TUGAS PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN ANAK “PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR”
TUGAS PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN ANAK
“PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR”
Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan Anak
Dosen Pengampu : Bp. Fatkhul Imron S.Pd., M.Or.
Disusun Oleh:
SRI WAHYUNI (A510120172/VIF)
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Nama : Sri
Wahyuni
Nim : A510120172
Kelas : VI F
Makul : Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan Anak
Dosen: Bp. Fatkhul
Imron S.Pd., M.Or.
Motto :
“ Sistem
pendidikan masa kini perlu diubah untuk menyiapkan generasi muda yang siap
menyongsong perubahan dunia yang begitu cepat. Pendidikan harus mampu membuat
anak menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dalam kaitan dengan ujian Pendidikan
perlu menyeimbangkan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dengan tetap memegang nilai-nilai tradisional yang relevan dan modern.”
“PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR”
A. Pendahuluan
Perhatian
terhadap penyakit menular dan tidak menular makin hari semakin meningkat,
karena semakin meningkat nya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Dari tiga
penyebab utama kematian (WHO, 1990). Penyakit jantung, diare, dan stroke, dua
di antaranya adalah penyakit menular dan tidak menular. Selama epidemiologi
kebanyakan berkecimpung dalam menangani masalah penyakit menular, bahkan
kebanyakan terasa bahwa epidemiologi hanya menangani masalah penyakit menular.
Karena itu, epidemiologi hampir selalu dikaitkan dan dianggap epidemiologi
penyakit menular dan tidak menular.hal ini tidak dapat disangkal dari sejarah
perkembangan nya epidemiologi berlatar belakang penyakit menular. Sejarah
epidemiologi memang bermula dengan penanganan masalah penyakit menular dan
tidak menular yang merajalela dan banyak menelan korban pada waktu itu.
Perkembangan sosio-ekonomi dan kultural bangsa dan dunia kemudian menurut
epidemiologi untuk memberikan perhatian kepada penyakit tidak menular karena
sudah mulai meningkatkan sesuai dengan perkembangan masyarakat.
Pentingnya
pengetahuan tentang penyakit tidak menular dilatarbelakangi dengan
kecenderungan semakin meningkat nya prevalensi PTM dalam masyarakat, khususnya
masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari
suatu negara agraris yang sedang berkembang menuju masyarakat industri membawa
kecenderungan baru dalam pola penyakit masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat , khususnya masyarakat Indonesia.
Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris
yang sedang berkembang menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru
dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat
agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola
fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi yang pada giliran nya dapat memacu
semakin meningkat nya PTM. Di Indonesia keadaan perubahan pola dari penyakit
menular ke penyakit tidak menular lebih dikenal dalam sebutan transisi
epidemiologi.
B.
Pembahasan (Isi)
1. Pengertian
Penyakit Menular
Sebelum kita
mendeskripsikan suatu penyakit kita juga harus memahami konsep penyakit itu
sendiri, agar kita dapat mendeteksi
penyakit tersebut dan melakukan tindakan kesehatan sesuai prosedur pelayanan
kesehatan.
Perbedaan konsep penyakit antara tenaga
kesehatan dan masyarakat menyebabkan gagalnya peningkatan pelayanan kesehatan
dalam masyarakat.
Berikut beberapa pendapat tentang definisi penyakit, antara
lain :
a. Menurut
Kathleen Meehan Arias
Penyakit adalah suatu kesakitan pada
organ tubuh yang biasanya memiliki sedikitnya 2 sifat dari kriteria ini : agen
atiologik telah diketahui, kelompok tanda serta gejala yang dapat di
identifikasi, atau perubahan anatomi yang konsisten.
b.
Menurut dr. Beate Jacob
Suatu penyimpangan dari keadaan
tubuh yang normal atau ketidakharmonisan jiwa.
c.
Menurut Wahyudin Rajab, M.epid
Keadaan yang bersifak objektif dan rasa sakit yang bersifat
subyektif.
d.
Menurut dr. Eko Dudiarto
Kegagalan mekanisme adaptasi suatu
organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga
timbul gangguan pada fungsi atau struktur organ atau sistem tubuh.
e.
Menurut Azizan Haji Baharuddin
Keadaan yang diakibatkan oleh
kerusakan keseimbangan fungsi tubuh dan bagian badan.
Dewasa ini banyak penyakit
menular yang telah mampu diatasi bahkan ada yang telah dapat dibasmi berkat
kemajuan teknologi dalam mengatasi masalah lingkungan biologis yang erat
hubungan nya dengan penyakit menular. Akan tetapi masalah penyakit menular masih
tetap dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara berkembang, di samping
munculnya masalah baru pada negara yang sudah maju. Penguasaan teknologi
terhadap pengaruh lingkungan biologis yang erat hubungan nya dengan penyakit
menular maka penguasaan terhadap lingkungan fisik sedang dikembangkan di
berbagai negara dewasa ini yang sejalan dengan terhadap lingkungan biologis.
Dewasa ini
berbagai jenis penyakit menular telah dapat diatasi terutama pada negara-negara
maju, tetapi sebagian besar penduduk dunia yang mendiami belahan dunia yang
sedang berkembang, masih terancam dengan berbagai penyakit menular tertentu.
Dalam hal ini maka penyakit menular dapat di kelompokan dalam 3 kelompok utama
yakni:
1.
Penyakit yang
sangat berbahaya karena kematian cukup tinggi.
2.
Penyakit
menular yang dapat menimbulkan kematian atau cacat, walaupun, akibatnya lebih
ringan dibanding dengan yang pertama.
3.
Penyakit
menular yang jarang menimbulkan kematian, tetapi dapat mewabah sehingga dapat
menimbulkan kerugian waktu maupun materi/biaya.
Jadi dari beberapa pendapat di atas,
dapat disimpulkan penyakit adalah suatu keadaan tidak normal pada suatu
organisme atau minda yang menyebabkan ketidakseimbangan, ketidakselesaan, disfungsi, atau
tekanan/stress kepada orang yang terkait atau berhubungan dengannya. Kadang
kala istilah ini digunakan secara umum untuk menerangkan kecederaan, kecacatan,
sindrom, simptom, keserongan tingkah laku, dan variasi biasa sesuatu struktur
atau fungsi, sementara dalam konteks lain boleh dianggap sebagai kategori yang
boleh dibedakan.
2. Macam Penyakit
Perhatian
terhadap penyakit menular dan tidak menular makin hari semakin meningkat,
karena semakin meningkat nya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Dari tiga
penyebab utama kematian (WHO, 1990). Penyakit dapat dibedakan menjadi 2
karakteristik, yaitu :
a.
Penyakit Menular/Penyakit Infeksi
Penyakit menular atau penyakit infeksi
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh sebuah agen biologi seperti virus,
bakteri, maupun parasit, bukan disebbakan karena faktor fisik, seperti luka
bakar atau kimia seperti keracunan.
Oleh sebab itu, mengapa penyakit ini
disebut penyakit infeksi karena penyakit ini ditularkan penderita melalui
infeksi virus, bakteri maupun parasit yang ditularkan oleh penderita, penularan
penyakit ini dapat ditularkan melalui udara, jarum suntik, transfusi darah,
serta tempat makan atau minum bekas penderita yang masih kurang bersih saat
dicuci, hubungan seksual, dll. Namun bukan berarti penyakit ini tidak bisa dihindari, pola
hidup sehat dan lingkungan dapat mennghindari dari penyakit ini.
Penyakit ini adalah penyakit yang
paling menakutkan dibandingkan dengan penyakit tidak menular karena penyakit
ini masih sulit dalam pengobatannya dan dapat mengakibatkan kematian jika tidak
segera ditangani.
Ada beberapa jenis penyakit menular,
dibawah ini di contohkan 6 penyakit menular, antara lain :
1) Penyakit
kulit
Ini adalah salah satu jenis penyakit
menular yang banyak sekali jenisnya, dan mudah menular dari satu orang ke orang
lain. Penularan yang paling sering terjadi adalah melalui kontak langsung atau
kita menggunakan barang yang juga dipakai oleh penderita, contohnya handuk,
baju, dll.
Contoh : cacar air, kudis, panu,
dll.
a) Cacar air (Chicken Pox)
Penyakit ini masih sering menjadi
wabah di Indonesia, penyakit ini dapat menyerang siapa saja tidak pandang usia.
Penyebab penyakit ini adalah karena adanya virus Varisella-Zoster, virus ini
hanya terdapat pada manusia dan primata (simian) saja, struktur partikel virus
(virrion) berukuran 120 - 300 nm yang terdiri dari (glikoprotein, kapsid,
amplop (selubung) virus, dan nukleokapsid yang melindungi bagian inti berisi
DNA genom utas ganda,nukleokapsid berbentuk ikosahedral, berdiameter 100 – 110
nm dan terdiri dari 162 protein yang disebut kapsomer ), genom virus ini
berukuran 125 kb (kilo basa), dan mengandung sedikitnya 69 daerah pada gen – gen
tertentu. Virus ini akan mengalami inaktivasi pada suhu 56 – 60o C
dan menjadi tidak berbahaya aapabila bagian amplop (selubung) dari virus ini
rusak. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui pernapasan. Virus ini
menyerang kekebalan tubuh.
Gejala dari cacar air sendiri adalah
badan cepat lemah, lesu, badan terasa tidak enak, pusing/sakit kepala, nyeri
sendi dan demam. Sehari sampai tiga hari muncul bintik – bintik merah yang
berukuran kecil yang membentuk papula (menonjol) dan berisi cairan, biasanya bintik
– bintik ini bermula pada bagian dada, perut atau punggung, setelah itu baru
menyebar ke bagian tubuh lain dan terasa
gatal. Bintik ini lama kelamaan akan pecah dan membentuk lepuhan, lepuhan ini
akan mengering dan akan hilang bekasnya, asal tidak digaruk.
Pengobatan dan pencegahan, untuk
pengobatan dapat diberikan salep yang mengandung Asiklovir 5% (Anti virus), dan
hanya di oleskan pada bagian lepuhan yang sudah pecah saja. Penderita cacar air
disarankan untuk tetap mandi seperti biasa. Imunisasi vaksin varisella bisa
diberikan mulai umur 12 bulan.
2) Parainfluenza
Penyakit virus pernafasan ini
menjadi penting karena penularannya yang sangat cepat seperti halnya penyakit
menular lewat pernapasan lainnya. Pada umumnya penyakit ini terjadi oleh
infeksi virus parainfluenza saja gejalanya hanya ringan atau subklinis. Terdapat empat virus yang
terdapat dalam keluarga parainfluenza, yang ditandai dengan tipe 1-4 yaitu
virus mempunyai genom RNA helai-tunggal, tidak bersegmen dengan pembungkus
mengandung lipid yang berasal dari pertunasan melalui membran sel. Bagian
antigenik utama adalah tonjolan – tonjolan protein pembungkus yang menunjukkan
sifat – sifat hemaglutinasi (protein HN) dan fusi sel ( protein F).
Virus parainfluenza menyebar dari
saluran pernapasan oleh sekresi yang teraerosol atau kontak tangan langsung
denga sekresi. Pada umur 3th anak – anak biasanya mengalami infeksi tipe 1-3,
tipe 3 bersifat endemik dan dapat menyebabkan penyakit pada bayi sebelum umur 6
bulan, dan dapat mengganggu sistem imun.
Sedangkan pada tipe 1&2 lebih musiman dan terjadi pada musim panas dan
musim gugur, tipe 4 lebih sukar tumbuh. Virus parainfluenza bereplikasi dalm
epitel pernapasan tanpa bukti adanya penyebaran sistemik, kecenderungan
menimbulkan penyakit pada jalan napas lebih besar pada laring, trakhea,
bronkus, . Penghancuran sel pada jalan napas atas dapat menyebbakan invasi
bakteri dan menimbulkan trakeitis bakteri. Obstruksi tuba eustachii dapat
menyebabkan invasi bakteri sekunder ruang telinga tengah dan otitis media akut.
3) Demam
Berdarah
Cara penularannya melalui virus yang
terdapat pada nyamuk Aighes Aygepti yang
menghisap darah organ.
4) Penyakit
Kelamin
Cara penularannya melalui hubungan
sex yang tidak sehat dan sering berganti pasangan. Penyakit yang timbul bukan
hanya menyerang alat kelamin saja tetapi dapat menjalar ke organ lain.
5) HIV/AIDS
Virus yang berasl dari simpanse ini
dapat merusak sistem imunitas, tetapi virus ini tidak menimbulkan kematian.
Tapi jika virus HIV mengenai penyakit lain seperti menyerang organ vital bias
menimbulkan kematian. Apabila sistem imun pada tubuh telah rusak resiko
berbagai virus akan masuk ke tubuhpun sangat besar dan tubuh akan rentan
terhadap penyakit.
6) TBC
Tuberculosis (TBC, MTB, TB) adalah
penyakit yang disebabkan oleh bakteri
“mycobacterium tuberculosis”. Yang menyerang pada organ paru – paru, dan juga
dapat menyerang pada organ lain. Bakteri yang sekeluarga dengan bakteri
mycobacterium tuberculosis ini juga dapat menimbulkan infeksi dan memunculkan
gejala yang mirip.
Bakteri ini ditularkan melalui udara
(airborne), yaitu ketika penderita bersin atau batuk dan bakteri akan keluar dan terhirup oleh orang
sehat. Biasanya penderita TBC akan diisolasi dikarenakan mudahnya penyebatran
penyakit TBC.
b. Penyakit Tidak Menular/Noninfeksi
Penyakit tidak menular (PTM) atau
penyakit noninfeksi adalah suatu penyakit yang tidak disebabkan karena kuman
melainkan dikarenakan adanya masalah fisiologis atau metabolisme pada jaringan
tubuh manusia. Biasanya
penyakit ini terjadi karena pola hidup yang kurang sehat seperti merokok,
faktor genetik, cacat fisik, penuaan/usia, dan gangguan kejiwaan. Contohnya :
sariawan, batuk, sakit perut, demam, hipertensi, DM, obesitas, osteoporosis,
depresi, RA, keracunan, dsb.
Penyakit tidak Menular terjadi
akibat interaksi antara agent (Non living agent) dengan host dalam hal ini
manusia (faktor predisposisi, infeksi dll) dan lingkungan sekitar (source and
vehicle of agent). Penyakit tidak menular biasa disebut juga dengan penyakit
kronik, penyakit non-infeksi, new communicable disease, dan penyakit
degeneratif.
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah
penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih
merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan morbiditas dan
mortalitas PTM makin meningkat merupakan beban ganda dalam pelayanan kesehatan,
tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.
PTM mempunyai beberapa
karakteristik, diantaranya :
1.
Penularan tidak melalui rantai
penularan tertentu
2. Masa
inkubasi yang panjang dan latent
3. Penyakit
berlangsung lama
4. Sulit
untuk didiagnosa
5. Biaya
pencegahan dan pengobatannya yang cukup tinggi
6. Mempunyai
variasi yang cukup luas
7. Multifaktor
Dibawah ini adalah beberapa penyakit
tidak menular yang bersifat kronis, yaitu :
1.
Penyakit yang dapat menyebabkan
kematian, yaitu :
a. Penyakit
jantung iskemik
b. Kanker
c. CHF
d. DM
e. Cerebrovasculer
disease
f. Chronic
obstructive pulmonary disease
g. cirrhosis
2. Penyakit
yang termasuk dalam special-interest, banyak menyebabkan masalah kesehatan
tetapi frekuensinya kurang, antara lain :
a. Osteoporosis
b. Gagal
ginjal kronis
c. Mental
retardasi
d. Epilepsi
e. Lupus
erithematosus
f. Collitis
ulcerative
3. Penyakit
yang akan menjadi perhatian di masa yang akan datang, antara lain :
a. Defesiensi
nutrisi
b. Alkoholisme
c. Ketagihan
obat
d. Penyakit
– penyakit mental
e. Penyakit
yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan
Faktor resiko yang dapat menimbulkan
penyakit tidak menular, antara lain :
1.
Faktor resiko untuk timbulnya
penyakit tidak menular yang belum kronis belum ditemukan secara keseluruhan :
a.
Untuk setiap penyakit, faktor resiko
dapat berbeda – beda (merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia)
b.
Satu faktor resiko dapat menyebabkan
penyakit yang berbeda – beda, missal : merokok dapat menimbulkan kanker paru,
penyakit jantung koroner, kanker laring.
c.
Untuk kebanyakan penyakit, faktor –
faktor resiko yang telah diketahui hanya dapat menerangkan sebagian kecil
kejadian penyakit, tetapi etiologinya secara pasti belum diketahui.
2.
Faktor resiko yang telah diketahui ada
kaitannya dengan penyakit tidak menular yang bersifat kronis, antara lain :
a.
Tembakau
b.
Alkohol
c.
Kolesterol
d.
Hipertensi
e.
Diet
f.
Obesitas
g.
Aktivitas
h.
Stress
i.
Pekerjaan
j.
Lingkungan
k.
Gaya hidup
3. Cara Penularan Penyakit
Terdapat tiga aspek sifat utama penularan penyakit dari
orang ke orang, antara lain :
a.
Waktu generasi (Generation Time)
Yaitu masa antara masuknya penyakit
pada penjamu tertentu sampai masa kemampuan maksimal penjamu tersebut untuk
dapat menularkan penyakit. Perbedaan masa tunas ditentukan oleh masuknya unsur
penyebab sampai timbulnya gejala penyakit sehingga tidak dapat ditentukan pada
penyakit dengan gejala yang terselubung, sedangkan waktu generasi untuk waktu
masuknya usur penyebab penyakit hingga
timbulnya kemampuan penyakit tersebut untuk menularkan kepada penjamu lain.
b.
Kekebalan kelompok (Herd Immunity)
Yaitu kemampuan atau daya tahan suatu
kelompok penduduk tertentu terhadap serangan/penyebaran unsur penyebab penyakit
menular tertentu didasarkan pada tingkat kekebalan tubuh suatu anggota kelompok
tersebut. Herd Immunity adalah faktor utama dalam proses kejadian wabah di
masyarakat serta kelangsungan penyakit tersebut.
c. Angka serangan
(Attack Rate)
Yaitu sejumlah kasus yang berkembang
dan muncul dalam satu satuan waktu tertentu dikalangan anggota kelompok yang
mengalami kontak serta memiliki resiko/kerentanan terhadap penyakit tersebut.
Angka serangan ini bertujuan untuk menganalisis tingkat penularan dan tingkat
keterancaman dalam keluarga, dimana tata cara dan konsep keluarga, sistem
hubungan keluarga dengan masyarakat serta hubungan individu dalam kehidupan
sehari – hari pada kelompok populasi tertentu merupakan unit epidemiologi
tempat penularan penyakit berlangsung.
4.
Faktor
Penyebab Penyakit Menular
Pada proses
perjalanan penyakit menular di dalam masyarakat, maka dikenal adanya beberapa
faktor yang memegang peranan penting antara lain adanya faktor penyebab (agent)
yakni organisme penyebab penyakit, adanya sumber penularan (resorvoir maupun
resources), adanya cara penularan khusus (mode of transmission), adanya cara
meninggalkaan penjamu dan cara masuk ke penjamu lainnya, serta keadaan
ketahanan penjamu sendiri.
Yang merupakan
penyebab kausal (agent) penyakit menular adalah unsur biologis, yang bervariasi
mulai dari partikel virus yang paling sederhana sampai organisme multi selular
yang cukup kompleks yang dapat menyebabkan penyakit manusia. Unsur penyebab ini
dapat dikelompokkan dalam beberapa kelompok yakni:
1.
Kelompok
arthropoda (serangga), seperti pada penyakit scabies, pediculosis dan lain-lain.
2.
Kelompok
cacing/helminth baik cacing darah maupaun cacing perut dan yang lainnya.
3.
Kelompok
protozoa, seperti plasmodium,amoeba,dan lain-lain.
4.
Fungus atau
jamur, baik uniseluler maupun multiseluler.
5.
Bakteri
termasuk spirocheata maupun ricketsia yang memiliki sifat tersendiri.
Sebagai makhluk
biologis yang sebagian besar adalah kelompok mikro-organisme, unsur penyebab
penyakit menular tersebut juga mempuyai potensi untuk tetap berusaha untuk
mempertahankan diri terhadap faktor lingkungan di mana ia berada dalam usaha
mempertahankan hidupnya serta mengembangkan keturunannya.
Adapun usaha
tersebut yang meliputi berkembang biak pada lingkungan yang
sesuai/menguntungkan, terutama pada penjamu /host dimana mikro-organisme
tersebut berada, berpindah tempat dari satu penjamu lainnya yang lebih
sesuai/menguntungkan, serta membentuk pertahanan khususnya pada situasi
lingkungan yang jelek seperti membentuk spora atau bentuk lainya.
5.
Mekanisme
Penyakit Menular
Aspek sentral
penyebaran penyakit menular dalam masyarakat adalah mekanisime penularan (mode
of transmissions) yakni berbagai mekanisme di mana unsur penyebab penyakit
dapat mencapai manusia sebagai penjamu yang potensial. Mekanisme tersebut
meliputi cara unsur penyebab (agent) meninggalkan reservoir, cara penularan
untuk mencapai penjamu potensial, serta cara masuknya ke penjamu potensial
tersebut. Seseorang yang sehat sebagai salah seorang penjamu potensial dalam
masyarakat, mungkin akan ketularan suatu penyakit menular tertentu sesuai
dengan posisinya dalam masyarakat serta dalam pengaruh berbagai reservoir yang
ada di sekitarnya. Kemungkinan tersebut sangat di pengaruhi pula olah berbagai
faktor antara lain:
1.
Faktor
lingkungan fisik sekitarnya yang merupakan media yang ikut mempengaruhi
kualitas maupun kuantitas unsur penyebab.
2.
Faktor
lingkungan biologis yang menentukan jenis vektor dan resevoir penyakit serta
unsur biologis yang hidup berada di sekitar manusia .
3.
Faktor
lingkungan sosial yakni kedudukan setiap orang dalam masyarakat, termasuk
kebiasaan hidup serta kegiatan sehari-hari.
4.
Cara unsur
penyebab keluar dari penjamu (Reservoir)
Pada umumnya
selama unsur penyebab atau mikro-organisme penyebab masih mempunyai kesempatan
untuk hidup dan berkembang biak dalam tubuh penjamu, maka ia akan tetap tinggal
di tempat yang potensial tersebut. Namun di lain pihak, tiap individu penjamu
memiliki usaha perlawanan terhadap setiap unsur penyebab patogen yang
mengganggu dan mencoba merusak keadaan keseimbangan dalam tubuh penjamu.
Unsur penyebab
yang akan meninggalkan penjamu di mana ia berada dan berkembang biak, biasanya
keluar dengan cara tersendiri yang cukup beraneka ragam sesuai dengan jenis dan
sifat masing-masing. Secara garis besar, maka cara ke luar unsur penyebab dari
tubuh penjamu dapat dibagi dalam beberapa bentuk, walaupun ada di antara unsur
penyebab yang dapat menggunakan lebih satu cara.
Cara penularan (mode of transmission). Setelah unsur penyebab telah meninggalkan reservoir maka untuk
mendapatkan potensial yang baru, harus berjalan melalui suatu jalur lingkaran
perjalanan khusus atau suatu jalur khusus yang disebut jalur penularan. Tiap kelompok
memiliki jalur penularan tersendiri dan pada garis-garis besarnya dapat di bagi
menjadi dua bagian utama yakni:
1.
Penularan
langsung yakni penularan penyakit terjadi secara langsung dari penderita atau
resevoir, langsung ke penjamu potensial yang baru.
2.
Penularan tidak
langsung yakni penularan penyakit terjadi dengan melalui media tertentu seperti
melalui udara (air borne) dalam bentuk droplet dan dust, melalui benda tertentu
(vechicle borne), dan melalui vector (vector borne).
6.
Pencegahan
dan Penanggulangan Penyakit Menular
1. Pencegahan Penyakit Menular
Pengertian
pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum
kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan, haruskan didasarkan
pada data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis epidemiologi atau hasil pengamatan penelitian epidemiologis.
Pada dasarnya ada tiga
tingkatan pencegahan secara umum yakni:
a. Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus, sasaran pencegahan pertama dapat ditujukan pada
faktor penyebab, lingkungan penjamu.
b. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab atau menurunkan pengaruh
penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi,
sterilisasi, yang bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab
penyakit, penyemprotan inteksida dalam rangka menurunkan menghilangkan sumber
penularan maupun memutuskan rantai penularan, di samping karantina dan isolasi
yang juga dalam rangka memutuskan rantai penularannya.
c. Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan
lingkungan fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan
perubahan serta bentuk pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan
biologis seperti pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta
peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan antar
individu dan kehidupan sosial masyarakat.
d. Meningkatkan daya tahan penjamu yang meliputi perbaikan status gizi, status
kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta berbagai
bentuk pencegahan khusus lainnya, peningkatan status psikologis, persiapan
perkawinan serta usaha menghindari pengaruh faktor keturunan, dan peningkatan
ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta olah raga kesehatan.
e. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention)
yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat . sasaran pencegahan
ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau dianggap menderita
(suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas). Adapun tujuan usaha
pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang
tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya
wabah, serta untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadi
akibat samping atau komplikasi.
f. Pencarian penderita secara dini dan aktif
melalui peningkatan usaha surveveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala
serta pemeriksaan kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI, mahasiswa dan
sebagainya), penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu secara umum dalam
masyarakat, serta pengobatan dan perawatan efektif.
g. Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi
mereka yang dicurigai berada pada proses prepatogenesis dan patogenesis
penyakit tertentu.
h. Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention)
yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi. Sasaran pencegahan
tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tertentu dengan tujuan mencegah
jangan sampai mengalami cacat permanen, mencegah bertambah parahnya suatu
penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkatan ini
juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari
penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian
fungsi fisik, psikologi dan sosial optimal mungkin yang meliputi rehabilitasi
fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis serta rehabilitasi sosial.
Ketiga tingkat
pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam pelaksanaan nya
sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih.
2. Penanggulangan penyakit menular
Yang dimaksud
dengan penanggulangan penyakit menular (kontrol) adalah upaya untuk menekan
peristiwa penyakit menular dalam masyarakat serendah mungkin sehingga tidak
merupakan gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut.
Seperti halnya
pada upaya pencegahan penyakit, maka upaya penanggulangan penyakit menular
dapat pula dikelompokan pada tiga kelompok sesuai dengan sasaran langsung
melawan sumber penularan atau reservoir, sasran ditujukan pada cara penularan
penyakit, sasaran yang ditujukan terhadap penjamu dengan menurunkan kepekaan
penjamu.
a.
Sasaran
langsung pada sumber penularan penjamu.
Keberadaan
suatu sumber penularan (reservoir) dalam masyarakat merupakan faktor yang
sangat penting dalam rantai penularan. Dengan demikian keberadaan sumbar penularan
tersebut memegang peranan yang cukup penting serta menentukan cara
penanggulangan yang paling tepat dan tingkat keberhasilannya yang cukup tinggi.
1)
Sumber
penularan terdapat pada binatang peliharaan (domestik) maka upaya mengatasi
penularan dengan sasaran sumber penularan lebih mudah dilakukan dengan
memusnahkan binatang yang terinfeksi serta melindungi binatang lainnya dari
penyakit tersebut (imunisasi dan pemeriksaan berkala)
2)
Apabila sumber
penularan adalah manusia, maka cara pendekatannya sangat berbeda mengingat
bahwa dalam keadaan ini tidak mungkin dilakukan pemusnahan sumber. Sasaran
penanggulangan penyakit pada sumber penularan dapat dilakukan dengan isolasi
dan karantina, pengobatan dalam berbagai bentuk umpamanya menghilangkan unsur
penyebab (mikro-organisme) atau menghilangkan fokus infeksi yang ada pada
sumber.
b.
Sasaran
ditujukan pada cara penularan
Upaya mencegah
dan menurunkan penularan penyakit yang ditularkan melalui udara, terutama
infeksi saluran pernapasan dilakukan desinfeksi udara dengan bahan kimia atau
dengan sinar ultra violet, ternyata kurang berhasil. Sedangkan usaha lain
dengan perbaikan sistem ventilasi serta aliran udara dalam ruangan tampaknya
lebih bermanfaat.
c. Sasaran ditujukan pada penjamu potensial.
Sebagaimana diterangkan sebelumnya
bahwa faktor yang berpengaruh pada penjamu potensial terutama tingkat kekebalan
(imunitas) serta tingkat kerentanan/kepekaan yang pengaruhi oleh status gizi,
keadaan umum serta faktor genetika.
1) Berbagai penyakit dewasa ini dapat
dicegah melalui usaha imunitas yakni peningkatan kekebalan aktif pada penjamu
dengan pemberian vaksinasi. Pemberian imunisasi aktif untuk perlindungan
penyakit (DPT) merupakan pemberian imunisasi dasar kepada anak-anak sebagai
bagian terpenting dalam program kegiatan kesehatan masyarakat.
2) Peningkatan kekebalan umum. Berbagai
usaha lainnya dalam meningkatkan daya tahan penjamu terhadap penyakit infeksi
telah diprogramkan secara luas seperti perbaikan keluarga, peningkatan gizi
balita melalui program kartu menuju sehat (KMS), peningkatan derajat kesehatan
masyarakat serta pelayanan kesehatan terpadu melalui posyandu. Keseluruhan
program ini bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh secara umum dalam
usaha menangkal berbagai ancaman penyakit infeksi.
3. Pengertian penyakit menular
Kesamaan
penyebutan tidaklah sepenuhnya memberi kesamaan penuh antara satu dengan yang
lainnya. Penyakit kronik biasanya dapat di pakai untuk PTM karena kelangsungan
PTM biasanya bersifat kronik (menahun) atau lama. Namun ada juga penyakit
menular yang kelangsungan mendadak/akut , misalnya keracunan.
Sebutan
penyakit non-infeksi dipakai karena PTM biasanya bukan oleh mikro-organisme.
Disebut juga sebagai penyakit degeratif karena kejadiannya bersangkutan dengan
proses degenerasi atau ketuaan sehingga PTM banyak ditemukan pada usia lanjut.
4. Pengertian dan jenis faktor resiko.
a.
Pengertian
penyakit faktor resiko.
Risk factors are characteristics, signs,
symptoms, in disease free individual which are statistically associated with an
increased incidence of subsequent disease (simborg DW)
b.
Macam- macam
faktor resiko.
Dikenal beberapa macam faktor resiko menurut
segi dari mana faktor resiko yang diamati:
a) Menurut dapat tidaknya risiko itu diubah:
1)
Unchangeable
risk factors: faktor risiko tidak dapat berubah, misalnya faktor umur atau
genetik.
2)
Changeable risk
factors: faktor risiko yang dapat berubah, misalnya kebiasaan merokok atau
latihan olahraga.
b)
Menurut
kestabilan peranan faktor resiko dikenal:
1)
Suspected risk
factors: faktor resiko yang di curigai, yakni faktor-faktor yang belum mendapat
dukungan sepenuhnya dari hasil; hasil penelitian sebagai faktor resiko.
Misalnya rokok sebagai penyebab kanker rahim.
2)
Established
risk factors: faktor resiko yang telah ditegakkan, yakni faktor resiko yang
telah mantap mendapat dukungan ilmiah/penelitian dalam peranan sebagai faktor
yang berperan dalam kejadian suatu penyakit. Misalnya rokok, sebagai faktor
resiko kanker paru-paru.
c)
Ada juga yang
membagi faktor resiko atas faktor risiko yang well document dan ‘less well
documented.
d)
Ataupun
pembagian atas resiko yang ‘strong dan ‘weak;, faktor risiko yang kuat dan
lemah.
5. Upaya pencegahan penyakit tidak menular.
a.
Tingkat-tingkat
pencegahan.
Prinsip upaya
pencegahan lebih baik dari sebatas pengobatan tetap juga berlaku dalam PTM.
Dikenal juga keempat tingkat pencegahan seperti berikut:
1)
Upaya ini dimaksudkan
dengan memberikan kondisi pada masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak
mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup yang dan faktor resiko
lainnya. Upaya pencegahan ini sangat kompleks dan tidak
hanya merupakan upaya dari pihak kesehatan saja. Prakondisi harus diciptakan
dengan multimitra. Misalnya menciptkan prakondisi sehingga masyarakat meras
bahwa rokok itu suatu kebiasaan yang kurang baik dan masyarakat mampu bersikap
positif terhadap bukan perokok.
2)
1. Pencegahan
tingkat pertama meliputi:
a)
Promosi
kesehatan masyarakat, misalnya:
1)
Kampanye
kesadaran kesehatan.
2)
Promosi
kesehatan.
3)
Pendidikan
kesehatan masyarakat.
b)
Pencegahan
khusus, meliputi:
1)
Pencegahan
keterpaparan.
2)
Pemberian
kemopreventif.
2. Pencegahan tingkat kedua:
a) Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan
screening.
b) Pengobatan,
misalnya kemoterapi atau tindakan bedah.
3. Pencegahan tingkat ketiga:
a)
Meliputi
rehabilitasi, misalnya perawatan rumah jompo, perawatan rumah orang sakit.
7.
Contoh
Upaya Pencegahan PTM
Pencegahan penyakit datang dari diri sendiri, individu dapat
meminimalkan pola hidup yang tidak sehat dan memaksimalkan pola hidup sehat.
Dibawah ini beberapa tindakan pencegahan untuk penyakit menular dan penyakit
tidak menular, diantaranya:
a.
Menjaga kebersihan lingkungan
Di lingkungan kita banyak sekali hal –
hal yang bias kita lihat dan evaluasi, seperti, sampah dan kotoran yang
menumpuk, drainase yang kotor serta ventilasi/lubang untuk pertukaran udara
didalam rumah yang buruk bias menjadi sebab timbulnya berbagai macam penyakit,
khususnya penyakit saluran pernapasan.
b.
Cuci tangan dengan sabun
Kita tahu bahwa tangan adalah organ
yang digunakan untuk berbagai aktivitas, dan tangan beresiko sebagai perantara
virus untuk masuk ke tubuh. Tangan menjadi media perantara kuman maupun
mikroorganisme yang lain. Saat kita tanpa sengaja memegang bekas ludah atau
kotoran, maka penyakit mudah sekali masuk kedalam tubuh.
c.
Olahraga yang teratur dan istirahat
yang cukup
Membiasakan diri untuk melakukan
kegiatan rutin dengan berolahraga dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
Istirahat yang cukup membantu tubuh agar tetap bugar. Pola makan yang seimbang,
perlunya mengatur pola makan, terutama menu makanan sehat, hindari makanan yang
bersesiko terhadap kesehatan seperti, minuman bersoda dan beralkohol, makanan
ringan/snack, makanan olahan/makanan yang mengandung pengawet, makanan yang
,mengandung Na, makanan tinggi kolesterol, dsb.
d. Pola
hidup yang sehat
Selalu berpikir positip membantu
kita terhindar dari stress. Mulai
melakukan pendekatan terhadap agama dapat menenangkan emosi, menghindari
pergaulan bebas dan setia pada satu pasangan.
e. Pemberian
Imunisasi
Pemberian imunisasi lebih baik diberkan mulai sejak Balita
untuk mencegah penularan penyakit.
f. Nutrisi
yang baik
Perkuat fungsi tubuh dengan pola makanan yang bergizi yang
mengandung tinggi protein, tinggi serat, tinggi mineral, dan sebisa mungkin
hindari konsumsi makanan/minuman yang dapat merugikan tubuh.
g. Melakukan
promkes
Misalnya : kampanye
kesadaran kesehatan
Promkes
Pendidikan
kesehatan masyarakat
Upaya
pencegahan PTM ditujukan kepada faktor resiko yang telah diidentifikasikan. Misalnya pada penderita
stoke, hipertensi dianggap sebagai faktor resiko utama disamping faktor resiko
lainnya. Upaya pencegahan stroke diarahkan kepada upaya pencegahan dan penurunan
hipertensi.
Sebagai itu ada
pendekatan yang menggabungkan ketiga bentuk upaya pencegahan dengan 4 faktor
utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit (gaya hidup, lingkungan, biologis
dan pelayanan kesehatan. (a) gaya hidup dengan melakukan reduksi stres, makan
rendah garam, lemak dan kalori. (b)
lingkungan dengan menyadari stres kerja. (c) biologi dengan memberikan
perhatian terhadap faktor resiko biologis(jenis kelamin, riwayat keluarga). (d)
pelayanan kesehatan, dengan memberikan health education dan pemeriksaan tensi.
C.
Penutup
1.
Kesimpulan
Dari makalah
diatas dapat disimpulkan bahwa Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari hal –
hal yang berhubungan dengan masyarakat. Di dalam kesehatan ilmu Epidemiologi
sangatlah penting karena didalamnya terdapat peran dan tindakan yang harus
dilakukan untuk pencegahan masalah kesehatan tersebut. Contohnya saja
penanaganan dalam masalah penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Penyakit
menular adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, parasit, ataupun bakteri.
Sedangkan penyakit tidak menular bikan disebabkan dari virus, parasit ataupun
bakteri melainkan disebabkan karena adanya masalah fisiologis. Penyakit
tersebut dapat dihindari dari diri sendiri yaitu dengan menjaga gaya hidup, dan
pola makanan.
Perbedaan
penyakit menular dan tidak menular memerlukan pendekatan epidemiologi
tersendiri, mulai dari penentuan sebagai masalah kesehatan masyarakat sampai
pada upaya pencegahan dan penanggulangan nya. Penyakit menular umumnya
diagnosis nya mudah, rantai penularan nya jelas, banyak di temui di negara
berkembang agak mudah mencari penyebabnya sedangkan penyakit tidak menular
banyak di temui di negara industri tidak ada rantai penularan, diagnosis nya
sulit dan dan membutuhkan biaya yang relatif mahal.
2.
Kritik dan Saran
Setelah
memahami tentang Epidemiologi diharapkan mahasiswa mampu menerapkan Ilmu
Epidemiologi dalam kehidupan sehari – hari. Dikarenakan bahayanya penyakit
menular dan penyakit tidak menular diharapkan masyarakat mampu menceganya.
Sebagai penulis kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan
pembuatan makalah ini, sebagai penulis kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca demi sempurna nya makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar