Tugas pendidikan apresiasi seni karawitan “mengapresiasi pertunjukan seni karawitan tradisi dan karya-karya baru karawitan pada tanggal 11 dan 16 april 2014 di institut seni indonesia surakarta”
Tugas
pendidikan apresiasi seni karawitan
“mengapresiasi pertunjukan seni
karawitan tradisi dan karya-karya baru karawitan pada tanggal 11 dan 16 april
2014 di institut seni indonesia surakarta”
Di
Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah pendidikan apresiasi seni karawitan
Dosen
Pengampu : bapak waluyo s. Kar., m.sn.
Disusun Oleh:
Nama :SRI WAHYUNI
Nim : A510120172
Kelas : iv e
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2014
Karawitan Tradisional
Kata tradisional mengandung pengertian, konsep, atau ide berkenaan dengan hal-hal yang terkait
dengan cara, metoda, atau gaya khas warisan masa lalu yang masih hidup, tidak
dapat dipisah dengan pola pikir, perilaku, tindakan dan sikap hidup sebagai
kebiasaan kultural. Karawitan tradisional adalah
komposisi musikal yang bentuk, struktur, dan garapnya mengacu pada standar baku
bentuk, struktur, dan garap dalam budaya musik karawitan konvensional. Gendhing atau komposisi karawitan tradisional adalah warisan masa lalu,
tidak diketahui kapan dicipta dan siapa penciptanya.
Sifat yang lain adalah lekat dengan pengrawit, dan permainannya
benar-benar dikuasai oleh para pengrawit.
a.
Medium
Karawitan tradisional sebagai sarana ekspresi
menggunakan medium vokal atau gamelan konvensional, dan atau gabungan dari
keduanya.
Konstruksi musikal itu dalam karawitan ditentukan oleh
unsur-unsur (1) penggunaan nada-nada, (2) penggunaan sistem laras, (3)
tata-kelola waktu musikal, (4) penggunaan sistem harmoni, (5) vokabuler, dan
(6) tata-kelola hubungan vokabuler dan unsur lainnya.
Realitas pragmatik karawitan tradisional tampak pada
konteks yang menentukan eksistensinya, terutama berkenaan dengan penggunaannya
dalam fungsi-fungsi tertentu, baik dalam konteks ekspresi seni maupun dalam
konteks eksistensi kebudayaan.
Berikut ini adalah sajian-sajian karawitan tradisi Konser Musik 11+11 di Teater Besar Institut Seni Indonesia
(ISI) Surakarta komposisi 10 dan 11 April 2014 oleh 11 Pengrawit: Dini,
Yoko, Dewi, Deni, Lia, Puji, Danang, Maryatun, Warih, Bayu, Swuh, dengan
rincian sebagai berikut:
1.
Sajian
1 disajikan oleh seorang mahasiswa dan mahasiswi yaitu Tri Haryoko dan Dini
Sekarwati yang dalam pertunjukannya menyajikan gendhing pathelan dengan sajian
jenis irama wiled yang memiliki arti perbandingan pukulan/sabetan
balungan lain terhadap saron penerus adalah 1 : 8 yang sajiannya dengan menggunakan beberapa alat musik dan
komponen-komponen karawitan seperti bonang yang berjumlah 1 buah, bonang
penerus berjumlah 1 buah, rebab berjumlah 1 buah, slenthem biasa berjumlah 1
buah, balungan ada 7 buah yaitu: demung berjumlah 3 buah, saron berjumlah 3
buah, saron penerus atau peking berjumlah 1 buah, gong (satu paket dengan
kempul), kenong berjumlah 1 buah, kethuk kempyang untuk atur tempo ada 1 buah,
suling ada 1 buah, siter atau kecapi ada 1 buah digunakan sebagai penghias
irama yang disajikan, pemain kajon karawitan 1 orang, , sinden atau penyanyi
wanita berjumlah 9 orang, suwuk digunakan untuk tanda akan berakhirnya tempo
cepat, dalam sajian gendhing patelan ini jumlah seluruh pemain ada 30 orang.
2.
Sajian
2 disajikan oleh Liliawati, Nim (101111170) bertugas sebagai vokal atau penyanyi wanita yang disebut Pesinden dan
Danang Ari Prabowo, Nim (10111109) bertugas sebagai pemain ricikan rebab
kemudian Warih, Nim (10111123) bertugas sebagai pemain ricikan gender. Dalam
pertunjukannya menyajikan gendhing wayang dengan sajian jenis musik rangkep
yang memiliki arti perbandingan pukulan/sabetan
balungan lain terhadap saron penerus adalah 1 : 16 dengan menggunakan racikan gending karawitan dengan laras slendro
patet nem (6). Seperangkat gamelan yang
digunakan terdiri dari beberapa alat musik dan komponen-komponen karawitan
diantaranya adalah kendang berjumlah 1 buah, rebab berjumlah 1 buah, siter
berjumlah 1 buah digunakan untuk menghias irama musik yang disajikan, gambang
berjumlah 1 buah, kempul berjumlah 1 buah, seperangkat gong, seperangkat bonang,
seperangkat kenong, gender berjumlah 1 buah, slenthem berjumlah 1 buah, saron
berjumlah 1 buah, dan seruling bambu berjumlah 1 buah untuk menghias irama
musik yang disajikan. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan
adalah berbahan bambu, logam, dan kayu. Cara bermain gamelan mayoritas dengan
cara dipukul hanya beberapa alat saja yang berbeda yaitu dengan cara digesek,
tiup dan petik.
3. Sajian 3 disajikan oleh Dewi Mayang Arum, Nim (101111107) bertugas
sebagai vokal sinden, Deni Rahma Setyawan Nim (10111116) bertugas sebagai
pemain ricikan rebab, Tri Bayu Santoso Nim (10111105) bertugas sebagai pemain
ricikan kendhang atau gendhang berfungsi sebagai
pengatur atau pengendali (pamurba) irama lagu/gending. Dalam pertunjukannya menyajikan gendhing klenengan dengan sajian
jenis musik rangkep yang memiliki arti cepat lambatnya
perjalanan dan perubahan ritme gending-gending tergantung pada pemain kendang
yang disebut pengendang. Swuh, Nim
(10111108) bertugas sebagai pemain ricikan gender, dengan menggunakan gending kethuk 4 minggah sekawan, dengan
menyajikan lagu atau tembang jineman, ayak-ayakan, sinom, megatruh dengan menggunakan laras pelog pathet
barang atau laras slendro pathet 9, jumlah seluruh pemain dalam penyajian
gendhing klenengan ada 27 orang, sinden perempuan ada 1 orang bertugas sebagai
penyanyi, sinden laki-laki yang disebut
dengan penggerong berjumlah 5 orang bertugas untuk tepuk-tepuk dan menyanyi atau yang disebut
dengan wiroswara atau nama lainnya penggerong. Dalam penyajiannya menggunakan
gendhing klenengan yang terdiri dari:
1.
Gendhing
pengasih dengan meggunakan laras pelog pathet nem (6).
2.
Sanggul
alus dengan menggunakan laras pelog pathet nem (6).
Wujud karawitan karya baru adalah komposisi musik baru dengan bentuk, struktur, dan garap
yang boleh jadi merupakan rekonstruksi dan reinterpretasi dari bentuk,
struktur, dan garap karawitan yang telah ada. Namun, karawitan karya baru
sangat dimungkinkan merupakan komposisi baru yang dicipta dengan mengacu pada bentuk,
struktur, dan garap karawitan tradisional dengan modifikasi dan atau dekonstruksi terhadap konsepsi musikal
karawitan tradisional yang telah ada maupun yang dicipta dari berbagai eksisten
yang mengacu pada kecenderungan estetik penciptanya yang benar-benar baru.
a.
Karawitan
Baru Tradisional, Karawitan karya baru pada hakikatnya tidak selalu secara diametral berseberangan
dengan karawitan tradisional.
b. Karawitan Klasik Gagrag Anyar, Manifestasi karawitan klasik gagrag anyar dapat dilihat dari sifat
komposisi musikal atau gendhing-gendhing sebagai repertoarnya.
c. Karawitan
Populer, Karawitan karya baru yang bercorak populer selalu diwarnai dengan repertoar
yang memiliki kandungan karakter kekayaan musikal yang telah menyebar dan
terkenal di masyarakat sebagai bagian dari kebudayaan massa.
d. Karawitan Gagrag Anyar, Karawitan gagrag anyar adalah karawitan karya
baru yang penciptaannya berdasar pada bentuk ekspresi musikal karawitan
tradisional sebagai pijakan utamanya.
e. Karawitan Kontemporer, Meski karawitan adalah musik, bukan berarti pengertian karawitan
kontemporer dapat disamakan begitu saja dengan pengertian musik kontemporer.
Berikut ini adalah sajian-sajian karawitan karya baru (modern) Konser Musik
11 + 11 di Teater Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta komposisi 15
dan 16 April 2014 oleh 11 Komposer: Eka, Arna, Jasno, Imam, Kukuh, Riyadi,
Setyo, Udin, Toni, Suryo, Setya, dengan rincian sebagai berikut:
1.
Sajian
1 komposisi “Kluthekan” artinya komposer memiliki ide kluthekan yaitu pada saat
berada pada sebuah warung makan melihat aktivitas para pemilik warung dalam
membuat atau meyajikan hidangan yang akan dijual dengan suara “kluthak-kluthik”
yang mana suara tersebut muncul dari gesekan atau benturan peralatan-peralatan
masak.
Nama komposer: Arna Saputra Nim (09111144)
Tempat tanggal lahir: Wonogiri, 19 Februari
Dalam penyajiannya menggunakan alat musik yang berupa macam-macam
peralatan dan perlengkapan, perabot warung makan seperti: gelas, mangkuk,
sendok, garpu, botol minuman (sprite,fanta,coca-cola), cerek atau alat untuk
merebus air yang mengeluarkan suara menjerit, piring, baskom, wajan, serok, dan
perabotan-perabotan masak lainnya. Cara membunyikan botol bekas dengan di pukul
dengan menggunakan pemukul, dengan kayu, dengn sandal bekas, dan selain itu
untuk menghasilkan bunyi seperti suling mulut botol tersebut di tiup pada mulut
botolnya, selain itu sebagian botol ada yang diisi air sebagian juga ada yang
kosong. Selain itu suara-suara juga muncul dari aktivitas pemilik warung makan
yang sedang membereskan gelas-gelas dan mangkuk-mangkuk yang berserakan yang di
antara gelas-gelas dan mangkuk-mangkuk tersebut apabila di dempetkan akan
menghasilkan bunyi “ting-ting” atau “kropyak-kropyak”, selain itu bunyi juga di
hasilkan oleh aktivitas pembantu pemilik warung yang mencuci piring-piring atau
gelas-gelas yang kotor dengan menggunakan kran air yang di pancurkan dan
terdengar suara “krucuk-krucuk” dan pada saat gelas-gelas dan mangkuk-mangkuk
di cuci akan menghasilkan bunyi “kluthik-kluthik”. Asal bunyi juga muncul dari
cerek yang berisi air kemudian di rebus yang akan mengeluarkan suara seperi
orang menjerit. Selain itu bunyi juga di hasilkan dari aktivitas penjaga warung
dan pembantunya yang menyajikan hidangan kepada pengunjung dengan menggoreng
hidangan yang akan disajikan dengan piranti wajan,serok,pengaduk dan suara yang
di hasilkan seperti “kluntang-klunting” dan “sreng-sreng”.
2.
Sajian
2 komposisi “Trenyuh” artinya komposer merasakan perasaan yang iba, sedih,
susah, kasihan, dan ingin menangis ketika melihat sebuah keluarga yang memiliki
tingkat perekonomian yang sangat jauh di batas kelayakan rumah yang kecil dan
rapuh, pemenuhan kebutuhan yang tidak bisa seutuhnya, anggota keluarga yang
semua bekerja di jalanan sampai makanpun memakan bekas makanan orang lain yang
di buang di piggir-pinggir jalan kemudian komposer merasa trenyuh atau iba
melihat keluarga tersebut.
Nama komposer: Jasno Nim (06111133)
Tempat tanggal lahir: boyolali, 24 april 1986
Riwayat pendidikan:
1.
SDN Sruni,
lulus tahun 1999
2.
SMP
N Musuk 2, lulus tahun 2002
3.
SMK
N 8 Surakarta lulus tahun 2006
Dalam penyajiannya
menggunakan beberapa alat musik
seperti kenong, tabuhan kendhi, tabuhan kempul, selain itu juga menggunakan alat
musik dari peralon air yang di potong dengan ukuran tertentu dan didalamnya
diisi dengan menggunakan pasir yang bila di goncangkan akan menghasilkan nada
yang merdu dan alat musik rebab yang
cara memainknnya dengan di gesek. Dalam teknik penyajian musiknya alunan
nadanya lambat dan syahdu sehingga membuat hati para penonton menjadi ikut
merasakan perasaan iba sepertiyang di alami oleh komposer selain itu tempo
dalam memainkan musiknya juga sangat santai dan lembut yang seakan
menggambarkan perasaan iba selain itu alunan nadanya juga klasik atau
menggambarkan suasana pedesaan yang tentram tetapi masih dalam lingkup trenyuh
atau iba. Selain itu alunan nada yang pelan namun teratur dapat menggambarkan
perasaan dari komposer yang sedang merasakan perasaan trenyuh atau iba melihat
keadaan seseorang yang berada dalam keterbatasan ekonomi dan serba kekurangan.
3.
Sajian
3 komposisi “Randha” yang artinya adalah seorang wanita yang dalam keadaan
sendiri padahal dia sudah bersuami dan suaminya pergi meninggalkan dirinyan
sendiri atau pergi karena mereka berdua telah melewati masa cerai seorang
wanita tersebut hidup sendiri dan di tinggalkan oleh suaminya sendiri.
Nama komposer: Kukuh Yuwono Basuki Nim (10111111)
Tempat tanggal lahir: karanganyar, 21 juni 1991
Riwayat pendidikan:
1.
SD N
02 Sumberejo
2.
SMP
02 Kerjo
3.
SMK
N 8 Surakarta
Dalam penyajiannya menggunakan alat musik seperti kendhang besar,
kendhang kecil, gambang, suling, kethuk, kempul yang di mainkan dengan teknik
yang berbeda-beda dengan memadukan variasi-variasi suara yang seolah-olah
menggambarkan keberadaan wanita seorang diri yang telah ditinggalkan oleh
suaminya baik di cerai maupun telah meninggal dunia. Yang menjadi ciri khas
pada penyajian ini ada seorang penyanyi yaitu seorang wanita atau yang disebut
sebagai pesinden yang sangat cantik duduk sendiri di bagian tengah dan dia
menyanyikan beberapa bait lagu yang menggambarkan bahwa perasaanya sedang sedih
karena di tinggalkan oleh suaminya selain itu pada saat bernyanyi menggambarkan
kepilauan hati seorang wanita yang ingin ada seseorang yang menghiburnya.
Selain itu ekspresi wanita yang menyanyikan beberapa bait lagu yang diikuti
dengan alunan nada karawitan yang pelan-pelan dan santai sangat menggambarkan
topik yang komposer bawakan yaitu “randha” yang mana merupakan keadaan seorang
wanita yang sedih dan dalam bahasa jawa disebut ngelaut di tinggal suaminya
pergi.
4.
Sajian
4 komposisi “Nggedhablu” yang artinya perasaan kurang suka karena apa yang
diinginkannya tidak sesuai dengan kenyataan yang di terimanya sehingga raut
wajah menggambarkan perasaan yang tidak suka pada hal yang ketika mereka
berjanji kemudian salah satu menghianati atau para wakil rakyat sebelum mencalonkan diri
sebagai wakil rakyat sering mengumbar janji yang pada akhirnya banyak yang
tidak ditepati banyak janji-janji yang oleh para wakil rakyat diingkari atau
hanya omong kosong kemudian muncul ekspresi wajah oleh para masyarakat yang disebut
dengan nggedablu.
Nama komposer: Suryo Winarko Nim (10111121)
Tempat, tanggal lahir: Ngawi, 23 Juni 1991
Riwayat pendidikan:
1.
SD
Islam Al-Abrar, lulus tahun 2004
2.
SMP
N 1 Juwiringin, lulus tahun 2007
3.
SMK
N 8 Surakarta lulus tahun 2010
Dalam
penyajiannya menggunakan alat musik seperti kenong, gong cilik, gambang. gong
besar, kethuk, kempul. Kemudian dari beberapa alat musik yang digunakan
dimainkan dengan teknik yang berbeda-beda menggunakan irama beriringan yang
selanjutnya muncul nada seperti nada “ndha” dan “blu” sehingga menggambarkan
topik yang sedang disajikan oleh komposer yaitu nggedhablu selain itu alunan
nada-nada yang disajikan oleh komposer dan kawan-kawannya menggambarkan
perasaan kecewa rakyat terhadap wakil rakyat yang tidak menepati janji
yang mereka umbarkan disaat melakukan
orasi atau kampanye yangnhanya memberi janji.
5.
Sajian
5 komposisi “Kasmaran” yang artinya setiap makhlukn dimuka bumi akan merasakan
perasaan yang sangat indah yaitu kasmaran atau dua insan antara laki-laki dan
perempuan yang menyatukan perasaan mereka perasaan saling menyayangi dan saling
mengasihi atau terdapat rasa cinta diantara mereka berdua yang seakan-akan
dunia hanya milik mereka berdua.
Nama komposer: Toni Prabowo Nim (10111141)
Tempat tanggal lahir: Grobogan 20 mei 1992
Riwayat pendidikan:
1.
SD,
lulus tahun 2004
2.
SMP,
lulus tahun 2007
3.
SMA,
lulus tahun 2010
Dalam penyajiannya menggunakan beberapa alat musik seperti: biola
dengan cara digesek, gong besar dengan cara dipukul, gong kecil juga dengan
dipukul, kendhang di pukul, kenong dipukul, drum di tabuh, gambang dipukul, dan
suling dengan cara ditiup selain itu juga menggunakan seorang penyanyi wanita
yang disebut sebagai pesinden yang sangat
cantik yang bertugas menyanyikan beberapa lagu yang bertema jatuh cinta atau
dalam bahasa jawa disebut dengan kasmaran. Kemudian alunan nada yang di bawakan
oleh komposer dan kawan-kawannya adalah santai namun memiliki nilai yang sangat
dalam tentang perasaan kasmaran. Irama yang dihasilkan adalah mendayu-ndayu
dengan iringan nyanyian dari seorang wanita cantik dengan perpaduan alat musik tradisional dan modern yang sangat
harmonis sehingga sangat menggambarkan topik yang di bawakan oleh komposer
yaitu “Kasmaran” atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan jatuh cinta atau
disebut juga dengan kasmaran.
6.
Sajian
6 komposisi “Lewat Belakang” yang artinya menggambarkan kinerja para wakil
rakyat yang banyak melakukan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dalam
mengemban tugasnya sebagai wakil rakyat mereka mengambil hak-hak dari
masyarakat yang kemudian oleh mereka dinikmati sendiri dan di gunakan untuk
berfoya-foya tanpa memikirkan kesengsaraan rakyatnya.
Nama komposer: Udin Tri Cahyo Nim (10111119)
Tempat tanggal lahir: wonogiri, 12 januari 1991
Riwayat pendidikan:
1.
TK
Bulusulur 111 Negeri, lulus tahun 1998
2.
SD
Banaran 11 Negeri, lulus tahun 2004
3.
MTs
Negeri 1 Wonogiri, lulus tahun 2007
4.
SMK
N 8 Surakarta, lulus tahun 2010
Dalam penyajiannya menggunakan beberapa alat musik seperti kendhang
besar, kendhang kecil, gong besar, gong kecil, alat musik berupa drum bekas,
gambar, kethuk, kempul dan lain sebagainya. Kemudian sebelum mulai pementasan
di mulai dengan semua pengrawit menyalakan korek api yang dilakukan secara
bergantian dalam panggung yang tanpa cahaya sedikitpun yang berarti
menggambarkan kehidupan di dunia politik sekarang ini. Kemudian ada juga
seorang laki-laki yang diibaratkan sebagai masyarakat yang mendorong drum
sambil memukul-mukul drum yang menggambarkan perasaan kecewa terhadap wakil
rakyat. Selain itu juga terdapat beberapa rakyat dan wakil rakyat yang mencoba
menggantungkan badanya pada sebuah tali yang di rentangkan. Kemudian pada saat
para pengrawit memulai memainkan alat musiknya dengan nada-nada yang tempo
cepat dan memiliki warna rock atau metal dimana musik yang di sajikan menggambarkan
gonjang –ganjingnya wilayah Indonesia akibat prektik Korupsi Kolusi dan
Nepotisme yang kemudian di singkat dengan KKN. Selanjutnya didalam penyajiannya
juga dipadukan dengan suara gendang yang di mainkan dengan tempo cepat dan ada
wakil-wakil rakyat yang menyalakan gergaji listrik yang mengeluarkan percikan
api. Semuanya di padukan sangat bagus dalam sajian karawitan yang berjudul
“Lewat Belakang”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar