosiasi dengan orang tuanya dan belajar dari
pengalaman mereka, orang tua sangat memelihara dan memperlakukan anak dengan
kebaikan rasa hormat kasih sayang. Anak dari orang tua demokratis cenderung
kompeten secara sosial, bertanggung jawab dan mandiri.
Beberapa ciri dari tipe pola asuh demokratis menurut Syaiful Bahri
(2014: 61) adalah sebagai berikut :
a)
Dalam proses pendidikan anak selalu bertitik tolak dari pendapat
bahwa manusia itu adalah mahluk yang termulia didunia.
b)
Orang tua selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan
pribadi dengan kepentingan anak.
c)
Orang tua senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritikan dari
anak.
d)
Mentolerir ketika anak membuat kesalahan dan memberikan pendidikan
kepada anak agar jangan berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya
kreativitas, inisiatif dan prakarsa dari anak.
e)
Lebih menitik beratkan kerja sama dalam mencapai tujuan.
f)
Orang tua selalu berusaha untuk menjadikan anak lebih sukses
darinya.
4)
Peran Pola Asuh Demokratis Terhadap Perilaku Sosial Anak
Menurut Riyanto dalam Maryati (2014) dalam mengasuh
anak orang tua
bukan hanya mampu mengkomunikasikan fakta, gagasan, dan
pengetahuan saja, melainkan membantu menumbuh kembangkan kepribadian anak. Orangtua dengan
tipe ini mereka membiarkan
anak-anak mereka menentukan keputusan sendiri dan mendorong mereka untuk
membangun kepribadian dan juga minat khas mereka sendiri.
Dengan demikian peran pola asuh orangtua demokratis terhadap
perilaku sosial anak adalah orang tua mendorong anak untuk bebas mengeksplor
perilaku sosial akan tetapi orang tua memberikan batasan dalam mengendalikan tindakan-tindakan
anak yang akan dilakukan yang sebelumnya sudah dibicarakan secara bersama.
2.
Penelitian Relevan
Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian lain yang dapat
dijadikan sebagai titik tolak dalam mengadakan penelitian. Penelitian ini menggunakan
data penelitian terdahulu sebagai telaah pustaka yang berkaitan dengan
penelitian ini diantaranya :
Penelitian yang dilakukan oleh Dyah Setyawati Wulandari (2011)
menyimpulkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh
orang tua (X) dengan perilaku sosial anak (Y). Hasil analisis product moment
diperoleh berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku sosial. Dilihat dari
besarnya koefisien korelasi tersebut hubungan pola asuh orang tua dengan
perilaku sosial anak termasuk sangat tinggi.
Penelitian yang dilakukan Ismilawati (2013) menyimpulkan bahwa ada
hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh orang tua dengan
kemandirian makan. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan analisis korelasi
diperoleh = 0,937 dan taraf signifikansi 0,000(p<0,05)
yaitu semakin demokratis pola asuh orang tua maka kemandirian makan anak
semakin baik.
Penelitian yang dilakukan Silvianingtyas (2014)
menyimpulkan bahwa ada hubungan sangat signifikan arata pola asuh orang tua dan
kedisiplinan anak. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan analisis korelasi
diperoleh = 0,72
dan taraf signifikansi 0,05 menunjukkan bahwa = 0,254 > atau
0,72 > 0,254 pada taraf signifikasi 0,05 diperoleh iji signifikasi 7,9, =7,9≥ =1,671 jadi di tolak artinya korelasi signifikan.
Tabel
: Perbandingan Penelitian Sekarang dan Sebelumnya
No
|
Variabel
Nama Peneliti
|
X
|
Y
|
1.
|
Dyah
Setyawati Wulandari (2011)
|
Pola asuh
orang tua
|
Perilaku
sosial anak
|
2.
|
Ika Ardiana
Ismilawati (2013)
|
Pola asuh
orang tua
|
Kemandirian
makan anak
|
3.
|
Devita Ayu
silvianigtyas (2014)
|
Pola asuh
orang tua
|
Kedisiplinan
anak
|
4.
|
Peneliti
|
Pola asuh
orang tua (demokratis)
|
Perilaku
sosial anak
|
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang
bahwa penelitian yang terdahulu menemukan hubungan yang signifikan antara pola
asuh orang tua dengan perilaku sosial anak, pola asuh orang tua dengan
kemandirian makan anak, pola asuh orang tua dengan kedisiplinan anak. Sedangkan
penelitian yang sekarang berusaha mencari hubungan pola asuh orang tua dengan
perilaku sosial anak kelompok B di TK Dharma Wanita Genengsari tahun ajaran 2016/2017.
3.
Kerangka Berfikir
Pengembangkan sosial pada anak menekankan pada perilaku anak, pada
anak TK lebih mengarahkan peserta didik dapat melakukan berbagai hal, misalnya. 1) Melatih bekerja sama anak. 2)
Melatih simpati anak. 3) Mengekspresikan perasaan empati terhadap orang lain.
4) Melatih anak melakukan penyesuaian sosial di lingkungannya. 5) Mengekspresikan
kedekatan yang hangat dan penuh kasih sayang.
Salah satu perilaku sosial adalah anak mampu untuk berinteraksi dengan
lingkungan. Perilaku sosial anak dicirikan salah satunya adalah anak dapat
berinteraksi dengan lingkungan serta dapat menyesuaikan diri dimana dia
tinggal. Hal ini bisa dimiliki anak jika lingkungan sekitar dan orang tua
mendukung anak interaksi dengan baik, pola asuh merupakan bagian dari
lingkungan sekitar. Sehingga orang tua harus secara cermat menerapkan pola asuh
tersebut.
Terdapat hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan pola asuh
orang tua terhadap stimulasi perkembangan anak dapat maksimal, salah satu pola
asuh yang berpengaruh dalam perkembangan perilaku sosial anak adalah pola yang
demokratis. Pola asuh yang demokratis adalah pola asuh dengan memberikan
kebebasan kepada anak tetapi terdapat batasan-batasan dan pengendalian perilaku
tentunya dengan standar nilai-nilai yang ada. Sehingga orang tua bisa
memberikan perhatian, pengertian serta contoh kepada anak tentang perilaku yang
diharapkan.
Perkembangan perilaku sosial anak yang kompetensinya adalah, mampu
menjalain hubungan yang baik dengan teman yang lain serta melakukan penyesuaian
terhadap lingkungannya. Anak dapat mengekspresikan perasaannya serta memiliki
perilaku yang hangat dan penuh kasih sayang dapat dipengaruhi pola asuh yang
mereka terima yaitu dengan pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis
mengharapkan anak berbagi tanggung jawab dan memiliki kepedulian hubungan antara
individu serta mampu memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya.
Berdasarkan analisis data diatas maka gambar kerangka berfikir
adalah sebagai berikut.
|
|
4.
Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka, kajian teori, kerangka berfikir dan
permasalahan yang diajukan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut “Terdapat
hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku sosial anak kelompok TK B di TK
Dharma Wanita Genengsari Tahun Ajaran 2016/2017.”
D.
METODE PENELITIAN
1.
Jenis Penelitian dan Desain Penelitian
Menurut Sukmadinata (2013: 72) penelitian deskriptif adalah suatu
bentuk penelitian yang paling dasar, yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah
ataupun rekayasa manusia. Dengan metode deskriptif peneliti memungkinkan untuk
melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan
generalisasi dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal
(Harmadi, 2011: 145).
Menurut Sukmadinata (2013: 76-82) study hubungan (associational
study) disebut study korelasional (correlational study), meneliti
hubungan antara dua variabel atau lebih. Dalam study hubungan hanya menunjukkan
asosiasi atau hubungan kesejajaran.
Penelitian deskriptif ini menggunakan metode deskriptif
korelasional (hubungan) karena penelitian menggambarkan keadaan sementara dan
berusaha meneliti sejauh mana hubungan antara variabel satu dangan yang
lainnya. Dalam study hubungan menunjukkan asosiasi atau hubungan kesejajaran
Arikunto (2010: 4). Adapun variabel yang ingin dicari adalah variabel pola asuh
orang tua (demokratis) dan veriabel perilaku sosial anak.
2.
Tempat dan Waktu Penelitian
a.
Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian ialah TK
Dharma Wanita Genengsari Kemusu Boyolali. Lokasi TK Dharma Wanita Genengsari
kurang strategis karena terletak di Boyolali paling Utara yang berada didaerah
pedesaan dan jauh dari jalan raya. Peneliti memilih tempat ini karena menurut
peneliti dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran disekolah belum nyaman
dikarenakan terdapat permasalahan tentang perilaku sosial anak yang
berbeda-beda sehingga peneliti ingin membantu menyelesaikan permasalahan yang
ada agar perilaku sosial anak berkembang dengan baik.
b. Waktu Penelitian
Penelitian
ini akan dilaksanakan selama delapan bulan mulai dari penyusunan proposal, perbaikan
proposal, menyusun instrumen, perijinan penelitian, pelaksanaan tindakan,
analisis data, penyusunan laporan dan pengajuan laporan diawali pada bulan
Januari 2017 sampai dengan bulan Agustus 2017. Adapun rincian waktu penelitian
terdapat pada tabel sebagai berikut:
Tabel Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
No
|
Kegiatan Penelitian
|
Bulan Pelaksanaan
|
|||||||||||||||||||||||||||||||
Januari
|
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agustus
|
||||||||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Penyusunan Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Perbaikan Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Menyusun Instrumen
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Perijinan Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Pelaksanaan Tindakan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Analisis Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Penyusunan Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Pengajuan
Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
Populasi, Sampel dan Sampling
Sebuah penelitian tidak akan lepas dari adanya penetapan mengenai
populasi dan sampel, karena populasi dan sampel merupakan subjek dalam suatu
penelitian dan keduanya merupakan sumber data dalam sebuah penelitian. Agar
tujuan dari suatu penelitian dapat tercapai dengan baik, maka adanya populasi
dan sampel yang diambil haruslah tepat.
a.
Populasi
Menurut Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Sedangkan menurut Nasehudin populasi merupakan jumlah keseluruhan
dari satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diduga.
Berdasarkan pendapat tersebut disumpulkan bahwa populasi dalam suatu penelitian
merupakan kelompok individu yang menjadi objek yang diselidiki tentang
aspek-aspek dalam kelompok. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak
kelompok di TK Dharma Wanita Genengsari yang berjumlah 38 anak.
b.
Sampel
Menurut Surakhmad (1985: 93) sampel merupakan penarikan sebagian
dari populasi untuk mewakili seluruh populasi. Dengan demikian sampel merupakan
penarikan untuk mewakil populasi yang diteliti. Sampel pada penelitian ini
diambil anak kelompok B yang berjumlah 39 anak dengan sampel minimal penelitian
deskriptif korelasional dan memungkinkan tindak lanjut pada subjek yang sama.
c.
Sampling
Sampling
adalah teknik pengambilan sampel untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2009: 81). Dalam penelitian ini menggunakan (Cluster Sample) yaitu cara
pengambilan sampel dalam suatu kelompok dipandang sebagai tingkatan atau
strata.sempel yang digunakan adalah kelompok B yang berjumlah 30 anak.
4.
Variabel Penelitian
Menurut Arikunto (2010: 169) variabel penelitian merupakan gejala
yang bervariasi yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan tiga variabel, yaitu :
a.
Variabel bebas (Independent)
Dalam penelitian ini variabel bebas Independent (X) adalah
pola asuh orang tua.
b.
Variabel terikat (Dependent)
Dalam penelitian ini variabel terikat/tergantung Dependent
(Y) adalah perilaku sosial.
5.
Metode Pengumpulan Data
Menurut Siregar (2014: 17) pengumpulan data merupakan suatu proses
mengumpulkan data primer dan sekunder, dalam penelitian pengumpulan data
merupakan langkah yang amat penting, karena data yang dikumpulkan akan
digunakan untuk pemecahan masalah yang sedang diteliti atau untuk menguji
hipotesis yang telah dirumuskan. Dengan demikian pengumpulan data merupakan
upaya atau cara yang digunakan peneliti dalam memperoleh informasi, data yang diperoleh digunakan untuk
memecahkan masalah.
a.
Observasi
Menurut Sukmadinata (2013: 220) observasi atau pengamatan merupakan
suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dengan demikian observasi merupakan
cara yang digunakan peneliti dalam memperoleh data atau informasi melalui
pangamatan.
Menurut Sukmadinata (2013: 220) jenis-jenis metode observasi
dibedakan menjadi:
1)
Partisipatif (perticipatory observation) pengamatan ikut
serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta
rapat atau peserta pelatihan.
2)
Non partisipatif (nonperticipatory observation) pengamat
tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak
ikut dalam kegiatan.
Dengan demikian penelitian ini akan menggunakan jenis metode non
partisipatif (non perticipatory observation) sehingga peneliti tidak
ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung melainkan mengamati
lingkungan sekolah dan perilaku anak. Metode ini
digunakan untuk mendapatkan nama siswa dan data yang diperlukan peneliti dalam
penelitian.
b.
Metode Angket
Menurut Siregar (2014: 21) metode angket merupakan teknik
pengumpulan informasi yang memungkinkan analisa mempelajari sikap-sikap,
keyakinan perlaku, dan karakteristik beberapa orang utama didalam organisasi
yang bisa terpengaruh oleh sistem yang dijukan atau oleh sistem yang sudah ada.
Dengan demikian metode angket merupakan cara yang digunakan peneliti dalam
memperoleh informasi secara tidak langsung dengan cara memberikan pertanyaan-pernyataan secara tertulis.
Jenis angket atau kuesioner yang akan dipergunakan dalam proses pengumpulan
data adalah kuesioner tertutup pertanyaan yang diberikan kepada responden sudah
dalam bentuk pilihan ganda untuk mendapat informasi dari sumber data.
Menurut Arikunto (1992: 193) prosedur dalam penyusunan adalah
sebagai berikut:
1)
Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
2)
Mengidentifikasi variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
3)
Menjabarkan setiap variabel menjadi sub variabel yang spesifik dan
tunggal.
4)
Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus menentukan teknis
analisisnya.
Kisi-kisi instrumen angket perilaku sosial anak:
No.
|
Sasaran/
Indikator
|
Aspek
yang Diungkap
|
Jumlah
Item
|
|
Tingkah
Laku
|
Ucapan
|
|||
1.
|
Kerjasama
|
1.
Anak dapat membereskan mainanya secara bersama-sama.
2.
Anak bekerjasama dengan teman dalam kelompok ketika belajar
disekolahan.
3.
Anak belajar membuat keputusan secara bersama dalam kelompoknya.
4.
Anak mengajak temannya untuk bermain bersama.
|
5.
Anak menunjukkan kegembiraan ketika bermain bersama teman-teman.
|
5
|
2.
|
Simpati
|
6.
Anak meminjamkan mainannya kepada temannya.
7.
Anak menghibur temannya yang sedang sedih.
8.
Anak meminta maaf ketika melakukan kesalahan.
9.
Anak membantu temannya yang tidak bisa membuka tas.
10.
Anak menawarkan bantuan ketika ada teman yang kesulitan.
|
11.
Anak memberi maaf kepada temannya.
|
6
|
3.
|
Empati
|
12.
Anak mau mengalah dengan teman yang lain.
13.
Anak memberi senyum kepada anak yang lain.
14.
Anak mau mendengarkan cerita teman.
15.
Anak bersyukur atas hasil sendiri.
|
16.
Anak memuji hasil karya orang lain.
17.
Anak menunjukkan ekspresi senang melihat hasil karya teman.
|
6
|
4.
|
Hasrat akan
Penerima Sosial
|
18.
Anak mau diajak teman bermain.
19.
Anak mampu berinteraksi dengan temannya.
20.
Anak mudah menye-suaikan lingkungan.
21.
Anak mudah mendapat teman.
|
|
4
|
5.
|
Sikap Ramah
|
22.
Anak mampu berkomunikasi baik dengan orang lain.
23.
Anak mau berperilaku sopan dengan anak yang lain.
24.
Anak murah senyum.
|
|
3
|
6.
|
Perilaku
Kelekatan
|
25.
Anak mampu mencari teman yang sesuai dengan keinginannya
26.
Anak dapat membina hubungan baik dengan teman.
27.
Anak mempunyai banyak teman.
|
|
3
|
Jumlah
Item
|
27
|
Kisi-kisi Angket Pola Asuh Orang Tua Demokratis :
No.
|
Indikator
|
Butir-butir
Angket
|
1.
|
Adanya
komunikasi dua arah orang tua dan anak.
|
1.
Orang tua menanyakan kesulitan anak saat disekolahan.
2.
Orang tua memberikan kesempatan kepada anak berpendapat.
3.
Orang tua menanyakan apabila anak sedang sedih.
4.
Orang tua menanyakan anak apa saja yang dilakukan anak
disekolahan.
5.
Orang tua menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak saat
bergaul dengan teman disekolahan.
6.
Orang tua dan anak bersama-sama dalam menentukan pilahan.
7.
Komunikasi orang tua dan anak berjalan dengan baik.
|
2.
|
Kebebasan
dalam berpendapat.
|
8.
Orang tua memberikan kesempatan anak berbicara.
9.
Orang tua mendengarkan anak berbicara.
10.
Anak berbicara tanpa paksaan.
11.
Anak berani mengunggkapkan pendapatnya.
|
3.
|
Adanya
musyawarah dalam menentukan keputusan.
|
12.
Orang tua bermusyawarah dalam mengambil keputusan bersama anak.
13.
Adanya musyawarah untuk mufakat.
14.
Orang tua mengikutsertakan anak dalam pengambilan keputusan.
15.
Orang tua mengikut sertakan anak dalam memberikan hukuman.
16.
Anak mem
|
4.
|
Adanya saling
menghormati antar anggota keluarga.
|
17.
Saling menolong anggota keluarga.
18.
Saling menjaga perilaku yang baik dan sopan anak kepada orang tua.
19.
Bertutur kata sopan anak dan orang tua.
20.
Orang tua bersikap adil dalam memberikan tugas anak dirumah.
21.
Adanya kepercayaan dalam keluarga.
|
5.
|
Adanya bimbingan
dan arahan orang tua.
|
22.
Orang tua mengawasi anak.
23.
Orang tua memberikan arahan.
24.
Adanya rasa saling percaya anggota keluarga.
|
No.
|
Indikator
|
No Item
|
Jumlah
|
1.
|
Kebe
Adanya komunikasi dua arah orang tua dan anak basan disertai tanggung jawab
|
1,2,3,4,5,6,7
|
7
|
2.
|
Kebebasan
dalam berpendapat.
|
8,9,10,11
|
4
|
3.
|
Adanya
musyawarah dalam menentukan keputusan.
|
12,13,14
|
3
|
4.
|
Adanya
saling menghormati antar anggota keluarga.
|
15,16,17,18,19
|
5
|
5.
|
Bimbingan
dan arahan orang tua.
|
20,21,22
|
3
|
Jumlah
|
22
|
6.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis korelasi product moment. Adapun rumus yang digunakan untuk
analisis data sebagai berikut:
a.
Analisis Deskriptif
Analisis
deskriptif bertujuan untuk mendeskriptifkan data masing-masing
variabel. Deskriptif data yang pertama diawali dangan deskriptif umum kemudian
dekriptif untuk tiap-tiap variabel (rata-rata, simpangan baku, dan prosentase).
Deskriptif umum meliputi :
1)
Tabulasi
Data yang terwujud angka-angka hasil perhitungan dijumlahkan,
diklasifikasikan sehigga merupakan suatu susunan urut data dan selanjutnya
dibuat tabel. Menurut Arikunto (1992:204-205) termasuk dalam kegiatan tabulasi
antara lain:
a)
Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi
skor.
1)
Variabel pola asuh orang tua
2)
Variabel perilaku sosial anak
b)
Menentukan mean, standar deviasi
Rumus analisis korelasi Product Moment :
=
Keterangan :
=
koefisien korelasi antara variabel X dan Y
=
Jumlah kuadrat dari X
=
Jumlah kuadrat dari Y
=
Jumlah koefisien korelasi antara variabel X dan Y
=
Jumlah tiap faktor
=
Jumlah seluruh faktor
=
Jumlah subyek
b.
Analisis Inferensial
Pengujian hipotesis tersebut dengan menghitung koefisien korelasi
sederhana antara X dan Y. Menurut Ghozali (2006: 85-88) langkah-langkah
analisis inferensial sebagai berikut :
1)
Merumuskan masalah.
2)
Membuat desain variabel, memasukkan ke perintah Variabel View.
3)
Memasukkan data ke SPSS, memasukkan data View, setelah itu
memasukkan data pada masing-masing variabel.
4)
Menganalisis data SPSS.
DAFTAR PUSTAKA :
Achmad, Ika Fadhilah dkk. 2010.
“Hubungan Tipe Pola Asuh Orang Tua Dengan Emotional Quotient (EQ) pada Anak
Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Di TK Islam Al-Fattaah Sumampir Purwokerto”. Jurnal
Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.1,
Maret 2010.
Arikunto, Suharsimi. 2010.”Prosedur
Penelitian”. Jakarta:Rineka Cipta.
Daryanto, Hasto. 2011. “Profesi
Pendidikan Anak Usia Dini”. Surakarta:Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gerungan. 1999.”Psikologi Sosial”.
Bandung:Eresco.
Ibrahim, Rusli. 2001. “Landasan
Psikologi Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar”. Departemen Pendidikan Nasional.
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2000.
Mashar, Riana. 2011. “Emosi Anak
Usia Dini dan Strategi Pengembangannya”. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Musthofa, Yasin. 2007.”EQ Untuk Anak
Usia Dini dalam Pendidikan Islam”. Jogjakarta:Sketsa.
Nasehudin, Toto Syatori dan Nanang
Gozali. 2012. ”Metode Penelitian Kuantitatif”. Bandung:Pustaka Setia.
Nugraha, Ali dan Yeni Rachmawati.
2006. “Metode Pengembangan Sosial Emosional”. Jakarta:Universitas Terbuka.
Santrock, John W.2007. “Perkembangan
Anak”. Jakarta:Erlangga.
Siregar, Syofian. 2014. “Metode
Penelitian Kuantitatif dilengkapi dengan Perbandingan Perhitungan Manual &
SPSS”. Jakarta:Kencana.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013.
“Metode Penelitian Pendidikan”. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Surakhmad, Winarno. 1985. “Pengantar
Penelitian Penelitian Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik”. Bandung:Tarsito.
Susanto, Ahmad.
2011. Perkembangan Anak
Usia Dini. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Wulandari, Dyah Setyawati. 2011.
“Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Sosial
Anak Kelompok A Di Ba Aisyiyah Bakipandeyan 02 Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/2011”.
Skripsi thesis:Universitas Muhammadiyah Surakarta. (Tidak
Diterbitkan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar