TUGAS PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN ANAK “UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) DAN IMUNISASI”
TUGAS PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN ANAK
“UKS
(Usaha Kesehatan Sekolah) DAN IMUNISASI”
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan Anak
Dosen Pengampu : Bp. Fatkhul Imron S.Pd., M.Or.
Disusun Oleh:
SRI WAHYUNI (A510120172/VIF)
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Nama :
Sri Wahyuni
Nim :
A510120172
Kelas
: VI F
Makul : Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Anak
Dosen: Bp. Fatkhul Imron S.Pd., M.Or.
Motto : “ Sistem pendidikan masa kini perlu diubah untuk menyiapkan
generasi muda yang siap menyongsong perubahan dunia yang begitu cepat.
Pendidikan harus mampu membuat anak menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dalam
kaitan dengan ujian Pendidikan perlu menyeimbangkan penguasaan pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dengan tetap memegang nilai-nilai tradisional
yang relevan dan modern.”
“UKS
(Usaha Kesehatan Sekolah) DAN IMUNISASI”
A. Pendahuluan
Anak merupakan manusia kecil yang
memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu
yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis,
antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan,
mereka seolah-olah tidak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak
bersifat egosentris, dan memiliki rasa ingin tahu secara alamiah. Anak
merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian pendek,
dan memiliki masa yang paling potensial untuk belajar, maka dari itu upaya
pendidikan untuk kesehatan anak melalui Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas sangat penting karena akan sangat
membantu anak dalam tumbuh kembangnya ke masa depan. Anak yang sehat merupakan
akar dari pertumbuhan generasi muda yang kuat dan unggul untuk mengisi
pembangunan suatu Negara. Faktor yang kondusif untuk kesehatan anak ke masa
depan adalah dengan upaya pendidikan kesehatan anak sejak dini (Sujiono, 2009).
Pendidikan merupakan pengaruh
lingkungan atas anak untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap atau
permanen didalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap seseorang anak.
Kualitas pendidikan untuk anak berkaitan erat dengan sumber daya manusia yang
berkualitas pula. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah yang memiliki
jasmani dan rohani yang sehat. Upaya pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas dan sehat antara lain dengan melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) (Sujiono, 2009). Dalam makalah ini selain membahas tentang UKS (Usaha
Kesehatan Sekolah) juga akan membahas tentang ruang lingkup imunisasi.
Dalam bidang imunologi kuman atau racun kuman (toksin)
disebut sebagai antigen.Secara khusus antigen tersebut merupkan bagian protein
kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke dalam
tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat anti. Bila
antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi.Zat anti terhadap
racun kuman disebut antioksidan.Berhasil tidaknya tubuh memusnahkan antigen
atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti
yang dibentuk. Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan antigen yang
kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas.Virulen yang baru untuk pertama
kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan menjadi sakit bila
terjangkit kuman ganas.
Jadi pada dasarnya reaksi pertama tubuh anak untuk membentuk
antibodi/antitoksin terhadap antigen, tidaklah terlalu kuat.Tubuh belum mempunyai
“pengalaman” untuk mengatasinya.Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak
sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi
antigen-anibody, tubuh anak dengan kekuatan zat antinya dapat menghancurkan
antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal (imun) terhadap
penyakit tersebut.
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan
imunisasi, anak anda terhindar dari ancaman penyakit yang ganas tanpa bantuan
pengobatan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini tubuh anak memberikan reaksi perlawanan terhadap benda-benda asing dari luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh. Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga imunitas tubuh pun menurun. Agar tubuh tetap kebal diperlukan perangsangan kembali oleh antigen, artinya anak terseut harus mendapat suntikan/imunisasi ulangan.
B.
Pembahasan
(Isi)
1. Definisi UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
Hidup sehat seperti yang
didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) World
Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan
kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, mental,
intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam Undang
Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa ”Kesehatan
Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik
dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan
sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Sumantri (2007), peserta didik
itu harus sehat dan orang tua memperhatikan lingkungan yang sehat dan makan
makanan yang bergizi, sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat
(SIS). Dalam proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi
pada head, heart dan hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan
keterampilan. Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health) sehingga peserta
didik memiliki 4 H (head, heart, hand dan health).
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah
usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada
peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan
terpadu (integrative) melalui program pendidikan dan penyuluhan kesehatan. UKS
adalah bagian dari usaha kesehatan pokok yang sesuia beban tugas puskesmas yang
di tujukan kepada sekolah-sekolah. Untuk optimalisasi program UKS perlu
ditingkatkan peran serta peserta didik sebagai subjek dan bukan hanya objek.
Dengan UKS ini diharapkan mampu menanamkan sikap dan perilaku hidup sehat pada
dirinya sendiri dan mampu menolong orang lain. Dari pengertian ini maka UKS
dikenal pula dengan child to child programe. Program dari anak, oleh anak, dan
untuk anak untuk menciptakan anak yang berkualitas.
2. Ruang lingkup kegiatan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
Kegiatan utama usaha kesehatan
sekolah di sebut dengan trias uks, yang terdiri dari :
1.
Pendidikan kesehatan
2.
Pelayanan kesehatan
3.
Pembinanan lingkungan kehidupan
sekolah yang sehat
Dengan demikian trias uks perpaduan
antara pendidikan dengan upaya pelayanan keseahatan. Pendidikan kesehatan
merupakan upaya pendidikan kesehatan yang di laksanakan sesuai dengan kurikulum
sekolah. Pelayanan kesehatan merupakan upaya kesehatan untuk meningkatkan
derajat kesehatan peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang secara sehat,
yang pada akhirnya dapat mningkatkan produktivitas belajar dan berprestasi
belajar. Sedangkan pembinaan lingkungan sekolah yang sehat merupakan gabungan
antara upaya pendidikan dan upaya kesehatan untuk dapat diterapkan dalam
lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari peserta didik.
3. Tujuan usaha kesehatan sekolah
Secara umum UKS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar
peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat
kesehatan peserta didik. Selain itu juga menciptakan lingkungan yang sehat,
sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal
dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas. Sedangkan secara khusus
tujuan UKS adalah menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat,
meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku masyarakat
sekolah yang sehat dan mandiri. Di samping itu juga meningkatkan peran serta
peserta didik dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan rumah tangga
serta lingkungan masyarakat, meningkatkan keteramplan hidup sehat agar mampu
melindungi diri dari pengaruh buruk lingkungan.
4. Sasaran UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
Sasaran pelayanan
UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat pendidikan:
1.
Sekolah taman kanak-kanak
2.
Pendidikan dasar
3.
Pendidikan menengah
4.
Pendidikan agama
5.
Pendidikan kejuruan
6.
Pendidikan khusus(sekolah luar
biasa)
Untuk sekolah dasar pendidikan sekolah dasar di prioritaskan kelas I, III,
dan kelas VI. Alasannya adalah kelas I, merupakan fase penyusuaian dalam
lingkungan sekolah yang baru dan lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan
kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar karena ketidaktahuan dan
ketidakmengertian tentang kesehatan. Di samping itu kelas satu adalah yang
lebih baik untuk di berika imunisasi ulangan. Pada kelas I ini di lakukan
penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul
sehingga mempermudah pengawasan untuk jenjang selanjutnya. Kelas III, di
laksanakan di kelas III untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan hasil pelaksanaan
uks di kelas satu dahulu dan langkah-langkah selanjutnya yang akan di lakukan
dalam program pembinaan uks. Kelas VI, dalam rangka mempersiapkan
kesehatan peserta didik ke jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan
pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang ckup.
Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS memerlukan
kesehatan yang baik. Kesehatan menunjukkan keadaan yang sejahtera dari badan,
jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis. Kesehatan bagi peserta didik merupakan sangat menentukan
keberhasilan belajarnya di sekolah, karena dengan kesehatan itu peserta didik
dapat mengikuti pembelajaran secara terus menerus. Kalau peserta didik tidak
sehat bagaimana bisa belajar dengan baik. Oleh karena itu kita mencermati
konsep yang dikemukakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahwa salah satu
indikator kualitas sumber daya manusia itu adalah kesehatan, bukan hanya
pendidikan. Ada tiga kualitas sumber daya manusia, yaitu pendidikan yang
berkaitan dengan berapa lama mengikuti pendidikan, kesehatan yang berkaitan sumber
daya manusianya, dan ekonomi yang berkaitan dengan daya beli. Untuk tingkat
ekonomi Indonesia masih berada pada urutan atau ranking yang sangat rendah
yaitu 108 pada tahun 2008, dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kemajuan
ekonomi suatu bangsa biasanya berkorelasi dengan tingkat kesehatan
masyarakatnya. Semakin maju perekonomiannya, maka bangsa itu semakin baik pula
tingkat kesehatannya. Oleh karena itu, jika tingkat ekonomi masih berada di
urutan yang rendah, maka tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya belum sesuai
dengan harapan. Begitu pula dengan sumber daya manusianya yang diharapkan
berkualitas masih memerlukan proses dan usaha yang lebih keras lagi.
5. Kegiatan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
Nemir
mengelompokkan usaha kesehatan sekolah menjadi 3 kegiatan pokok, yaitu :
1.
Pendidikan
kesehatan sekolah
a. Kegiatan
intra kurikuler, maksudnya adalah pendidikan kesehatan merupakan
bagian dari kurikulum sekolah, dapat berupa mata pelajaran yang berdiri sendiri
seperti mata pelajaran ilmu kesehatan atau disisipkan dalam ilmu-ilmu laen
seperti olah raga dan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan sebagainya.
b. Kegiatan ekstra kurikuler, maksudnya
adalah pendidikan kesehatan yang di masukan dalam kegiatan-kegiatan
ekstarakulikuler dalam rangka menanamkan prilaku sehat peserta didik.
Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dapat berupa :
a.
Penyuluhan kesehatan dari petugas
puskesmas yang berkaitan dengan :
1)
Higien personal yang meliputi
pemeliharaan gigi, dan mulut, kebersihan kulit dan kuku, mata, telinga dan
sebagainya.
2)
Lomba poster
sehat
3)
Perlombaan kebersihan kelas
2.
Pemeliharaan
kesehatan sekolah
Pemeliharaan
kesehatan sekolah, di maksudkan untuk memelihara , meningkatkan , dan menemukan
secara dini gangguan kesehatan yag mungkin terjadi terhadap peserta didik
maupun gurunya.
Pemeliharaan
kesehatan di sekolah di lakukan oleh petugas pusekesmas yang merupakan tim yang
di bentuk di bawah coordinator UKS yang terdiri dari dokter, perawat, juru
imunisasi dan sebagainya. Dan untuk koordinasi untuk tingkat kecamatan di
bentuk tim Pembina usaha kesehatan sekolah (TPUKS). Kegitan-kegiatan yang di
lakukan adalah :
a.
Pemeriksaan kesehatan, yang meliputi
gigi dan mulut, mata telingan dan tenggorokan, kulit dan rambut dsb
b.
Pemeriksaan perkembangan kecerdasan
c.
Pemberian imunisasi
d.
Penemuan kasus-kasus dini yang
mungkin terjadi
e.
Pengobatan sederhana
f.
Pertolongan pertama
g.
Rujukan bila menemukan kasus yang
tidak dapat di tanggulangi di sekolah termasuk juga adalah pemeliharaan dan
pemeriksaan kesehatan guru.
6. Peran sekolah dalam meningkatkan kesehatan
Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik yang dapat
mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan
perilaku tidak sehat, seperti lebih suka mengkonsumsi makanan tidak sehat yang
tinggi lemak, gula, garam, rendah serat, meningkatkan risiko hipertensi,
diabetes melitus dan obesitas, dan sebagainya. Apalagi sebelum makan tidak
mencuci tangan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan masukkan bibit penyakit
ke dalam tubuh. Selain itu meningkatnya perokok pemula, usia muda, atau usia
peserta didik sekolah sehingga risikonya akan mengakibatkan penyakit
degeneratif. Perilaku tidak sehat lainnya yang mengkhawatirkan adalah melakukan
pergaulan bebas, sehingga terjerumus ke dalam penyakit masyarakat seperti
penggunaan narkoba atau tindakan kriminal. Apalagi perilaku tidak sehat ini,
disebabkan lingkungan yang tidak sehat, seperti kurang bersihnya rumah,
sekolah, atau lingkungan masyarakatnya.
Tantangan lain tentang perilaku tidak sehat muncul dari diri peserta didik
sendiri. Aktifitas fisik mereka kurang bergerak, olahraga pun kurang, malas
sehingga tidak bergairah baik di rumah maupun atau di sekolah. Peserta didik
pun cenderung lebih menyukai dan banyak menonton televisi, bermain videogames,
dan play station, sehingga mengakibatkan fisiknya kurang bugar. Akibatnya
mereka rentan mengalami sakit dan beresiko terhadap berbagai penyakit
degeneratif di usia dini. Untuk itu diperlukan fasilitas dan program pendidikan
jasmani atau olah raga memadai dan terprogram dengan baik, di sekolah dan di
lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini sangat mendukung dan memungkinkan
peserta didik untuk bergerak, berkreasi, dan berolah raga dengan bebas,
menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran fisiknya. Kesehatan
fisik peserta didik berkorelasi positif terhadap kematangan emosi sosialnya.
Guru atau orang tua perlu memberikan bekal yang penting bagi peserta didik
yaitu menciptakan kematangan emosi-sosialnya agar dapat berhasil dalam
menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara
akademik. Peserta didik pun akan mampu mengendalikan stress yang dialaminya,
karena jika stress tidak dikendalikan akan menyebabkan timbulnya berbagai
penyakit dan akan menjadi kendala untuk keberhasilan belajarnya.
Untuk menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengancam kesehatan fisik
dan jiwanya tersebut sekolah memilkki peran yang penting untuk menciptakan dan
meningkatkan kesehatan peserta didik. Upaya yang dilakukan antara lain dengan
menciptakan lingkungan “Sekolah Sehat” (Health Promoting School/HPS) melalui
UKS. Konsep inilah yang oleh Badan Kesehatan Dunia WHO disebut HPS (Health
Promoting Schools) atau Sekolah Promosi Kesehatan sehingga “a health setting
for living, learning and working” dengan tujuan (goal) “Help School Become
Health Promoting Schools.” Program UKS ini hendaknya dilaksanakan dengan baik
sehingga sekolah menjadi tempat yang dapat meningkatkan atau mempromosikan
derajat kesehatan peserta didiknya.
Menurut WHO (Depkes, 2008) ada enam ciri utama sekolah yang dapat
mempromosikan atau meningkatkan kesehatan, yaitu
1.
Melibatkan semua pihak yang
berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah, yaitu peserta didik, orang tua, dan
para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di masyarakat.
2.
Berusaha keras untuk menciptakan
lingkungan yang sehat dan aman, meliputi sanitasi dan air yang cukup, bebas
dari segala macam bentuk kekerasan, bebas dari pengaruh negatif dan
penyalahgunaan zat-zat berbahaya, suasana yang mempedulikan pola asuh, rasa
hormat dan percaya. Diciptakannya pekarangan sekolah yang aman, adanya dukungan
masyarakat sepenuhnya.
3.
Memberikan pendidikan kesehatan
dengan mengembangkan kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku
peserta didik yang positif terhadap kesehatan, serta dapat mengembangkan
berbagai keterampailan hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial.
Selain itu, memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun
orang tua.
4.
Memberikan akses (kesempatan) untuk
dilaksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu penyaringan, diagnose
dini, pemantauan dan perkembangan, imunisasi, serta pengobatan sederhana.
Selain itu, mengadakan kerja sama dengan puskesmas setempat, dan mengadakan
program-program makanan begizi dengan memperhatikan ‘keamanan’ makanan.
5.
Menerapkan kebijakan-kebijakan dan
upaya-upaya di sekolah untuk mempromosikan atau meningkatkan kesehatan, yaitu
kebijakan yang didukung oleh seluruh staf sekolah termasuk mewujudkan proses
pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat bagi
seluruh masyarakat sekolah. Kebijakan berikutnya memberikan pelayanan yang ada
untuk seluruh peserta didik. Terakhir. kebijakan-kebijakan dalam penggunaan
rokok, penyalahgunaan narkotika termasuk alkohol serta pencegahan segala bentuk
kekerasan/pelecehan.
6.
Bekerja keras untuk ikut atau
berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan cara memperhatikan
masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Cara lainnya berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat.
Upaya mengembangkan “Sekolah Sehat” (Health Promoting School/HPS) melalui
program UKS perlu disosialisasikan dan dilakukan dengan baik. melalui pelayanan
kesehatan (yankes) yang didukung secara mantap dan memadai oleh sektor terkait
lainnya, seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan media massa. Sekolah
sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran harus menjadi HPS, yaitu
sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya. Upaya ini
dilakukan karena sekolah memiliki lingkungan kehidupan yang mencerminkan hidup
sehat. Selain itu, mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, sehingga
terjamin berlangsungnya proses pembelajaran dengan baik dan terciptanya kondisi
yang mendukung tercapainya kemampuan peserta didik untuk beperilaku hidup
sehat. Semua upaya ini akan tercapai bila sekolah dan lingkungan dibina dan
dikembangkan. Pembinaan lingkungan sekolah sehat dilakukan melalui pemeliharaan
sarana fisik dan lingkungan sekolah, melakukan pengadaan sarana sekolah yang
mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat, melakukan kerja sama
dengan masyarakat sekitar sekolah yang mengandung lingkungan besih dan sehat,
dan melakukan penataan halaman, pekarangan, apotik hidup dan pasar sekolah yang
aman.
Upaya lain yang dilakukan dalam pembinaan lingkungan sekolah sehat dan
promosi gaya hidup sehat melalui pendekatan life skills education atau
pendidikan kecakapan hidup. Setiap individu akan mengalami kehidupan yang sehat
fisik dan mentalnya apabila dapat menuntaskan tugas-tugas perkembangan sesuai
dengan usianya. Implikasi tugas perkembangan ini terhadap pendidikan adalah
bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan perlu disusun struktur kurikulum yang
muatannya dapat memfasilitasi perkembangan kesehatan sebagai suatu kecakapan
hidup (life skills). Kecakapan hidup adalah kecakapan yang diperlukan untuk
hidup. yang meliputi pengetahuan, mental, fisik, sosial, dan lingkungan untuk
mengembangkan dirinya secara menyeluruh untuk bertahan hidup dalam berbagai
keadaan dengan berhasil, produktif, bahagia, dan bermartabat. WHO atau World
Health Organization) mendefinisikan kecakapan hidup sebagai keterampilan atau
kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan
seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan
secara lebih efektif. Selain itu, dapat membantu seseorang menarik keputusan
yang tepat, berkomunikasi secara efektif, dan membangun keterampilan mengelola
diri sendiri yang dapat membantu mereka mencapai hidup yang sehat dan produktif.
Sedangkan UNICEF memberikan definisi tentang kecakapan hidup yang merujuk pada
kecakapan psiko-sosial dan interpersonal yang dapat membantu orang untuk
mengambil keputusan yang tepat, berkomunikasi secara effektif, memecahkan
masalah, mengatur diri sendiri, dan mengembangkan sikap hidup sehat dan
produktif.
Pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas konsep bahwa peserta didik perlu
learning to be (belajar untuk menjadi), learning to learn (belajar untuk
belajar) atau learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to live
with others (belajar untuk hidup bersama), dan learning to do (belajar untuk
melakukan). Berdasarkan konsep ini, kecakapan hidup terbagi atas empat kategori
yaitu kecakapan hidup personal learning to be), kecakapan hidup social (learning
live with others), kecakapan hidup akademik (learning to learn/ learning to
know), dan kecakapan hidup vokasional (learning to do).
Kecakapan personal (personal skill), meliputi kecakapan dalam memahami diri
(self awareness skill) dan kecakapan berfikir (thinking skill). Bagi peserta
didik mempraktekkan kecakapan personal penting untuk membangun rasa percaya
diri, mengembangkan akhlak yang mulia, mengembangkan potensi, dan
menanamkan kasih sayang dan rasa hormat kepada orang lain. Kecakapan sosial
(social skill), meliputi kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan
kecakapan bekerja sama (collaboration skill). Mempraktekkan kecakapan sosial
penting untuk membantu peserta didik mengembangkan hubungan yang positif,
secara konstruktif mengelola emosi dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan
yang menguntungkan masyarakat. Kecakapan akademik (academic skill) atau
kecakapan intelektual. Mempraktekkan kecakapan akademik penting untuk membantu
peserta didik memperoleh kecakapan ilmiah, teknologi dan analitis yang
diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam lembaga pendidikan formal dan
tempat kerja. Kecakapan vokasional (vocational skill) atau kemampuan kejuruan
terbagi atas kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan
vokasional khusus (occupational skill). Mempraktekkan kecakapan vokasional
penting untuk membekali peserta didik dengan kecakapan teknis dan sikap yang
dituntut oleh perusahaan atau lembaga yang menyediakan lapangan kerja.
Keempat jenis kecakapan hidup itu menghasilkan individu yang memiliki
kesehatan jasmani dan rokhani, lahir atau bathin yang diperlukan untuk bertahan
dalam lingkungan apa pun. Peserta didik memiliki kemampuan untuk memanfaatan
semua sumber daya secara optimal, sehingga akan meningkatkan kualitas pendidikan
dan kualitas hidupnya. Kecakapan hidup yang diperoleh oleh peserta didik
melalui proses belajar bukan terjadi begitu saja, dapat dipraktekkan oleh
peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya dengan diberi contohnya oleh guru,
orang tua dan anggota masyakarat. Kecakapan hidup membantu peserta didik secara
positif dan adaptif mengatasi situasi dan tuntutan hidup sehari-hari. Untuk itu
sekolah mengembangan kecakapan hidup peserta didik antara lain menciptakan
lingkungan sekolah yang sehat, bekerja sama dengan masyarakat menyediakan
berbagai keperluan sekolah menciptakan dan meningkatkan kesehatan peserta
didiknya, baik fisik maupun non fisik.
7.
Kebijakan
dalam peningkatan implementasi dalam peningkatan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)
Untuk mendukung peningkatan proses pembelajaran yang lebih baik, maka
program peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan sekolah sehat akan terus
dilaksanakan. Sehingga dapat terbentuk peserta didik yang sehat dan bugar serta
sekolah yang memenuhi standar sekolah sehat. Cara yang dilakukan adalah
mengoptimalkan berbagai upaya pengembangan sekolah sehat antara lain dilakukan
upaya peningkatan kemampuan profesionalisme guru dan tenaga pendidik melalui
berbagai pelatihan, bimbingan dan penyuluhan, serta upaya-upaya sosialisasi dan
implementasi di bidang UKS, pendidikan kesehatan, pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan jasmani dan kebugaran jasmani. Mengefektifkan pengkajian dan
pengembangan pendidikan antara lain dengan lebih memfokuskan upaya pengkajian
dalam rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat, melaksanakan evaluasi yang
sesuai dengan upaya peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan sekolah
sehat. Mengintensifkan pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi antara lain dengan memantapkan pengembangan program dalam rangka
pengembangan ilmu pengetahuan dan melaksanakan pengkajian dan pengembangan
bidang pengukuran, standarisasi, evaluasi dalam rangka upaya peningkatan
kualitas jasmani dan pengembangan sekolah sehat. Meningkatkan kegiatan analisis
kajian kesegaran jasmani, pendidikan jasmani dan pendidikan rekreasi yang dapat
bermanfaat langsung bagi peserta didik, tenaga kependikan dan masyarakat serta
menunjang peningkatan mutu pendidikan.
8.
Cara
melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah
Pendidikan kesehatan memiliki beberapa tujuan, yaitu memiliki pengetahuan
tentang isu kesehatan, memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup
sehat, memiliki keterampilan dalam pemeliharaan, pertolongan dan perawatan
kesehatan, memiliki kebiasaan hidup sehat, mampu menularkan perilaku hidup
sehat, peserta didik tumbuh kembang secara harmonis, menerapkan prinsip-prinsip
pencegahan penyakit, memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar,
memiliki kesegaran jasmani dan kesehatan yang optimal Tujuan pendidikan
kesehatan tersebut akan tercapai dengan melakukan berbagai cara pelaksanaannya.
Cara melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah dilakukan melalui
penyajian dan penanaman kebiasaan. Cara penyajian pendidikan lebih menekankan
peran aktif peserta didik melalui kegiatan ceramah, diskusi, demonstrasi,
pembimbingan, permainan, dan penugasan. Cara penanaman kebiasaan dilakukan
melalui penugasan untuk melalukan cara hidup sehat sehari-hari dan pengamatan
terus menerus oleh guru dan kepala sekolah. Keberhasilan pendidikan kesehatan
ditentukan dengan adanya keteladanan dan dorongan dari kepala sekolah, guru,
pegawai sekolah, dan orang tua. Keberhasilan itu juga ditentukan adanya
hubungan guru dengan orang tua peserta didik, apa yang diberikan oleh guru di sekolah
hendaknya juga didukung oleh orang tua di rumah.
Materi pendidikan kesehatan yang diajarkan di sekolah berbeda-beda
disesuaikan dengan jenjang pendidikannya. Materi pendidikan itu antara lain
demam berdarah, flu burung, pelayanan gizi, kesehatan gigi dan mulut,
pengelolaan sampah, pengelolaan tinja, sarana pembuangan limbah, pengelolaan
air bersih, penyediaan air bersih, air dan sanitasinya, pegenalan pada penyakit
menular dan pencegahannya. Khusus untuk peserta didik SMP/MTs dan SMA/SMK/MA
ditambah dengan kesehatan reproduksi, bahaya rokok dan deteksi dini
penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, minuman keras, dan bahan-bahan yang
berbahaya serta zat adiktif (NAPZA) dan HIV/AIDS.
UKS dilaksanakan mulai dari TK/RA sampai SLTA/MA, serta dilaksanakan secara
berjenjang dari sekolah/madrasah sampai pusat secara terkoordinasi baik antara
sekolah dengan Tim Pembina, Tim Pembina UKS di bawahnya dengan yang di atasnya
maupun antar sesama Tim Pembina UKS yang sejajar. Kegiatan UKS di lingkungan
sekolah meliputi beberapa kegiatan, yang pertama adalah rapat koordinasi baik
di tingkat pusat, propinsi, kabupaten serta tim Pembina. Semua dilakukan dengan
mengundang para anggota tim Pembina UKS baik dari bidang kesehatan dalam negeri
maupun dari pendidikan nasional. Kedua, memberikan bantuan peningkatan kualitas
kesehatan madrasah, kemudian orientasi dokter kecil untuk MI, dan kader
kesehatan remaja untuk MTs dan MA. Pembinaan UKS oleh TPUKS (Tim Pembina UKS)
masih rendah dan belum merata. Pendidikan kesehatan berbasis kesehatan dengan
program usaha kesehatan sekolah atau pelaksanaan sekolah sehat ini, diharapkan
menjadi bagian dari pelaksanaan pendidikan, bukan hanya di madrasah tetapi juga
di sekolah.
9.
Pengertian Imunisasi
Imunisasi
adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi
seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau
resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain
diperlukan imunisasi lainnya (Umar,2006).
Imunisasi
adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin
ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi untuk mencegah terhadap
penyakit tertentu (Hidayat,2008).
Imunisasi
adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan atau imunitas
pada bayi dan anak sehingga terhindar dari penyakit (Supartini,2002).
Imunisasi
adalah pemberian satu atau lebih anti gen yang infeksius pada seorang individu
untuk merangsang system imun dan memproduksi anti bodi yang akan mencegah
infeksi (Schwartz,2004)
Imunisasi
adalah proses yang menginduksi imunitas secara artifisial dengan pemberian
bahan antigenic dan penggunaan agen infeksi hidup yang dilemahkan atau
diinaktifkan (Wahab,2000)
Imunisasi
adalah pemberian antigen untuk memicu imunitas seseorang sehingga memiliki
kemampuan untuk bertahan terhadap infeksi (Hinchliff, 1999).
Imunisasi
biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh
mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan
penyakit berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi
harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang
sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak (www.litbang.depkes.go.id).
Imunisasi
adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan
cara memasukkan kuman atau bibit kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan
kedalam tubuh. dengan memasukan kuman atau bibit penyakit tersebut, tubuh dapat
menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh untuk melawan kuman
atau bibit penyakit penyerang tubuh (http://harry-arudam.blogspot.com/2012/03/pengertian-imunisasi.html).
Suatu cara
untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen,
sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit
(http://pkmdanaurawah.blogspot.com/2011/10/pengertian-imunisasi-dan-cara-pemberian.html).
Imunisasi
adalah tindakan pemberian kekebalan terhadap serangan penyakit tertentu dengan
jalan memasukkan suatu zat antibody ke dalam tubuh (http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2021254-pengertian-imunisasi/).
10.
Jenis-jenis Imunisasi
1.
Imunisasi BCG
Kepanjangan
BCG? Mungkin karena susah mengucapkannya makanya jarang yang hafal
kepanjangannya. Bacillus Calmette-Guerin.BCG adalah vaksin untuk mencegah
penyakit TBC, orang bilang flek paru. Meskipun BCG merupakan vaksin yang paling
banyak di gunakan di dunia (85% bayi menerima 1 dosis BCG pada tahun 1993),
tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat bervariasi dan belum ada penanda
imunologis terhadap tuberculosis yang dapat dipercaya.
Maksudnya,
kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi BCG ini bervariasi. Dan tidak ada
pemerikasaan laboratorium yang bisa menilai kekebalan seseorang pada penyakit
TBC setelah diimunisasi. Berbeda dengan imunisasi hepatitis B, kita bisa
memeriksa titer anti-HBsAg pada laboratotrium, bila hasilnya > 10 μg dianggap memiliki kekebalan yang
cukup terhadap hepatitis B.
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa kemampuan proteksi BCG berkurang jika telah ada
sensitisasi dengan mikobakteria lingkungan sebelumnya, tetapi data ini tidak
konsisten.
Royan
said : maksudnya, kalau sih anak sudah kemasukkan kuman TBC sebelum
diimunisasi, proses pembentukan antibbodi setelah diimunisasi kurang memuaskan.
Karena
itu, BCG dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan) atau dilakukan uji tuberkulin
dulu (bila usia anak lebih dari 3 bulan.IDAI) untuk mengetahui apakah anak
telah terinfeksi TBC atau belum (lihat jadwal imunisasi) Dan lagi, kekebalan
untuk penyakit TBC tidak diturunkan dari ibu ke anak (imunitas seluler), karena
itu anak baru lahir tidak punya kekebalan terhadap TBC. Makanya ibu-ibu harus
segera memberikan imunisasi BCG buat anaknya.
Perlu
diketahui juga, derajat proteksi imunisasi BCG tidak ada hubungannya dengan
hasil tes tuberkulin sesudah imunisasi dan ukuran parut (bekas luka suntikan)
dilengan.Jadi tidak benar kalau parutnya kecil atau tidak tampak maka
imunisasinya dianggap gagal.
Imunsasi
BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun, dan 0,1 ml
pada anak. Disuntikkan secara intrakutan.
maksudnya
disuntikkan ke dalam lapisan kulit (bukan di otot). Bila penyuntikan benar,
akan ditandai kulit yang menggelembung.
BCG
ulang tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan.BCG tidak dapat diberikan
pada penderita dengan gangguan kekebalan seperti pada penderita lekemia (kanker
darah), anak dengan pengobatan obat steroid jangka panjang dan penderita
infeksi HIV (Wahab, 2000).
2.
Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi
hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari 100 negara
memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya.Jika menyerang anak,
penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan.Bila sejak lahir telah
terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang
dibawanya terus hingga dewasa.Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan
hati.
Banyak
jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh si kecil.Yang potemsial melalui jalan
lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi
darah. Bisa juga melali alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi
darah dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau
peralatan yang ada di klinik gigi.Bahkan juga bisa lewat sikat gigi atau sisir
rambut yang digunakan antar anggota keluarga.
Malangnya,
tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata.Bahkan oleh dokter
sekalipun.Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis.Anak
juga terlihat sehat, nafsu makan baik, berat badan juga normal.Penyakit baru
diketahui setelah dilakukan pemeriksaan darah.
Upaya
pencegahan adalah langkah terbaik.Jika ada salah satu anggota keluarga
dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screening terhadap
anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak.Selain itu,
imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B.
Jumlah
Pemberian: Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan
kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.
Usia
PemberianSekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi
stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung.Dilanjutkan pada usia 1
bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain
imunisasi tsb dilakukan tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam
waktu sebelum usia 24 jam.
Lokasi
Penyuntikan: Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi
di paha lewat anterolateral (antero= otot-otot bagian depan, lateral= otot
bagian luar). Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi
efektivitas vaksin.
Tanda
Keberhasilan: Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat
dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek
kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000,
berarti daya tahanya 8 tahun; diatas 500, tahan 5 tahun; diatas 200 tahan 3
tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang.
Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi. Tingkat
Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali suntikan, lbih
dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup. Indikator Kontra: Tak dapat
diberikan pada anak yang sakit berat
3.
Polio
Imunisasi
polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau yang sering dilihat
dimana mana yaitu vaksin tetes mulut. Sedangkan yang kedua inactivated polio
vaccine, ini yang disuntikkan. Kalo yang tetes mudah diberikan, murah dan
mendekati rute penyakit aslinya, sehingga banyak digunakan.Kalo yang injeksi
efek proteksi lebih baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis. Selain
itu saat ini MUI telah mengeluarkan fatwa agar pemakaian vaksin polio injeksi
hanya ditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat vaksin polio tetes
karena daya tahan tubuhnya lemah
Polio
atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang yang menyerang saraf
dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki.Walaupun dapat sembuh, penderita
akan pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot lumpuh dan tetap
kecil.
Di
wikipedia dijelaskan bahwa Polio sudah dikenal sejak zaman pra-sejarah.Lukisan
dinding di kuil-kuil Mesir kuno menggambarkan orang-orang sehat dengan kaki
layu yang berjalan dengan tongkat.Kaisar Romawi Claudius terserang polio ketika
masih kanak-kanak dan menjadi pincang seumur hidupnya.
Virus
polio menyerang tanpa peringatan, merusak sistem saraf menimbulkan kelumpuhan
permanen, biasanya pada kaki.Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak
dapat menggerakkan otot pernapasan. Ketika polio menyerang Amerika selama
dasawarsa seusai Perang Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok semua orang tua’,
karena menjangkiti anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun. Di sana
para orang tua tidak membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung-gedung bioskop
dikunci, kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup.
Virus
polio menular secara langsung melalui percikan ludah penderita atau makanan dan
minuan yang dicemari.
Pencegahannya
dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes setiap kali sesuai dengan
jadwal imunisasi.
4.
DPT
Deskripsi
Vaksin Jerap DPT adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus
yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yang
teradsorbsi ke dalam 3 mg / ml Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan
sebagai pengawet. Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis,
30 IU difteri dan 60 IU tetanus.
Indikasi
Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri, tetanus dan batuk rejan. Komposisi
Tiap ml mengandung : Toksoid difteri yang dimurnikan 40 Lf Toksoid tetanus yang
dimurnikan 15 Lf B, pertussis yang diinaktivasi 24 OU Aluminium fosfat 3 mg
Thimerosal 0,1 mg
Dosis
dan Cara Pemberian Vaksin harus dikocok dulu untuk menghomogenkan
suspensi.Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau secara subkutan
yang dalam.Bagian anterolateral paha atas merupakan bagian yang
direkomendasikan untuk tempat penyuntikkan.(Penyuntikan di bagian pantat pada
anak-anak tidak direkomendasikan karena dapat mencederai syaraf pinggul).Tidak
boleh disuntikkan pada kulit karena dapat menimbulkan reaksi lokal. Satu dosis
adalah 0,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus digunakan jarum suntik dan syringe
yang steril.
Di
negara-negara dimana pertusis merupakan ancaman bagi bayi muda, imunisasi DPT
harus dimulai sesegera mungkin dengan dosis pertama diberikan pada usia 6
minggu dan 2 dosis berikutnya diberikan dengan interval masing-masing 4 minggu.
Vaksin DPT dapat diberikan secara aman dan efektif pada waktu yang bersamaan
dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib.dan vaksin
Yellow Fever.
Kontraindikasi
Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan suntikan pertama DPT.
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala-gejala
serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi dari komponen pertussis.Imunisasi
DPT kedua tidak boleh diberikan kepada anak yang mengalami gejala-gejala parah
pada dosis pertama DPT. Komponen pertussis harus dihindarkan, dan hanya dengan
diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini.Untuk individu penderita virus human
immunodefficiency (HIV) baik dengan gejala maupun tanpa gejala harus diberi
imunisasi DPT sesuai dengan standar jadual tertentu.
5.
Campak
Imunisasi
campak, sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya. Namun
seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh
antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah
menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang
penyakit yang disebabkan virus Morbili ini.Untungnya campak hanya diderita
sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan
terkena lagi.
Penularan
campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita
yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung
sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi.Setelah itu barulah muncul gejala
flu (batuk, pilek, demam), mata kemerahabn dan berair, si kecilpun merasa silau
saat melihat cahaya. Kemudian, disebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih
yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare.satu-dua hari
kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat celcius.
Seiring
dengan itu barulah muncul bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas penyakit
ini.Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil.Awalnya haya
muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada, muka, tangan
dan kaki.Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian
tibih saja dan tidak banyak.
Jika
bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Bercak
merah pun akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi.
Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya.
Umumnya dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari
sisa-sisa campak.Dalam kondisi ini tetaplah meminum obat yang sudah diberikan
dokter.Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi.Pengobatannya bersifat
simptomatis, yaitu mengobati berdasarkan gejala yang muncul.Hingga saat ini,
belum ditemukan obat yang efektif mengatasi virus campak.
Jika
tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya.Bisa terjadi komplikasi,
terutama pada campak yang berat.Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di
sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari.Komplikasi yang
terjadi biasanya berupa radang paru-paru dan radang otak.Komplikasi ini yang
umumnya paing sering menimbulkan kematian pada anak.
Usia
dan Jumlah Pemberian Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6
tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi
dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak
usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada
usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella)
(www.organisasi.org).
11. Efek Samping Imunisasi
Imunisasi
memang penting untuk membangun pertahanan tubuh bayi.Tetapi, orangtua masa kini
seharusnya lebih kritis terhadap efek samping imunisasi yang mungkin menimpa Si
Kecil.
Pertahanan
tubuh bayi dan balita belum sempurna.Itulah sebabnya pemberian imunisasi, baik
wajib maupun lanjutan, dianggap penting bagi mereka untuk membangun pertahanan
tubuh.Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dari berbagai penyakit yang
membahayakan jiwanya.
Di
lain pihak, pemberian imunisasi kadang menimbukan efek samping. Demam tinggi
pasca-imunisasi DPT, misalnya, kerap membuat orangtua was-was. Padahal, efek
samping ini sebenarnya pertanda baik, karena membuktikan vaksin yang dimasukkan
ke dalam tubuh tengah bekerja.Namun, kita pun tidak boleh menutup mata terhadap
fakta adakalanya efek imunisasi ini bisa sangat berat, bahkan berujung
kematian.Realita ini, menurut Departemen Kesehatan RI disebut "Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi"(KIPI).Menurut Komite Nasional Pengkajian dan
Penanggulangan (KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang
terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.
Menurut
Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasi yang aman
tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi diimunisasi, ia harus
diobservasi terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai dipastikan tidak
terjadi adanya KIPI (reaksi cepat).
Selain
itu, menurut Prof. DR. Dr. Sri Rejeki Hadinegoro SpA.(K), untuk menghindari
adanya kerancuan antara penyakit akibat imunisasi dengan yang bukan, maka
gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu.
"Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat.Dilihat dari
gejalanya pun, dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan
saraf pusat, serta reaksi lainnya," terang Ketua Satgas Imunisasi Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini.
Pada
umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya.Pada keadaan
tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (pasca-vaksinasi
rubella), bahkan 42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi juga bisa
diakibatkan reaksi simpang (adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau
kejadian lain yang bukan akibat efek langsung vaksin, misalnya alergi.
"Pengamatan juga ditujukan untuk efek samping yang timbul akibat kesalahan
teknik pembuatan, pengadaan, distribusi serta penyimpanan vaksin.Kesalahan
prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang
timbul kebetulan," demikian Sri.
Penelitian
Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM), AS, melaporkan, sebagian
besar KIPI terjadi karena faktor kebetulan."Kejadian yang memang akibat
imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan
atau pragmatic errors)," tukas dokter yang berpraktek di RSUPN Cipto
Mangunkusumo ini.
Stephanie
Cave MD, ahli medis yang menulis "Yang Orangtua Harus Tahu tentang
Vaksinasi Pada Anak" menyebutkan, peluang terjadinya efek samping vaksin
pada bayi dan anak-anak adalah karena mereka dijadikan target imunisasi massal
oleh pemerintah, pabrik vaksin, maupun dokter. Padahal, imunisasi massal yang
memiliki sikap "satu ukuran untuk semua orang" ini sangat berbahaya.
Karena, "Setiap anak adalah pribadi tersendiri, dengan bangun genetika,
lingkungan sosial, riwayat kesehatan, keluarga dan pribadi yang unik, yang bisa
berefek terhadap cara mereka bereaksi terhadap suatu vaksin,"
Secara
garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi.Sebagian besar ternyata
tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini
beberapa faktor KIPI yang bisa terjadi pasca-imunisasi:
1. Reaksi Suntikan
Semua
gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik, baik langsung
maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI.Reaksi suntikan
langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat
suntikan.Sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing,
mual, sampai sinkope atau pingsan.
2. Reaksi vaksin
Gejala
KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnya sudah diprediksi
terlebih dahulu karena umumnya "ringan". Misal, demam pasca-imunisasi
DPT yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas.Meski demikian, bisa juga
reaksi induksi vaksin berakibat parah karena adanya reaksi simpang di dalam
tubuh (misal, keracunan), yang mungkin menyebabkan masalah persarafan,
kesulitan memusatkan perhatian, nasalah perilaku seperti autisme, hingga resiko
kematian.
3. Penyebab tidak diketahui
Bila
kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke dalam salah
satu penyebab, maka untuk sementara dimasukkan ke kelompok "penyebab tidak
diketahui" sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya, dengan
kelengkapan informasi akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI. 'Imunisasi
itu Aman' Ilmu Pengetahuan atau Fiksi?raguan tentang aman-tidaknya imunisasi
bukan sesuatu yang mengada-ada. Saat ini sudah ada puluhan ribu kejadian buruk
akibat imunisasi yang dilaporkan, dan puluhan ribu lainnya yang tidak
dilaporkan.Pada anak-anak, imunisasi (dan antibiotik) bertanggung jawab untuk
sebagian besar reaksi negatif dibanding obat-obat resep lainnya.Jadi
realitanya, tidak ada obat yang aman untuk setiap anak.Dan, beberapa obat lebih
berbahaya daripada beberapa obat lainnya.
Keamanan
imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu pengetahuan yang baik, bukan
hipotesa, pendapat, keyakinan perorangan, atau pengamatan. Namun faktanya,
hingga kini banyak yang tidak diketahui para ilmuwan tentang cara kerja
imunisasi di dalam tubuh pada tingkat sel dan molekul. Tes yang memadai untuk
imunisasi juga tidak ada.Yang juga kurang, adalah pengertian tentang efek
jangka panjang dari imunisasi massal bagi bayi dan anak-anak. Yang diketahui
adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika imunisasi massal mulai diwajibkan di
Amerika Serikat, telah terjadi peningkatan kasus kelainan sistem imun dan
persarafan, termasuk kesulitan memusatkan perhatian, asma, autisme, diabetes
anak-anak, sindroma keletihan menahun, kesulitan belajar, rematoid artritis,
multipel sklerosis, dan masalah kesehatan yang menahun lainnya.
Di
Amerika Serikat dan tempat-tempat lain di dunia, adanya peningkatan besar
jumlah masalah medis yang terkait dengan imunisasi yang dilaporkan orangtua dan
profesional kedokteran, telah mencetuskan suatu gerakan yang menuntut
dilakukannya lebih banyak kajian yang lebih baik tentang potensi efek buruk
jangka panjang atau menahun dari imunisasi.
Imunisasi
kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang membuktikan
bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat :
a)
BCG: Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan
merah ditempat suntikan. Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses
kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah ±10 mm. Luka akan sembuh
sendiri dengan meninggalkan luka parut yang kecil.
b)
DPT: Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari
setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam
waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, kemerahan atau bengkak di
tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan
pengobatan khusus, akan sembuh sendiri.Bila gejala diatas tidak timbul tidak
perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan
Imunisasi tidak perlu diulang.
c)
POLIO : Jarang timbuk efek samping.
d) CAMPAK : Anak mungkin panas, kadang
disertai dengan kemerahan 4–10 hari sesudah penyuntikan.
e)
HEPATITIS : Belum pernah dilaporkan adanya efek samping.
Perlu diingat efek samping imunisasi jauh lebih ringan daripada efek penyakit
bila bayi tidak diimunisasi.
12. Penyakit yang di Timbulkan Pada Anak yang Tidak di Imunisasi
Imunisasi, tak hanya menjaga agar
anak tetap sehat, tapi juga ampuh untuk mencegah dan menangkal timbulnya
penyakit serta kematian pada anak-anak.Lalu mengapa kadangkala orangtua kerap
mengabaikan tindakan penting tersebut?Bukankah lebih baik mencegah daripada
mengobati?
Sesuai dengan yang diprogramkan oleh
organisasi kesehatan dunia WHO (Badan Kesehatan Dunia), Pemerintah Indonesia
menetapkan ada 12 imunisasi yang harus diberikan kepada anak-anak. 5
Diantaranya merupakan imunisasi yang wajib diberikan sebab fungsinya adalah
untuk mencegah anak dari serangan penyakit – penyakit seperti :
1. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang
timbul tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju.
Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan
kematian, baik di negara berkembang maupun di negara maju faktor resiko infeksi
dan faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit ( resiko penyakit ).
Resiko Infeksi TB Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara
lain adalah : anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TB aktif,
daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan, serta lingkungan
yang tidak sehat.
2.
Hepatitis B yang disebabkan virus
hepatitis B yang berakibat pada hati
Penyakit hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh lebih
besar (lebih dari 90 persen) dibandingkan kemungkinan pada orang
dewasa."Oleh karena itu, bagi bayi vaksin hepatitis B mutlak perlu.
Ciri-ciri penderita hepatitis B umumnya tak diketahui secara
jelas karena penderita seperti orang sehat. Akibatnya ia tak segera menyadari
dirinya telah tertular virus hepatitis B, bahkan sudah menularkannya kepada
orang lain. "Sebaiknya, mereka yang memiliki gejala kuning pada mata,
kulit, lesu, tak memiliki nafsu makan serta sakit lambung-seperti maag yang tak
sembuh dalam tempo enam bulan-segera periksa ke dokter.
Virus hepatitis B diketahui sebagai salah satu virus yang
paling mudah menular. Bahkan, penularan virus ini 100 kali lebih menular
daripada HIV (virus penyebab AIDS), dan diperkirakan menginfeksi 10 kali lebih
banyak daripada HIV. Virus itu menyerang hati dan merusak organ tubuh secara
tak langsung melalui gangguan sistem kekebalan.Pada serangan tahap awal masih
bisa disembuhkan jika segera diobati. Namun, jika penyakit berkembang lebih
berat maka ia akan mencapai tahap hepatitis akut, sirosis (pengerasan hati),
sampai kemudian mengakibatkan munculnya kanker hati.
3. Penyakit Polio
Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui
tinja/kotoran orang yang terinfeksi.Anak yang terkena polio dapat menjadi
lumpuh layuh.
Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau
lumpuh yang disebabkan oleh virus.Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran
usus.Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat
menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan. Kata Polio sendiri berasal
dari bahasa
Yunani yaitu πολιομυελίτις, atau bentuknya yang lebih
mutakhir πολιομυελίτιδα, dari πολιός "abu-abu" dan μυελός
"bercak".Virus Polio termasuk genus enteroviorus, famili
Picornavirus. Bentuknya adalah ikosahedral tanpa sampul dengan genome RNA
single stranded messenger molecule. Single RNA ini membentuk hampir 30 persen
dari virion dan sisanya terdiri dari 4 protein besar (VP1-4) dan satu protein
kecil (Vpg).Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit
peradaban.Polio menular melalui kontak antarmanusia.Virus masuk ke dalam tubuh
melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi
feses.
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga
strain berbeda dan amat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan
kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal
usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5
tahun. Penyebab penyakit polio terdiri atas tiga strain yaitu strain 1
(brunhilde) strain 2 (lanzig), dan strain 3 (Leon). Strain 1 adalah yang paling
paralitogenik atau yang paling ganas dan sering kali menyebabkan kejadian luar
biasa atau wabah. Strain ini sering ditemukan di Sukabumi.
Sedangkan Strain 2 adalah yang paling jinak.Penyakit Polio
terbagi atas tiga jenis yaitu Polio non-paralisis, Polio paralisis spinal, dan
Polio bulbar. -Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut,
lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa
lembek jika disentuh. -Polio Paralisis Spinal Jenis Strain poliovirus ini
menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang
mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.
Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen,
kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan.
Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus
menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan
diangkut seluruh tubuh.
Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor
-- yang mengontrol gerak fisik.Pada periode inilah muncul gejala seperti flu.
Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi,
virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang
dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar
sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembang biaknya virus dalam sistem
saraf pusat, virus akan menghancurkan neuron motor.
Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot
yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem
saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi
ini disebut acute flaccid paralysis (AFP).Infeksi parah pada sistem saraf pusat
dapat menye-babkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan
abdomen (perut), disebut quadriplegia.
-Polio Bulbar Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan
alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor
yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai
otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori
yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan
dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang
mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur
pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan
kematian. Lima hingga sepuluh persen penderta yang menderita polio bulbar akan
meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya
terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim
''perintah bernapas'' ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi
penelanan; korban dapat ''tenggelam'' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan
penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang
disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit
dilakukan apabila penderita telah menggunakan ''paru-paru besi'' (iron lung).
Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi
tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan
mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan
demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru.Infeksi yang jauh lebih parah
pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.
Penyakit Polio dapat ditularkan oleh infeksi droplet dari
oro-faring (mulut dan tenggorokan) atau dari tinja penderita yang telah
terinfeksi selain itu juga dapat menular melalui oro-fecal (makanan dan
minuman) dan melalui percikan ludah yang kemudian virus ini akan berkembangbiak
di tengorokan dan usus lalu kemudian menyebar ke kelenjar getah bening, masuk
ke dalam darah serta menyebar ke seluruh tubuh.
Penularan terutama sering terjadi langsung dari manusia ke
manusia melalui fekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang terjadi
melalui oral-oral (mulut ke mulut).Virus Polio dapat bertahan lama pada air
limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber
penularannya.
Penularan terutama terjadi akibat tercemarnya lingkungan leh
virus polio dari penderita yang telah terinfeksi, namun virus ini hidup di
lingkungan terbatas.Virus Polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun
peka terhadap formaldehide dan larutan klor.Suhu yang tinggi dapat cepat
mematikan virus tetapi pada keadaan beku dapat bertahun-tahun masa hidupnya.
4. Penyakit Campak
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah
suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk,
konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam
kulit.Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan
Paramyxovirus.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah
penderita campak.Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari
sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Penyebab Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit
infeksi yang sangat mudah menular atau infeksius sejak awal masa prodromal,
yaitu kurang lebih 4 hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh
paramiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari
hidung, mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease ). Masa
inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi,
infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah
kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak
adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan
imunisasi - remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah
terinfeksi, yaitu berupa: - Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler (
Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik - nyeri otot - mata merah (
conjuctivitis )
2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian
dalam (bintik Koplik).Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul
3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas.Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam
kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada
awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di
leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh,
lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya
meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius.3-5 hari kemudian suhu tubuhnya
turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan
merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada
muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
5. Difteri, pertusis dan tetanus
Difteri disebabkan bakteri yang menyerang tenggorokan dan
dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya
pada anak anak.Penyakit ini mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran
pernafasan bagian atas. Penularan biasanya terjadi melalui percikan ludah dari
orang yang membawa kuman ke orang lain yang sehat. Selain itu penyakit ini bisa
juga ditularkan melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.
Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae,
suatu bakteri gram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak
membentuk spora.Gejala utama dari penyakit difteri yaitu adanya bentukan
pseudomembran yang merupakan hasil kerja dari kuman ini.Pseudomembran sendiri merupakan
lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa
hidung, mulut sampai tenggorokan.Disamping menghasilkan pseudomembran, kuman
ini juga menghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahaya
karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf (www.blogdokter.net).
Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi paling
sering menyerang anak-anak yang belum diimunisasi. Pada tahun 2000, di seluruh
dunia dilaporkan 30.000 kasus dan 3.000 orang diantaranya meninggal karena
penyakit ini
Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari
teinein yang berarti menegang.Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana
spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot
umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme
dan paralisis pernapasan (wikipedia.org).
Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani
yang terdapat di tanah, kotoran hewan, debu, dan sebagainya.Bakteri ini masuk
ke dalam tubuh manusia melalui luka yang tercemar kotoran. Di dalam luka
bakteri ini akan berkembang biak dan membentuk toksin (racun) yang menyerang
saraf.
UNICEF (United Nations Children’s Fund/Dana PBB untuk
Anak-Anak) menyebutkan dalam situsnya bahwa tetanus sangat berisiko terkena
pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan bantuan dukun bayi di rumah dengan
peralatan yang tidak steril; mereka juga beresiko ketika alat-alat yang tidak
bersih digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau
abu digunakan untuk menutup luka bekas potongan (www.unicef.org).Angka kematian
yang diakibatkan oleh tetanus berkisar antara 15-25%.
Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi bakterial
yang menyerang sistem pernapasan yang melibatkan pita suara (larinks), trakea
dan bronkial.Infeksi ini menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan sehingga
menyebabkan serangan batuk yang parah.Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Bordetella pertussis yang bersarang di saluran pernapasan dan sangat mudah
tertular (www.warmasif.co.id).
Pertusis dapat menyerang segala umur, 60 % menyerang
anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius
jika menyerang bayi berumur kurang dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru
lahir dan keadaannya menjadi lebih parah.Pada tahun 2000 diperkirakan 39 juta
kasus terjadi dan 297.000 kematian terjadi didunia yang diakibatkan oleh
pertusis.
13. Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Anak
1.
Jadwal pemberian Vaksin Hepatitis B diberikan dalam satu
seri yang terdiri dari 3 kali suntik.
a. Pertama : Bila ibu adalah pembawa
virus dalam darahnya, maka vaksin harus diberikan paling lama 12 jam setelah
lahir. Tetapi bila ibu bukan pembawa virus, bisa diberikan pada kontrol di
bulan pertama atau kedua.
b. Kedua : Kalau yang pertama diberikan
segera setelah lahir, yang kedua diberikan antara bulan pertama dan kedua. Bila
yang pertama diberikan setelah sebulan, maka yang kedua diberikan antara bulan
ketiga dan keempat.
c. Ketiga : Diberikan pada usia 6 bulan
untuk yang mendapatkan vaksin pertama sebelum usia 1 bulan. Untuk yang
mendapatkan vaksin pertama setelah usia 1 bulan, diberikan pada usia antara 6
s/d 18 bulan.
d. Resiko yang mungkin timbul Resiko
serius yang berkaitan dengan pemberian vaksin HBV sangat jarang terjadi.
Biasanya efek samping hanya bagian bekas suntik menjadi kemerah-merahan.
e. Menunda pemberian Bila anak sakit
lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila ada reaksi alergi serius terhadap
suntikan vaksin.
f. Setelah pemberian Setelah vaksinasi panas badan anak mungkin
naik, dan juga daerah sekitar bekas suntikan menjadi merah. Untuk itu anda bisa
memakai obat penurun panas (Tempra, Sanmol, dll), dan kompres dengan air hangat
bagian bekas suntikan.
2.
Jadwal pemberian Diberikan sebagai satu seri yang terdiri
dari 5 kali suntik. Yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 s/d 18 bulan
dan terakhir saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun). Dianjurkan untuk
mendapatkan vaksin Td (penguat terhadap difteri dan tetanus) pada usia 11 s/d
12 tahun atau paling lambat 5 tahun setelah imunisasi DPT terakhir. Setelah itu
direkomendasikan untuk mendapatkan Td setiap 10 tahun.
Resiko yang mungkin timbul Seringkali pemberian vaksin ini
menimbulkan panas badan ringan atau panas di sekitar bekas suntikan yang
diakibatkan oleh komponen pertussis dalam vaksin.
a. Menunda pemberian : Bila anak sakit
lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila anak memiliki kelainan syaraf atau
tidak tidak tumbuh secara normal, komponen pertussis dari vaksin dianjurkan
untuk tidak diberikan danhanya DT (difteri & tetanus) saja. Bila setelah
mendapatkan vaksin DTP (DTaP) timbul gejala seperti dibawah konsultasikan
dengan dokter anak sebelum mendapatkan vaksin lainnya : kejang-kejang dalam 3
s/d 7 hari setelah imunisasi kejang-kejang yang makin memburuk dibanding
sebelumnya apabila pernah mengalaminya reaksi alergi kesulitan makan atau
gangguan pada mulut, tenggorokan atau muka panas badan lebih dari 40 derajat
Celcius (105 derajat Fahrenheit) pingsan dalam 2 hari pertama setelah imunisasi
terus menangis lebih dari 3 jam di 2 hari pertama setelah imunisasi
b. Setelah pemberian : Anak mungkin
mengalami panas badan ringan dan atau kemerah-merahan di sekitar bekas
suntikan. Untuk mencegah panas badan kadangkala dokter anak memberikan resep
obat sebelum imunisasi. Segera hubungi dokter anak anda apabila timbul
gejala-gejala seperti diatas.
c. POLIO Jadwal pemberian Diberikan
pada usia 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, 12 s/d 18 bulan dan saat sebelum masuk
sekolah (4 s/d 6 tahun). Imunisasi pertama dan kedua adalah IPV sedang dua
terakhir dengan OPV. Namun apabila tidak ada gangguan dianjurkan untuk
mendapatkan vaksin semuanya secara IPV.
d. Resiko yang mungkin timbul Bagi anda
yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio pada saat balita dianjurkan untuk
imunisasi dengan IPV sebelum anak anda mendapatkan vaksin polio secara OPV. Ini
untuk mencegah penularan virus polio hidup yang terkandung dalam vaksin OPV ke
anda.
e. Menunda pemberian Apabila anak
memiliki gangguan kekebalan tubuh, vaksin IPV lebih baik daripada OPV. Sebagai
catatan, untuk anak-anak tipe ini harus dihindari kontak dengan anak lain yang
baru saja menerima vaksin OPV sampai sekitar 2 minggu setelah vaksinasi. Vaksin
IPV tidak boleh diberikan kepada anak yang memiliki alergi serius terhadap
antibiotika neomycin atau streptomycin. Untuk itu sebaiknya diberikan vaksin
tipe OPV.
f. Setelah pemberian Untuk IPV, sering
menimbulkan panas badan ringan dan nyeri atau kemerah-merahan di sekitar bekas
suntikan. Untuk OPV tidak ada gejala pasca imunisasi apapun.
3.
BCG Jadwal pemberian
Diberikan satu kali pada usia 2 bulan.
4.
Resiko yang mungkin timbul Jarang ditemui adanya reaksi
berlebihan terhadap vaksin ini.
a. Menunda pemberian Bila anak sakit
lebih dari sekedar panas badan ringan.
b. Setelah pemberian Seperti vaksin
lainnya cukup siapkan obat penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang
serius.
5.
MMR / CAMPAK Jadwal pemberian Diberikan sebagai satu seri
yang terdiri dari dua kali pemberian. Yaitu pada usia 12 s/d 15 bulan dan saat
sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun) atau pada usia 11 s/d 12 tahun.
a. Resiko yang mungkin timbul Jarang
sekali timbul masalah serius akibat vaksin ini.
b. Menunda pemberian Bila anak sakit
lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila memiliki alergi terhadap telur atau
antibiotika neomycin. Bila menerima gamma globulin dalam selang waktu 3 bulan
sebelum imunisasi. Bila memiliki gangguan kekebalan tubuh akibat kanker atau
sedang menjalani terapi kemo atau radiasi.
Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat
penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.
C.
Penutup
1.
Kesimpulan
Usaha kesehatan sekolah (UKS)adalah salah satu upaya membina dan
mngembangkan kebiasaan hidup yang sehat yang di lakukan secara terpadu melalui
program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah. Perguruan agama serta
usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di
lingkungan sekolah.
Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan
bangsa-bangsa (PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. Sedangkan kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan
perkembangan fisik, mental, intelektual, emosional, dan sosial yang optimal
dari seseorang. Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang
Kesehatan ditegaskan bahwa ”Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat
sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan
optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang
berkualitas. Menurut Sumantri, M. (2007) peserta didik itu harus sehat dan
orang tua memperhatikan lingkungan yang sehat dan makan makanan yang bergizi,
sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat (SIS). Dalam proses
belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi pada head, heart dan
hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan. Namun
masih diperlukan faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik memiliki 4 H
(head, heart, hand dan health).
Tuhan
menciptakan setiap makhluk hidupnya dengan kemampuan untuk mempertahankan diri
dari ancaman dari luar diriny.Salah satu ancaman terhadap manusia adalah
penyakit, terutama penyakit infeksi yang di bawa oleh berbagai macam mikroba,
virus, bakteri, parasite dan jamur. Dalam hal ini dikatakan bahwa system
petahanan tubuh ( system imun ) orang tersebut cukup baik untuk mengatasi dan
mengalahkan kuman-kuman penyakit.
2.
Kritikan dan
saran
1.
Dalam hal mencoba penyusunan makalah
“Unit Kegiatan Sekolah (UKS)”. Kami sangat mengharapkan kritikan, saran, dan
partisivasi yang membangun kepada kami, agar penyusunan makalah ini bisa
lengkap seperti yang kami dan ibu harapkan.
2.
Hendak nya semua teman-teman dari Studi ilmu keperawatan leting 2008
Abulyatama aceh, dapat mengetahui Unit
Kegiatan Sekolah dan mengaplikasikan ke kawan-kawan yang lain.
a.
Tingkat pendidikan ibu tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
b.
Jarak rumah ke Puskesamas tidak mempunyai pengaruh terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
c.
Pengetahuan ibu mempunyai pengaruh positip terhadap
kelengkapan imunisasi dasar, yang berarti bahwa semakin baik pengetahuan ibu
tentang manfaat imunisasi akan berpengaruh meningkatkan kelengkapan imunisasi
dasar pada bayi.
Motivasi ibu mempunyai pengaruh
positip terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Yang berarti bahwa semakin baik
motivasi ibu akan berpengaruh meningkatkan
kelengkapanimunisasi dasar pada bayi.
3.
Tenaga Kesehatan
Berupaya untuk meningkatan pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi dasar bagi bayi sehingga ibu yang mempunyai bayi berusaha
meningkatkan kelengkapan imunisasi bayi melalui penyuluhanpenyuluhan di
masyarakat.
4.
Berupaya untuk meningkatan motivasi ibu dengan memberikan
informasi tentang imunisasi dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan bayi dan
meningkatkan kelengkapan imunisasi bayi.
5.
Ibu yang mempunyai bayi Agar lebih meningkatkan pengetahuan
tentang manfaat imunisasi bagi anaknya. Agar mempunyai motivasi yang besar
dalam meningkatkan kesehatan bayi dan keluarganya
6.
Diharapkan peneliti selanjutnya agar meneliti dengan
menggunakan metode eksperimen dalam bentuk penyuluhan kesehatan.
7.
Dapat menjadi informasi dan data sekunder dalam pengembangan
penelitian selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar