TUGAS KELOMPOK
“MAKALAH METODOLOGI ILMU PENDIDIKAN
PENELITIAN : PENELITIAN KUANTITATF DAN KUALITATIF”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kuliah Filsafat Pendidikan dan
Pembelajaran
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Markhamah
DISUSUN OLEH :
2. BIMA PERMANA S (Q100160079 / IA)
3. SRI WAHYUNI (Q100160080 / IA)
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
SEKOLAH
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Dari istilah itu, ada juga ahli yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu sendiri berasal dari kata re, yang berarti kembali dan to search yang berarti mencari. Dengan
demikian arti sebenarnya dari research
atau riset adalah mencari kembali.[1][1]. Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses
yang sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan
metode ilmiah.[2][2]. Penelitian didefinisikan oleh banyak penulis sebagai suatu proses yang
sistematis. Penelitian kuantitatif dan kualitatif sering
ditemukan dalam penelitian. Penelitian kuantitatif dan kualitatif juga sering dipasangkan dengan nama metode yang
tradisional, dan metode baru; metode positivistik dan postpositivistik; metode
scientific dan metode artistik, metode konfirmasi dan temuan; serta kuantitatif
dan interpretif. Jadi, penelitian kuantitatif sering dinamakan metode tradisional,
positivistik, scientific dan metode discovery. Sedangkan metode
kualitatif sering dinamakan sebagai
metode baru, postpositivistik; artistik; dan interpretive research.[3][3]
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dari latar belakang di atas adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan penelitian
kuantitatif serta penjabarannya?
2. Apa yang dimaksud dengan penelitian kualitatif
serta penjabarannya?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini antara lain:
1.
Untuk mengetahui pengertian penelitian kuantitatif serta penjabarannya.
2.
Untuk mengetahui pengertian penelitian kualitatif serta
penjabarannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Penelitian
Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Dari istilah itu, ada juga
ahli yang menerjemahkan research sebagai
riset. Research itu sendiri berasal
dari kata re, yang berarti kembali
dan to search yang berarti mencari.
Dengan demikian arti sebenarnya dari research
atau riset adalah mencari kembali.[4][4]
Penelitian pada dasarnya
adalah suatu kegiatan atau proses yang sistematis untuk memecahkan masalah yang
dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.[5][5] Penelitian didefinisikan oleh banyak penulis sebagai suatu proses yang
sistematis. Pengumpulan data yang dilakukan oleh seorang peneliti dapat menentukan keberhasilan dalam
penelitian yang dilakukan olehnya. Setelah data penelitian terkumpul, maka
perlu seorang peneliti perlu melakukan analisis data yang sudah diperoleh.
Dalam proses penelitian,
seorang peneliti juga perlu memahami metode ilmiah yang akan digunakan. Metode
ilmiah merupakan suatu proses yang sangat beraturan yang memerlukan sejumlah
langkah yang berurutan: pengenalan dan pendefinisian masalah, perumusan
hipotesis, pengumpulan data, analisis data, dan pernyataan kesimpulan mengenai
diterima atau ditolaknya hipotesis.[6][6]
Agar suatu studi
penelitian menjadi sistematik, pertama kita harus meneliti hakikat masalah yang
akan diteliti. Pengetahuan yang berhubungan diidentifikasikan, dan dalam esensi,
suatu kerangka kerja ditetapkan untuk melaksanakan penelitian. Kedua,
pengumpulan informasi tentang bagaimana orang lain mendekati masalah yang sama,
atau penelitian relevan. Ketiga, pengumpulan data yang sesuai dengan masalah
penelitian. Proses pengumpulan data memerlukan penyusunan dan kontrol yang
layak. Keempat, penelitian adalah analisis data yang sudah dikumpulkan kemudian
diolah dan dianalisis baik menggunakan teknik statistik maupun tidak. Langkah kelima merupakan proses
penggambaran kesimpulan atau penarikan generalisasi setelah analisis dilakukan.
Penelitian kuantitatif dan kualitatif sering dipasangkan
dengan nama metode yang tradisional, dan metode baru; metode positivistik dan
postpositivistik; metode scientific dan metode artistik, metode konfirmasi dan
temuan; serta kuantitatif dan interpretif. Jadi, penelitian kuantitatif sering dinamakan metode tradisional,
positivistik, scientific dan metode discovery. Sedangkan penelitian
kualitatif sering dinamakan sebagai
metode baru, postpositivistik; artistik; dan interpretive research.[7][7]
B.
Metodologi Ilmu Pendidikan: Riset Kualitatif
1. Dasar Filosofis dan
Karakteristik Riset Kualitatif
Riset Kualitatif
merupakan sekumpulan metode-metode pemecahan masalah yang terencana dan cermat
dengan desain yang cukup longgar, pengumpulan data lunak, dan tertuju pada
penyusunan teori yang disimpulkan melalui induktif langsung. Pengumpulan data
dilaksanakan secara lentur dimana peneliti sebagai instrument pengumpulan data
yang utama, untuk mendapatkan data utama dan untuk mendapatkan data lunak. Penelitian kualitatif adalah suatu metodologi
yang dipinjam dari disiplin ilmu sosiologi dan antropologi dan diadaptasi ke
dalam seting pendidikan. Peneliti kualitatif menggunakan metode penalaran
induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat
diungkapkan.[8][14]
Penelitian kualitatif
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.[9][15]. Selain itu, Kirk dan Miller (1986: 9) mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristilahannya.[10][16]
Pengumpulan data yang dilakukan secara
lentur, berarti sampel penelitian tidak sejak awal ditentukan dengan tegas.
Sampel penelitian ditentukan dalam proses perjalanan pelaksanaan pengumpulan
data dengan berpegang teguh pada prinsip kecukupan yang ditentukan oleh
peneliti sendiri.
Menurut Bogdan dan Biklen (2008: 4-5) terdapat lima
ciri utama penelitian kualitatif, yaitu:
a. Naturalistik. Penelitian kualitatif memiliki
latar aktual sebagai sumber langsung data dan peneliti merupakan instrumen
kunci. Kata naturalistic berasal dari
pendekatan ekologis dalam biologi.
b. Data Deskriptif. Penelitian kualitatif adalah
deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar
daripada angka-angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari
data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti persentasi.
c. Berurusan dengan Proses. Peneliti kualitatif
lebih berkonsentrasi pada proses daripada dengan hasil atau produk.
d. Induktif. Peneliti kualitatif cenderung
menganalisis data mereka secara induktif. Mereka tidak melakukan pencarian di
luar data atau bukti untuk menolak atau menerima hipotesis yang mereka ajukan
sebelum pelaksanaan penelitian.
e. Makna. Makna adalah kepedulian yang esensial
pada pendekatan kualitatif peneliti yang menggunakan pendekatan ini tertarik
bagaimana orang membuat pengertian tentang kehidupan mereka. Dengan kata lain
peneliti kualitatif peduli dengan apa yang disebut dengan perspektif partisipan.[11][17]
Metode riset
naturalistik adalah penyelidikan yang tidak mengadakan manipulasi atau rekayasa
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dan tidak menentukan terlebih dahulu apa yang
harus dihasilkan. Ada lima aksioma filosofis paradigma naturalistik, yaitu :
a.
Hakikat kenyataan (ontologi). Hakikat kenyataan adalah jamak, terstruktur dan holistik.
b.
Hubungan subjek dengan objek (epistemologi). Subjek yang mengetahui dengan objek
yang diketahui, mempunyai hubungan yang bersifat interaktif, dan tidak dapat
dipisahkan.
c.
Kemungkinan hubungan sebab-akibat (logika). Semua kesatuan-kesatuan merupakan sebuah keadaan
yang terbentuk bersama-sama secara serempak, sehingga tidak mungkinlah
membedakan sebab-sebab dari akibat-akibatnya.
d.
Peranan nilai-nilai dalam penyelidikan (aksiologi). Penyelidikan naturalistik tidak bebas
nilai, tapi siap menerima nilai.
Berdasarkan lima aksioma tersebut di
atas, strategi pelaksanaan penyelidikan naturalistic mempunyai 14 macam
karakteristik, yaitu:
a.
Situasi alamiah menjadi
objek penyelidikan naturalistik.
b.
Manusia sebagai
instrumen utama dalam penyelidikan naturalistik.
c.
Penggunaan
pengetahuan tersembunyi (intuitif) untuk melengkapi pengetahuan proposisional
(terungkap dalam pernyataan).
d.
Penggunaan
metode-metode kualitatif lebih diutamakan dari pada metode-metode kuantitatif.
e.
Penentuan sampel secara
purposif.
f.
Analisis data secara
induktif.
g.
Penyusunan teori yang
disimpulkan dari bawah (grounded theory).
h.
Desain riset bersifat
darurat sehingga terbuka bagi perubahan .
i.
Hasil-hasil
penyelidikan dimusyawarahkan dengan manusia yang menjadi sumber data.
j.
Bentuk-bentuk laporan
studi kasus.
k.
Laporan disajikan
dalam bentuk interpretasi ideografis.
l.
Penggunaan hasil
penyelidikan bersifat tentatif.
m.
Penentuan batas-batas
fokus masalah penyelidikan, dan
n.
Penggunaan criteria
khusus untuk penentuan tingkat kepercayaan prosedur pelaksanaan penyelidikan.
Meskipun riset kualitatif
masih belum lama mendapat pengakuan dalam bidang pendidikan., sebenarnya riset
kualitatif itu sendiri telah mengalami perkembangan yang panjang dan kaya
tradisi.konsep-konsep kebudayaan yang dipergunakan dalam etnografi dipergunakan
oleh para peneliti kualitatif dalam bidang pendidikan sebagai kerangka
paradigma mereka. Pendekatan yang menggunakan konsep budaya dari sudut pandang
etnografi disebut pendekatan etnometodologikal. Semuanya itu dijadikan dasar
untuk merekonstruksi penggambaran penuh arti dari kehidupan orang dalam
masyarakat tersebut.
2. Bentuk-bentuk Riset
Kualitatif
Metode-metode riset
kualitatif yang digunakan dalam menyusun Ilmu Pendidikan, antara lain mencakup
(1) metode fenomenologi; (2) metode komparatif; (3) metode historis, (4) metode
interaksi simbolik, (5) metode etnografis, dan (6) etnometodologi. Metode
komparatif dalam pendidikan tertuju pada menemukan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaan diantara sistem-sistem pendidikan nasional. Sehubungan
dengan hal ini, Bareday dalam Comparative Method in Education (1964)
mengemukakan bahwa metode komparatif dalam pendidikan terdiri atas empat
langkah, yaitu: (1) deskripsi, atau pengumpulan secara sistematik tentang informasi
pendidikan di beberapa Negara; (2) Interpretasi, atau analisi latar belakang
sosio-kultural pendidikan dari setiap negara yang akan dibandingkan; (3)
Penjajaran, atau pengkajian secara serempak beberapa sistem pendidikan untuk
menentukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan secara linier; dan (4)
pembandingan secara keseluruhan anatar sistem-sistem pendidikan yang
dibandingkan. Metode historis dalam pendidikan berkenaan dengan penggambaran
apa yang telah terjadi dalam dunia pendidikan selama kurun waktu tertentu.
Metode interaksi
simbolik dalam pendidikan merupakan metode riset yang bertujuan memahami makna
tingkah laku interaktif dalam pendidikan, dengan jalan memahami
definisi-definisi dan proses interaksi yang terjadi dalam penyusunan definisi-definisi
tersebut. Sehubungan dengan tujuan tersebut, peneliti harus masuk dalam proses
pendefinisian makna yang berlangsung dalam proses pendefinisian makna yang
berlangsung dalam proses interaksi dengan menggunakan metode observasi
partisipan.
Metode etnografis
pendidikan bertujuan menyusun sebuah deskripsi penuh arti (thick
description) tentang jaringan hubungan, kegiatan-kegiatan dan keyakinan
pihak-pihak yang terlibat dalam lingkungan-lingkungan pendidikan. Seperti riset
lainnya, proses penyelenggaraan riset etnografis terdiri atas: (1) Penyusunan
desain; (2) Pengumpulan data; (3) Analisis dan interpretasi data, dan (4)
Penyajian data bentuk sebuah deskripsi penuh arti atau thick description.
Etnometodologi tidak
berkenaan dengan metode-metode yang digunakan dalam penyelidikan untuk
mengumpulkan data, tetapi lebih berkenaan dengan pokok masalah yang menjadi
penyelidikan. Etnometodologi berkenaan dengan studi bagaimana individu-individu
menciptakan dan memahami kehidupan mereka sehari-hari, atau metode mereka
memenuhi kehidupan sehari-hari. Pokok persoalan dalam etnometodologi adalah
orang-orang dalam berbagai situasi yang terjadi dalam masyarakat mereka
sendiri.
C.
Metodologi Ilmu Pendidikan : Riset Kuantitatif
1. Dasar Filosofis dan
Karakteristik Riset Kuantitatif
Riset kuantitatif merupakan metode pemecahan
masalah yang terencana dan cermat, dengan desain yang terstruktur ketat,
pengumpulan data secara sistematis terkontrol, dan tertuju pada penyusunan
teori yang disimpulkan secara induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis
secara empiris (Hypothetico Deductive Observational Procedure). Penelitian kuantitatif adalah suatu pendekatan
penelitian yang secara primer menggunakan paradigma postpositivist dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran tentan sebab akibat, reduksi
kepala variabel, hipotesis, dan pertanyaan spesifik, menggunakan pengukuran dan
observasi, serta pengujian teori), menggunakan strategi penelitian seperti
eksperimen dan survei yang memerlukan dat statistik.[12][8] Penelitian kuantitatif menggunakan
instrument untuk mengumpulkan data atau mengukur status variabel yang diteliti.
[13][9]
Penelitian ini juga sebagai metode ilmiah/scientific karena telah
memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur,
rasional, dan sistematis. Selain itu,
penelitian ini juga disebut metode
discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai
iptek baru. Penelitian ini disebut penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistik.[14][10]
Selain itu, penelitian kuantitatif adalah suatu proses
menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan
keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.[15][11]. Penelitian kuantitatif berpijak pada apa yang disebut dengan
fungsionalisme struktural, realisme, positivisme, behaviorisme dan empirisme
yang intinya menekankan pada hal-hal yang bersifat konkrit, uji empiris dan
fakta-fakta yang nyata.[16][12].
Desain dalam riset kuantitatif menentukan adanya penataan yang
tegas tentang perangkat variable yang diselidiki dan karakteristik hubungannya.
Pengumpulan data terhadap sampel yang ditetapkan secara acak dilakukan secara
terawasi (ada variable bebas/sebab, dan variable tak bebas/akibat, serta variabel
pencampur); melalui pengukuran dengan menggunakan instrumen yang terkalibrasi
(tervalidasi).
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat kita kenali
ciri-ciri riset kuantitatif sebagai berikut:
a. Riset
kuantitatif menghendaki adanya perekayasaan situasi yang akan diteliti, dengan
terencana memberikan suatu perlakuan (treatment) tertentu, untuk
mengetahui akibat-akibatnya.
b. Riset
kuantitatif adalah eksperimental atau percobaan yang dilakukan secara
terencana, sistematis, dan terkontrol dengan ketat, baik dalam bentuk desai
fungsional maupun desain factorial.
c. Riset
kuantitatif lebih tertuju pada penelitian tentang hasil daripada proses
sehingga data yang dikumpulkan berupa data tentang akibat-akibat yang
disebabkan oleh adanya perlakuan atau perubahan variabel yang disengaja.
d. Riset
kuantitatif cenderung merupakan prosedur pengumpulan data melalui observasi
untuk pembuktian hipotesis yang dideduksi dari dalil atau teori (Hypothetico
Deductive Observational Procedurikute).
e. Riset
kuantitatif terutama bertujuan menghasilkan penemuan-penemuan, baik dalam
bentuk teori baru atau perbaikan teori lama.
Penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Filsafat positivisme
memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur,
dan hubungan gejala bersifat sebab akibat.[17][13] Ciri-ciri filsafah positivisme, antara lain:
a. Logika eksperimen dengan memanipulasi variabel yang
dapat diukur secara kuantitatif akan dapat dicari hubungan diantara berbagai
variabel.
b. Mencari hukum universal yang dapat mengikuti
semua kasus walaupun dengan pengolahan statistik dicapai tingkat probabilitas
dengan mementingkan sampling untuk mencari generalisasi.
c. Netralitas pengamatan dengan hanya
meneliti gejala-gejala yang dapat diamati secara langsung dengan mengabaikan
apa yang tidak dapat diamati dan diukur dengan instrument yang valid dan
reliabel.
Aksioma-aksioma
kaum positivism yang mendasari riset-riset adalah sebagai berikut:
a. Hakikat
kenyataan (ontologi). Kenyataan adalah tunggal, dapat diamati dan dapat dibagi dalam
fragmen-fragmen.
b. Hakikat
hubungan subjek dan objek (epistemologi). Subjek yang
mengetahui dengan objek yang diketahui adalah bebas tidak saling bergantung,
dan membentuk sebuah dualism yang tegas.
c. Kemungkinan
generalisasi (logika). Tujuan penyelidikan adalah mengembangkan
suatu sosok pengetahuan nomotetis dalam bentuk generalisasi yang kebenarannya
tidak bergantung pada waktu dan tempat (konteks).
d. Kemungkinan
hubungan sebab-akibat (logika). Setiap tindakan dapat diterangkan
sebagai hasil (akibat) dari sebuah sebab yang nyata yang dalam hubungannya
dengan waktu adalah mendahului akibat (atau setidak-tidaknya terjadi serempak).
e. Peranan
nilai dalam penyelidikan (aksiologi). Penyelidikan adalah bebas dari campur
tangan nilai dan dapat dijamin bahwa penyelidikan yang digunakan adalah
objektif.
Pelaksanaan riset kuantitatif dilakukan dalam bentuk pengukuran
kuantitatif terprogram atau sistematis. Beberapa karakteristik dari pengukuran
tersebut yaitu : (1) Pengukuran dilaksanakan terhadap skala-skala: ordinal,
internal, dan rasio yang menghasilkan data dalam bentuk angka, dengan kata lain
ada proses kuantifikasi; (2) pengukuran dilakukan dengan menggunakan instrumen
yang tepat (valid), dapat dipercaya (reliable) dan operasional
melalui proses instrumentalisasi; (3)
pengukuran dilakukan terhadap sampel yang menjadi sumber data, yang telah
ditetapkan secara acak atau randomisasi; dan (4) pengukuran dilakukan melalui pemberian
perlakuan tertentu untuk mengatahui akibat-akibatnya atau eksperimentasi yang
murni atau rekaan.
Hipotesis mempunyai peranan sangat penting dalam riset kuantitatif.
Hipotesis sebagai pernyataan deklaratif sementara tentang hubungan antara dua
variabel atau lebih, berfungsi sebagai pendahuluan eksperimen dan sebagai
sebuah metode yang member keterangan bilamana verifikasi aktual tidak mungkin
dilakukan. Syarat –syarat hipotesis yang baik yaitu; (1) Relevan, (2)
Testabilitas, (3) Kompatibilitas, (4) Prediktif, dan (5) Sederhana.
Prosedur pembuktian hipotesis melalui langkah-langkah: (1)
merumuskan sebuah hipotesis riset sebagai sebuah jawaban terhadap masalah yang
dihadapi; (2) Menjabarkan akibat-akibat dari hipotesis dalam istilah-istilahn
yang operasional; (3) Merumuskan hipotesis secara deklaratif sebagai sebuah
hubungan antara dua variabel atau lebih yang yang didasarkan pada akibat-akibat
yang diperkirakan; (4) Apabila hipotesis akan dibuktikan secara statistic, maka
perlu dirumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1);
dan (5) menetapkan sebuah prosedur yang akan memberikan dasar pada sebuah
keputusan yang dibuat tentang kebenaran hipotesis nol; (6) melakukan pengujian
dengan cara pengumpulan data yang sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah
ditetapkan sebelumya; dan (7) Mengambil sebuah keputusan tentang kebenaran atau
kepalsuan hipoitesis nol.
2.
Bentuk-bentuk Riset Kuantitatif
Riset kuantitatif dilaksanakan dengan menggunakan metode
eksperimental. Riset eksperimen merupakan penyelidikan yang penelitiannya mengontrol
kondisi-kondisi perlakuan dan pengaruh dari luar. Metode eksperimental
berkenaan dengan gejala tentang sebab dan akibat. Kita menilai dinamika sebab
dan akibat dalam sebuah sistem tertutup dari kondisi-kondisi yang terawasi.
Apabila ditinjau dari desainnya, metode-metode eksperimental dapat
dibedakan dalam empat kelompok yaitu: (1) Desain-desain Pra eksperimental (Pre
Eksperimental Designs); (2) desain-desain Eksperimental yang sesungguhnya (True
Eksperimental Designs); (3) desain-desain Eksperimental Rekaan (Quasi
Eksperimental Designs); dan (4) Desain-desain Korelasional Dan Sebab
Terbalik (Corelational and Ex Post Facto Designs).
Desain-desain Pra-Eksperimental dapat dibedakan
dalam tiga macam bentuk, yaitu: (1) One-Shot Case Study; (2) One Group Pre-test-Posttest Design; dan (3) Static Group Comparison . Desain-desain
Eksperimental yang sesungguhnya dapat dibedakan dalam tiga macam bentuk, yaitu
(1) Pretest-Posttest Control Group Design (Desain Kelompok Kontrol Tes
Awal-Tes Akhir); (2) Solomon Four-Group Design (Desain Empat Kelompok
dari Solomon); dan (3) Posttest only Control Design (Desain Kelompok
Kontrol Terakhir).
Pola pengumpulan
data yang dipergunakan dalam riset kuantitatif merupakan cara kerja dalam
bentuk pengukuran sistematis. Pengukuran sistematik adalah pengumpulan data
kuantitatif secara sistematik dan terencana melalui suatu eksperimentasi. S.S.
Steven membedakan pengukuran dalam empat macam tingkatan, yaitu pengukuran nominal,
pengukuran ordinal, pengukuran interval, dan pengukuran ratio. Secara tersirat
telah dinyatakan bahwa pengukuran sistematis adalah pengukuran terencana. Hal
lain yang penting dalam pengukuran sistematis adalah alat pengumpul data yang
digunakan. Apabila alat pengumpul data dapat mengukur hal-hal yang menjadi isi
yang diselidiki, maka alat tersebut mempunyai validitas isi (content
validity)
Hal lain yang perlu
diperhatikan dalam pola pengamatan riset kuantitatif adalah berkenaan dengan sumber
data dan teknik pengumpulan data. Apabila alat pengumpul data dan sampel sudah
ditetapkan, maka hal lain yang masih perlu diperhatikan oleh peneliti dalam
riset kuantitatif adalah teknik memperoleh data. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa riset kuantitatif menuntut adanya pola pengamatan yang
mempunyai karakteristik: (1) desain riset berstruktur; (2) adanya
instrumentalisasi; (3) randomisasi dalam pengambilan sampel, dan ; (4)
pembakuan dalam teknik pengumpulan data. Pengolahan data kuantitatif yang
diperoleh melalui proses pengumpulan data yang baku, dilakukan dengan
menggunakan analisis statistik. Analisis statistik sebagai sekelompok teknik
kerja mengolah data kuantitatif dapat berfungsi deskriptif dan inferensi.
Analisis statistik deskriptif berfungsi menyajikan gambaran singkat tentang
hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang diselidiki. Sedangkan analisis statistic
inferensi berfungsi menyimpulkan sifat-sifat populasi berdasarkan hasil-hasil
pengumpulan data pada sampel (Herbert M. Blalock: 5)
D.
Perbedaan Penelitian Kuantitatif dengan Penelitian Kualitatif
Penelitian kuantitatif ialah penelitian dalam proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis
data dan kesimpulandata sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran,
perhitungan, rumus dan kepastian data numerik. Sebaliknya penelitian kualitatif
ialah penelitian dalam proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan
kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek-aspek
kecenderungan, non perhitungan numerik, situasional deskriptif, interview
mendalam, analisis isi, bola salju dan story. Sedangkan menurut Creswell (2008: 51-59)
mencoba membandingkan karakteristik penelitian kuantitatif dan penelitian
kualitatif berdasarkan:
1. Identifikasi masalah penelitian. Penelitian kuantitatif cenderung mengarahkan masalah-masalah penelitian yang
memerlukan suatu deskripsi tentang kecenderungan atau suatu penjelasan tentang
hubungan antarvariabel. Sedangkan penelitian
kualitatif cenderung mengarahkan masalah-masalah penelitian yang
memerlukan: suatu eksplorasi yang mendalam terhadap hal yang sedikit diketahui atau
dipahami tentang masalah tersebut dan suatu detail pemahaman tentang suatu
fenomena sentral.
2. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian kuantitatif,
tinjauan pustaka untuk:
a. Menyediakan suatu peran mayor dalam
menyarankan pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk diajukan.
b. Justifikasi masalah penelitian dan menciptakan
suatu kebutuhan untuk arah (pernyataan tujuan dan pernyataan hipotesis
penelitian)
Sementara dalam penelitian kualitatif, tinjauan pustaka untuk:
a. Memainkan suatu peran minor dalam menyarankan
suatu pertanyaan penelitian spesifik untuk diajukan.
Perbedaan penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif, antara lain:
No
|
Penelitian Kuantitatif
|
Penelitian
Kualitatif
|
1
|
Menggunakan hipotesis
yang ditentukan sejak awal penelitian
|
Hipotesis dikembangkan
sejalan dengan penelitian/saat penelitian
|
2
|
Definisi yang jelas
dinyatakan sejak awal
|
Definisi sesuai konteks atau saat penelitian berlangsung
|
3
|
Reduksi data menjadi
angka-angka
|
Deskripsi
naratif/kata-kata, ungkapan atau pernyataan
|
4
|
Menyimpulkan hasil menggunakan statistic
|
Menyimpulkan hasil
secara naratif/kata-kata
|
5
|
Memanipulasi aspek,
situasi atau kondisi dalam mempelajari gejala yang kompleks
|
Tidak merusak
gejala-gejala yang terjadi secara alamiah /membiarkan keadaan aslinya [19][23]
|
Selain itu, Nasution (1988) membandingkan penelitian kuantitatif dengan kualitatif, sebagai berikut:
Positivisme / Kuantitatif
|
Post –Positivisme / Kualitatif
|
1.
Mempelajari permukaan masalah atau bagian luarnya.
2.
Memecahkan kenyataan dalam bagian-bagian, mencari hubungan antar variabel
yang terbatas.
3.
Bertujuan mencapai generalisasi guna memprediksi.
4.
Bersifat deterministik tertuju kepada kepastian dengan menguji hipotesis.
|
1. Mencoba memperoleh gambaran yang lebih
mendalam
2. Memandang peristiwa secara keseluruhan dalam
konteksnya dan mencoba untuk memperoleh pemahaman yang holistic
3. Memahami makna (Meaning)
|
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan
atau proses yang sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan
menerapkan metode ilmiah. Penelitian dalam hal ini dibagi menjadi dua
yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Penelitian kuantitatif
adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka
sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Penelitian kuantitatif
berpijak pada apa yang disebut dengan fungsionalisme struktural, realisme, positivisme,
behaviorisme dan empirisme yang intinya menekankan pada hal-hal yang bersifat
konkrit, uji empiris dan fakta-fakta yang nyata.
Sedangkan, penelitian kualitatif adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin
ilmu sosiologi dan antropologi dan diadaptasi ke dalam seting pendidikan.
Peneliti kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya
bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan. Penelitian
kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada pemberian suara pada perasaan
dan persepsi dari partisipan di bawah studi. Hal ini berangkat dari
pengetahuan, berdasarkan pengalaman sosial adalah suatu proses ilmiah yang sah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahiri, Jafar. 2008.Metodologi Penelitian Pendidikan. Kendari: Unhalu Press.
Arahan Permendikbud. 2013. Jakarta: Kementrian
Pendidikan Nasional.
Azra, Azumardi. 2002. Paradigma Baru
Pendidikan Nasional. Bandung: Alfabeta.
Emzir. 2012 Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.
Emzir. 2013Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Hasan. 2013. Landasan Filosofis Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers.
Kaelan. 2005. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat,. Yogyakarta: Paradigma.
Margono, S. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Moleong, Lexy J. 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mudyahardjo, Redja.
2002. Filsafat Ilmu
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sarwono,
Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R & D. Bandung: Alfabeta.
(Diakses pada hari Minggu 18
September 2016 pada pukul 20.55 WIB).
Http://harjonbasri.blogspot.co.id/2014/11/penelitian-kuantitatif-dan-kualitatif.html (Diakses pada hari
Minggu 18 September 2016 pada pukul 20.55 WIB).
[3][3] Sugiyono,
Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 7.
[7][7] Sugiyono,
Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 7.
[9][15] Sugiyono,
Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 7-9.
[10][16] Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 3.
[16][12] Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), h. 258.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar