Sabtu, 03 Desember 2016

Tugas pendidikan apresiasi seni karawitan “mengapresiasi pertunjukan seni karawitan tradisi dan karya-karya baru karawitan pada tanggal 11 dan 16 april 2014 di institut seni indonesia surakarta”



Tugas pendidikan apresiasi seni karawitan
“mengapresiasi pertunjukan seni karawitan tradisi dan karya-karya baru karawitan pada tanggal 11 dan 16 april 2014 di institut seni indonesia surakarta”
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah pendidikan apresiasi seni karawitan
Dosen Pengampu :  bapak waluyo s. Kar., m.sn.

Disusun Oleh:
Nama        :SRI WAHYUNI
Nim            : A510120172
Kelas       : iv e
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2014
Karawitan Tradisional
          Kata tradisional mengandung pengertian, konsep, atau ide berkenaan dengan hal-hal yang terkait dengan cara, metoda, atau gaya khas warisan masa lalu yang masih hidup, tidak dapat dipisah dengan pola pikir, perilaku, tindakan dan sikap hidup sebagai kebiasaan kultural. Karawitan tradisional adalah komposisi musikal yang bentuk, struktur, dan garapnya mengacu pada standar baku bentuk, struktur, dan garap dalam budaya musik karawitan konvensional. Gendhing atau komposisi karawitan tradisional adalah warisan masa lalu, tidak diketahui kapan dicipta dan siapa penciptanya. Sifat yang lain adalah lekat dengan pengrawit, dan permainannya benar-benar dikuasai oleh para pengrawit.
a.    Medium
Karawitan tradisional sebagai sarana ekspresi menggunakan medium vokal atau gamelan konvensional, dan atau gabungan dari keduanya.
Konstruksi musikal itu dalam karawitan ditentukan oleh unsur-unsur (1) penggunaan nada-nada, (2) penggunaan sistem laras, (3) tata-kelola waktu musikal, (4) penggunaan sistem harmoni, (5) vokabuler, dan (6) tata-kelola hubungan vokabuler dan unsur lainnya.
Realitas pragmatik karawitan tradisional tampak pada konteks yang menentukan eksistensinya, terutama berkenaan dengan penggunaannya dalam fungsi-fungsi tertentu, baik dalam konteks ekspresi seni maupun dalam konteks eksistensi kebudayaan.
     Berikut ini adalah sajian-sajian karawitan tradisi Konser Musik 11+11 di Teater Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta komposisi 10 dan 11 April 2014 oleh 11 Pengrawit: Dini, Yoko, Dewi, Deni, Lia, Puji, Danang, Maryatun, Warih, Bayu, Swuh, dengan rincian sebagai berikut:
1.      Sajian 1 disajikan oleh seorang mahasiswa dan mahasiswi yaitu Tri Haryoko dan Dini Sekarwati yang dalam pertunjukannya menyajikan gendhing pathelan dengan sajian jenis irama wiled yang memiliki arti perbandingan pukulan/sabetan balungan lain terhadap saron penerus adalah 1 : 8 yang sajiannya dengan menggunakan beberapa alat musik dan komponen-komponen karawitan seperti bonang yang berjumlah 1 buah, bonang penerus berjumlah 1 buah, rebab berjumlah 1 buah, slenthem biasa berjumlah 1 buah, balungan ada 7 buah yaitu: demung berjumlah 3 buah, saron berjumlah 3 buah, saron penerus atau peking berjumlah 1 buah, gong (satu paket dengan kempul), kenong berjumlah 1 buah, kethuk kempyang untuk atur tempo ada 1 buah, suling ada 1 buah, siter atau kecapi ada 1 buah digunakan sebagai penghias irama yang disajikan, pemain kajon karawitan 1 orang, , sinden atau penyanyi wanita berjumlah 9 orang, suwuk digunakan untuk tanda akan berakhirnya tempo cepat, dalam sajian gendhing patelan ini jumlah seluruh pemain ada 30 orang.
2.      Sajian 2 disajikan oleh Liliawati, Nim (101111170) bertugas sebagai vokal atau penyanyi wanita yang disebut Pesinden dan Danang Ari Prabowo, Nim (10111109) bertugas sebagai pemain ricikan rebab kemudian Warih, Nim (10111123) bertugas sebagai pemain ricikan gender. Dalam pertunjukannya menyajikan gendhing wayang dengan sajian jenis musik rangkep yang memiliki arti perbandingan pukulan/sabetan balungan lain terhadap saron penerus adalah 1 : 16 dengan menggunakan racikan gending karawitan dengan laras slendro patet nem (6). Seperangkat gamelan yang digunakan terdiri dari beberapa alat musik dan komponen-komponen karawitan diantaranya adalah kendang berjumlah 1 buah, rebab berjumlah 1 buah, siter berjumlah 1 buah digunakan untuk menghias irama musik yang disajikan, gambang berjumlah 1 buah, kempul berjumlah 1 buah, seperangkat gong, seperangkat bonang, seperangkat kenong, gender berjumlah 1 buah, slenthem berjumlah 1 buah, saron berjumlah 1 buah, dan seruling bambu berjumlah 1 buah untuk menghias irama musik yang disajikan. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah berbahan bambu, logam, dan kayu. Cara bermain gamelan mayoritas dengan cara dipukul hanya beberapa alat saja yang berbeda yaitu dengan cara digesek, tiup dan petik.
3.      Sajian 3 disajikan oleh Dewi Mayang Arum, Nim (101111107) bertugas sebagai vokal sinden, Deni Rahma Setyawan Nim (10111116) bertugas sebagai pemain ricikan rebab, Tri Bayu Santoso Nim (10111105) bertugas sebagai pemain ricikan kendhang atau gendhang berfungsi sebagai pengatur atau pengendali (pamurba) irama lagu/gending. Dalam pertunjukannya menyajikan gendhing klenengan dengan sajian jenis musik rangkep yang memiliki arti cepat lambatnya perjalanan dan perubahan ritme gending-gending tergantung pada pemain kendang yang disebut pengendang. Swuh, Nim (10111108) bertugas sebagai pemain ricikan gender, dengan menggunakan  gending kethuk 4 minggah sekawan, dengan menyajikan lagu atau tembang jineman, ayak-ayakan, sinom,  megatruh dengan menggunakan laras pelog pathet barang atau laras slendro pathet 9, jumlah seluruh pemain dalam penyajian gendhing klenengan ada 27 orang, sinden perempuan ada 1 orang bertugas sebagai penyanyi,  sinden laki-laki yang disebut dengan penggerong berjumlah 5 orang bertugas untuk  tepuk-tepuk dan menyanyi atau yang disebut dengan wiroswara atau nama lainnya penggerong. Dalam penyajiannya menggunakan gendhing klenengan yang terdiri dari:
1.      Gendhing pengasih dengan meggunakan laras pelog pathet nem (6).
2.      Sanggul alus dengan menggunakan laras pelog pathet nem (6).
            Wujud karawitan karya baru adalah komposisi musik baru dengan bentuk, struktur, dan garap yang boleh jadi merupakan rekonstruksi dan reinterpretasi dari bentuk, struktur, dan garap karawitan yang telah ada. Namun, karawitan karya baru sangat dimungkinkan merupakan komposisi baru yang dicipta dengan mengacu pada bentuk, struktur, dan garap karawitan tradisional dengan modifikasi dan atau dekonstruksi terhadap konsepsi musikal karawitan tradisional yang telah ada maupun yang dicipta dari berbagai eksisten yang mengacu pada kecenderungan estetik penciptanya yang benar-benar baru.
a.      Karawitan Baru Tradisional, Karawitan karya baru pada hakikatnya tidak selalu secara diametral berseberangan dengan karawitan tradisional.
b.      Karawitan Klasik Gagrag Anyar, Manifestasi karawitan klasik gagrag anyar dapat dilihat dari sifat komposisi musikal atau gendhing-gendhing sebagai repertoarnya.
c.       Karawitan Populer, Karawitan karya baru yang bercorak populer selalu diwarnai dengan repertoar yang memiliki kandungan karakter kekayaan musikal yang telah menyebar dan terkenal di masyarakat sebagai bagian dari kebudayaan massa.
d.      Karawitan Gagrag Anyar, Karawitan gagrag anyar adalah karawitan karya baru yang penciptaannya berdasar pada bentuk ekspresi musikal karawitan tradisional sebagai pijakan utamanya.
e.       Karawitan Kontemporer, Meski karawitan adalah musik, bukan berarti pengertian karawitan kontemporer dapat disamakan begitu saja dengan pengertian musik kontemporer.
Berikut ini adalah sajian-sajian karawitan karya baru (modern) Konser Musik 11 + 11 di Teater Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta komposisi 15 dan 16 April 2014 oleh 11 Komposer: Eka, Arna, Jasno, Imam, Kukuh, Riyadi, Setyo, Udin, Toni, Suryo, Setya, dengan rincian sebagai berikut:
1.      Sajian 1 komposisi “Kluthekan” artinya komposer memiliki ide kluthekan yaitu pada saat berada pada sebuah warung makan melihat aktivitas para pemilik warung dalam membuat atau meyajikan hidangan yang akan dijual dengan suara “kluthak-kluthik” yang mana suara tersebut muncul dari gesekan atau benturan peralatan-peralatan masak.
Nama komposer: Arna Saputra Nim (09111144)
Tempat tanggal lahir: Wonogiri, 19 Februari
Dalam penyajiannya menggunakan alat musik yang berupa macam-macam peralatan dan perlengkapan, perabot warung makan seperti: gelas, mangkuk, sendok, garpu, botol minuman (sprite,fanta,coca-cola), cerek atau alat untuk merebus air yang mengeluarkan suara menjerit, piring, baskom, wajan, serok, dan perabotan-perabotan masak lainnya. Cara membunyikan botol bekas dengan di pukul dengan menggunakan pemukul, dengan kayu, dengn sandal bekas, dan selain itu untuk menghasilkan bunyi seperti suling mulut botol tersebut di tiup pada mulut botolnya, selain itu sebagian botol ada yang diisi air sebagian juga ada yang kosong. Selain itu suara-suara juga muncul dari aktivitas pemilik warung makan yang sedang membereskan gelas-gelas dan mangkuk-mangkuk yang berserakan yang di antara gelas-gelas dan mangkuk-mangkuk tersebut apabila di dempetkan akan menghasilkan bunyi “ting-ting” atau “kropyak-kropyak”, selain itu bunyi juga di hasilkan oleh aktivitas pembantu pemilik warung yang mencuci piring-piring atau gelas-gelas yang kotor dengan menggunakan kran air yang di pancurkan dan terdengar suara “krucuk-krucuk” dan pada saat gelas-gelas dan mangkuk-mangkuk di cuci akan menghasilkan bunyi “kluthik-kluthik”. Asal bunyi juga muncul dari cerek yang berisi air kemudian di rebus yang akan mengeluarkan suara seperi orang menjerit. Selain itu bunyi juga di hasilkan dari aktivitas penjaga warung dan pembantunya yang menyajikan hidangan kepada pengunjung dengan menggoreng hidangan yang akan disajikan dengan piranti wajan,serok,pengaduk dan suara yang di hasilkan seperti “kluntang-klunting” dan “sreng-sreng”.
2.      Sajian 2 komposisi “Trenyuh” artinya komposer merasakan perasaan yang iba, sedih, susah, kasihan, dan ingin menangis ketika melihat sebuah keluarga yang memiliki tingkat perekonomian yang sangat jauh di batas kelayakan rumah yang kecil dan rapuh, pemenuhan kebutuhan yang tidak bisa seutuhnya, anggota keluarga yang semua bekerja di jalanan sampai makanpun memakan bekas makanan orang lain yang di buang di piggir-pinggir jalan kemudian komposer merasa trenyuh atau iba melihat keluarga tersebut.
Nama komposer: Jasno Nim (06111133)
Tempat tanggal lahir: boyolali, 24 april 1986
Riwayat pendidikan:
1.      SDN Sruni, lulus tahun 1999
2.      SMP N Musuk 2, lulus tahun 2002
3.      SMK N 8 Surakarta lulus tahun 2006
Dalam penyajiannya  menggunakan  beberapa alat musik seperti kenong, tabuhan kendhi, tabuhan kempul, selain itu juga menggunakan alat musik dari peralon air yang di potong dengan ukuran tertentu dan didalamnya diisi dengan menggunakan pasir yang bila di goncangkan akan menghasilkan nada yang merdu dan  alat musik rebab yang cara memainknnya dengan di gesek. Dalam teknik penyajian musiknya alunan nadanya lambat dan syahdu sehingga membuat hati para penonton menjadi ikut merasakan perasaan iba sepertiyang di alami oleh komposer selain itu tempo dalam memainkan musiknya juga sangat santai dan lembut yang seakan menggambarkan perasaan iba selain itu alunan nadanya juga klasik atau menggambarkan suasana pedesaan yang tentram tetapi masih dalam lingkup trenyuh atau iba. Selain itu alunan nada yang pelan namun teratur dapat menggambarkan perasaan dari komposer yang sedang merasakan perasaan trenyuh atau iba melihat keadaan seseorang yang berada dalam keterbatasan ekonomi dan serba kekurangan.
3.      Sajian 3 komposisi “Randha” yang artinya adalah seorang wanita yang dalam keadaan sendiri padahal dia sudah bersuami dan suaminya pergi meninggalkan dirinyan sendiri atau pergi karena mereka berdua telah melewati masa cerai seorang wanita tersebut hidup sendiri dan di tinggalkan oleh suaminya sendiri.
Nama komposer: Kukuh Yuwono Basuki Nim (10111111)
Tempat tanggal lahir: karanganyar, 21 juni 1991
Riwayat pendidikan:
1.      SD N 02 Sumberejo
2.      SMP 02 Kerjo
3.      SMK N 8 Surakarta
Dalam penyajiannya menggunakan alat musik seperti kendhang besar, kendhang kecil, gambang, suling, kethuk, kempul yang di mainkan dengan teknik yang berbeda-beda dengan memadukan variasi-variasi suara yang seolah-olah menggambarkan keberadaan wanita seorang diri yang telah ditinggalkan oleh suaminya baik di cerai maupun telah meninggal dunia. Yang menjadi ciri khas pada penyajian ini ada seorang penyanyi yaitu seorang wanita atau yang disebut sebagai pesinden yang sangat cantik duduk sendiri di bagian tengah dan dia menyanyikan beberapa bait lagu yang menggambarkan bahwa perasaanya sedang sedih karena di tinggalkan oleh suaminya selain itu pada saat bernyanyi menggambarkan kepilauan hati seorang wanita yang ingin ada seseorang yang menghiburnya. Selain itu ekspresi wanita yang menyanyikan beberapa bait lagu yang diikuti dengan alunan nada karawitan yang pelan-pelan dan santai sangat menggambarkan topik yang komposer bawakan yaitu “randha” yang mana merupakan keadaan seorang wanita yang sedih dan dalam bahasa jawa disebut ngelaut di tinggal suaminya pergi.
4.    Sajian 4 komposisi “Nggedhablu” yang artinya perasaan kurang suka karena apa yang diinginkannya tidak sesuai dengan kenyataan yang di terimanya sehingga raut wajah menggambarkan perasaan yang tidak suka pada hal yang ketika mereka berjanji kemudian salah satu menghianati atau  para wakil rakyat sebelum mencalonkan diri sebagai wakil rakyat sering mengumbar janji yang pada akhirnya banyak yang tidak ditepati banyak janji-janji yang oleh para wakil rakyat diingkari atau hanya omong kosong kemudian muncul ekspresi wajah oleh para masyarakat yang disebut dengan nggedablu.
Nama komposer: Suryo Winarko Nim (10111121)
Tempat, tanggal lahir: Ngawi, 23 Juni 1991
Riwayat pendidikan:
1.      SD Islam Al-Abrar, lulus tahun 2004
2.      SMP N 1 Juwiringin, lulus tahun 2007
3.      SMK N 8 Surakarta lulus tahun 2010
Dalam penyajiannya menggunakan alat musik seperti kenong, gong cilik, gambang. gong besar, kethuk, kempul. Kemudian dari beberapa alat musik yang digunakan dimainkan dengan teknik yang berbeda-beda menggunakan irama beriringan yang selanjutnya muncul nada seperti nada “ndha” dan “blu” sehingga menggambarkan topik yang sedang disajikan oleh komposer yaitu nggedhablu selain itu alunan nada-nada yang disajikan oleh komposer dan kawan-kawannya menggambarkan perasaan kecewa rakyat terhadap wakil rakyat yang tidak menepati janji yang  mereka umbarkan disaat melakukan orasi atau kampanye yangnhanya memberi janji.
5.    Sajian 5 komposisi “Kasmaran” yang artinya setiap makhlukn dimuka bumi akan merasakan perasaan yang sangat indah yaitu kasmaran atau dua insan antara laki-laki dan perempuan yang menyatukan perasaan mereka perasaan saling menyayangi dan saling mengasihi atau terdapat rasa cinta diantara mereka berdua yang seakan-akan dunia hanya milik mereka berdua.
Nama komposer: Toni Prabowo Nim (10111141)
Tempat tanggal lahir: Grobogan 20 mei 1992
Riwayat pendidikan:
1.      SD, lulus tahun 2004
2.      SMP, lulus tahun 2007
3.      SMA, lulus tahun 2010
Dalam penyajiannya menggunakan beberapa alat musik seperti: biola dengan cara digesek, gong besar dengan cara dipukul, gong kecil juga dengan dipukul, kendhang di pukul, kenong dipukul, drum di tabuh, gambang dipukul, dan suling dengan cara ditiup selain itu juga menggunakan seorang penyanyi wanita yang disebut sebagai pesinden  yang sangat cantik yang bertugas menyanyikan beberapa lagu yang bertema jatuh cinta atau dalam bahasa jawa disebut dengan kasmaran. Kemudian alunan nada yang di bawakan oleh komposer dan kawan-kawannya adalah santai namun memiliki nilai yang sangat dalam tentang perasaan kasmaran. Irama yang dihasilkan adalah mendayu-ndayu dengan iringan nyanyian dari seorang wanita cantik dengan perpaduan alat  musik tradisional dan modern yang sangat harmonis sehingga sangat menggambarkan topik yang di bawakan oleh komposer yaitu “Kasmaran” atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan jatuh cinta atau disebut juga dengan kasmaran.
6.    Sajian 6 komposisi “Lewat Belakang” yang artinya menggambarkan kinerja para wakil rakyat yang banyak melakukan KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dalam mengemban tugasnya sebagai wakil rakyat mereka mengambil hak-hak dari masyarakat yang kemudian oleh mereka dinikmati sendiri dan di gunakan untuk berfoya-foya tanpa memikirkan kesengsaraan rakyatnya.
Nama komposer: Udin Tri Cahyo Nim (10111119)
Tempat tanggal lahir: wonogiri, 12 januari 1991
Riwayat pendidikan:
1.      TK Bulusulur 111 Negeri, lulus tahun 1998
2.      SD Banaran 11 Negeri, lulus tahun 2004
3.      MTs Negeri 1 Wonogiri, lulus tahun 2007
4.      SMK N 8 Surakarta, lulus tahun 2010
Dalam penyajiannya menggunakan beberapa alat musik seperti kendhang besar, kendhang kecil, gong besar, gong kecil, alat musik berupa drum bekas, gambar, kethuk, kempul dan lain sebagainya. Kemudian sebelum mulai pementasan di mulai dengan semua pengrawit menyalakan korek api yang dilakukan secara bergantian dalam panggung yang tanpa cahaya sedikitpun yang berarti menggambarkan kehidupan di dunia politik sekarang ini. Kemudian ada juga seorang laki-laki yang diibaratkan sebagai masyarakat yang mendorong drum sambil memukul-mukul drum yang menggambarkan perasaan kecewa terhadap wakil rakyat. Selain itu juga terdapat beberapa rakyat dan wakil rakyat yang mencoba menggantungkan badanya pada sebuah tali yang di rentangkan. Kemudian pada saat para pengrawit memulai memainkan alat musiknya dengan nada-nada yang tempo cepat dan memiliki warna rock atau metal dimana musik yang di sajikan menggambarkan gonjang –ganjingnya wilayah Indonesia akibat prektik Korupsi Kolusi dan Nepotisme yang kemudian di singkat dengan KKN. Selanjutnya didalam penyajiannya juga dipadukan dengan suara gendang yang di mainkan dengan tempo cepat dan ada wakil-wakil rakyat yang menyalakan gergaji listrik yang mengeluarkan percikan api. Semuanya di padukan sangat bagus dalam sajian karawitan yang berjudul “Lewat Belakang”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar