Tugas Mata Kuliah Media Pembelajaran dan ICT (Information and Communication Technology)
MAKALAH
“MEDIA
PEMBELAJARAN KOBEL (KOTAK BELAJAR) AJAIB (AKSARA JAWA IMUT BANGET) UNTUK MENGENAL SILSILAH KULAWARGA
JAWI”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata
Kuliah Media Pembelajaran dan ICT (Information and Communication Technology)
Dosen Pengampu: Minsih, M.Pd.
DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:
SRI
WAHYUNI (A510120172 / IV D)
PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013/2014
BAB II
PEMBAHASAN
A. Media dan Media Pembelajaran
Kata
Media berasal dari bahasa Latin dan
merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang dapat didefinisikan sebagai perantara atau
pengantar terjadinya komunikasi dari
pengirim menuju penerima {Daryanto (2012: 4)}, sumber lain menyebutkan, Media
dari bahasa Latin medius yang secara
harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’,
atau ‘pengantar’. Media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan
{Arsyad (2013: 3)}.
Banyak
batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi
Pendidikan (Association of Education and Communication Technology/AECT) di
Amerika misalnya, membatasi media sebagai segala bentuk saluran yang digunakan
orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne dan Briggs (1970) dalam Sadiman (1986: 5) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Sementara
itu Briggs, berpendapat
bahwa, media adalah segala alat fisik yang dapat manyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk belajar. Contohnya adalah buku, kaset, film, bingkai,
dan lain-lain.
Asosiasi
Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) menyatatakan bahwa,
media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dan dibaca
{Sadiman (1986:
6-7)}.
Media
atau bahan adalah perangkat lunak (software) yang berisi pesan atau informasi
pendidikan yang biasanya disajikan dengan menggunakan peralatan. Sedangkan
peralatan atau perangkat keras (hardware) merupakan sarana untuk dapat
menampilkan pesan yang terkandung pada media tersebut (AECT, 1977).
Secara
harfiah, kata media berasal dari bahasa latin medium yang memiliki arti
“perantara” atau “pengantar”. Menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association for
Education and Communication technology/AECT) mendefinisikan media sebagai benda
yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang
dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi
efektifitas program instruksional. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Sementara itu, Briggs
(1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan
pesan serta merangsang siswa untuk belajar. E De
Corte mengartikan media pengajaran sebagai suatu sarana non personal (bukan
manusia) yang digunakan atau disediakan oleh tenaga pengajar, yang memegang
peranan dalam proses belajar mengajar, untuk mencapai tujuan instruksional {Sadiman (1986: 4-7)}.
Dari
berbagai definisi dari media diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa media
adalah segala sesuatu dalam lingkungan siswa dan merupakan non personal (bukan
manusia) yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa
dalam proses belajar mengajar. Jadi
secara keseluruhan dapat diartikan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa
sehingga proses belajar terjadi.
B. Perkembangan Media Pembelajaran
Pada mulanya, media hanya dianggap
sebagai alat bantu mengajar Guru (teaching
aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, yaitu gambar,
model, objek dan alat-alat lain yang dapat memberikan pengalaman secara
konkrit, memotivasi dalam belajar serta mempertinggi daya serap dan retensi
belajar siswa. Namun, karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu
visual yang dipakainya, orang kurang memperhatikan aspek desain, produksi dan
evaluasinya.
Dengan masuknya pengaruh teknologi
audio pada sekitar pertengahan abad ke-20, alat visual untuk mengkonkritkan
ajaran ini dilengkapi dengan digunakannya alat audio sehingga kita kenal adanya
alat audio visual atau audio visual aids
(AVA).
Bermacam peralatan digunakan guru untuk
menyampaikan pesan ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendengaran
untuk menghindari verbalisme yang masih mungkin terjadi jika hanya menggunakan
alat bantu visual semata.
Dalam usaha memanfaatkan media sebagai alat
bantu, Edgar Dale mengadakan klasifikasi pengalaman (kerucut pengalaman/cone of experience) dari tingkat yang
paling konkrit ke yang paling abstrak. Pada saat itu, klasifikasi ini dianut
secara luas dalam menentukan alat bantu apa yang paling sesuai untuk pengalaman
belajar tertentu.
Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi
mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai
alat bantu, media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar.
Sejak saat itu, alat audio visual tidak hanya dipandang sebagai alat bantu guru
saja, melainkan juga sebagai alat penyalur pesan atau media. Teori ini sangat
penting dalam penggunaan media untuk program pembelajaran. Tetapi, sampai saat
itu pengaruhnya masih terbatas pada pemilihan media saja. Faktor siswa yang
menjadi komponen utama dalam proses belajar belum mendapat perhatian.
Baru pada tahun 1960-1965 orang
mulai memperhatikan siswa sebagai komponen yang penting dalam Proses Belajar
Mengajar. Pada saat itu teori tingkah laku (behaviorism
theory) ajaran B.F. Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam
kegiatan pembelajaran. Teori ini mendorong orang untuk lebih memperhatikan
siswa dalam Proses Belajar Mengajar. Menurut teori ini, mendidik adalah
mengubah tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku ini harus tertanam dalam
diri siswa sehingga menjadi adat kebiasaan. Supaya tingkah laku tersebut
menjadi adat kebiasaan, maka setiap ada perubahan tingkah laku positif ke arah
tujuan yang dikehendaki, harus diberi penguatan (reinforcement), berupa
pemberitahuan bahwa tingkah laku tersebut telah benar. Teori ini telah
mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai
hasil proses pembelajaran. Media instruksional yang terkenal yang dihasilkan
oleh teori ini ialah teaching machine
dan programmed instruction.
Pada tahun 1965-1970 pendekatan
sistem (system approach) mulai
menampakkan pengaruhnya dalam pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan
sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam program
pembelajaran.
Pada dasarnya para Guru dan ahli
audio visual menyambut baik perubahan ini. Guru-guru mulai merumuskan tujuan
pembelajaran berdasarkan tingkah laku siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran
tersebut, mulai dipakai berbagai format media. Dari pengalaman mereka, guru
mulai belajar bahwa cara belajar siswa itu berbeda-beda, sebagian lebih cepat
belajar melalui media visual, sebagian melalui media audio, sebagian melalui
media cetak, yang lain melalui media audio visual, dan sebagainya. Dari sini
maka lahirlah konsep penggunaan multi media dalam kegiatan pembelajaran {Sadiman (1986:
7-10)}.
A. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Menurut Leshin, dkk dalam Arsyad (1992: 79-100) ada
beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses
pembelajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau
diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut
dengan media dua dimensi, yakni media
yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu media
dalam bentuk model seperti model padat (solid
models),
model penampang, model susun, model kerja, dan lain-lain. Ketiga, media
proyeksi seperti slide, film strips,
penggunaan OHP, dan lain-lain. Keempat, penggunaan lingkungan sebagai media
pembelajaran. Aneka ragam media pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan
ciri-ciri tertentu. Brets membuat klasifikasi berdasarkan adanya tiga ciri,
yaitu: suara (audio), bentuk (visual) dan gerak (motion). Atas dasar ini, Brets
mengemukakan beberapa kelompok media sebagai berikut:
a.
Media
audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, gerakan dan bentuk
objektif dapat dilihat. Media semacam ini paling lengkap. Jenis media yang
termasuk kelompok ini adalah televise, video, dan film bergerak.
b.
Media
audio-still-visual, yakni media yang mempunyai suara objeknya dapat dilihat,
namun tidak ada gerakan, seperti film strip bersuara, slide bersuara, dan
rekaman televisi dengan gambar tak bergerak.
c.
Media audio -semi-motion, mempunyai suara dan gerakan,
namun tidak menampilkan suatu gerakan secara utuh. Salah satu contoh dari media
jenis ini adalah papan tulis jarak jauh atau tele -blackboard.
d.
Media
motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar objek bergerak, tapi tanpa
mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak.
e.
Media
still-visual, yaitu ada objek namun tidak ada gerakan, seperti film strip dan
slide tanpa suara.
f.
Media audio, yaitu hanya menggunakan suara, seperti
radio, telepon, dan tape.
g.
Media cetak,
yang tampil dalam bentuk bahan-bahan
tercetak/ seperti buku, modul, gambar, pamphlet, dll.
Penggunaan
media diatas tidak dilihat dari kecanggihan media, tetapi yang lebih penting
adalah fungsi dari media pembelajaran yang digunakan. Agar kegiatan
pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak
dicapainya, diperlukan dukungan dari media pembelajaran. Namun dalam memilih
media pembelajaran, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Memilih media
yang terbaik untuk mewujudkan tujuan-tujuan
pembelajaran bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Penggunaan media dalam kegiatan
pembelajaran adalah sebagai sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar
mengajar. Media memiliki jenis yang bermacam-macam dan kegunaan yang
bermacam-macam pula. Oleh karena itu seorang guru perlu memilih media yang
tepat sehingga media tersebut dapat digunakan dengan efektif dan efisien. Dalam memilih media, yang harus
diperhatikan oleh seorang guru antara lain: media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan
keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan karakteristik dari media,
ketepatgunaan dari media, kondisi siswa, ketersediaan barang, biaya, dan waktu
yang diperlukan untuk mendapatkannya. Dalam
memilih media untuk kepentingan pembelajaran sebaiknya memperhatikan
kriteria-kriteria sebagai berikut:
a.
Ketepatan dengan
tujuan pengajaran. Artinya, media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan
instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, sintesis
lebih memungkinkan digunakannya media
pembelajaran.
b.
Dukungan
terhadap isi bahan pembelajaran.
Artinya,
bahan pembelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangan
memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
c.
Kemudahan
memperoleh media. Artinya, media yang diperlukan mudah diperoleh,
setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis
umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, disamping sederhana dan
praktis penggunaannya.
d.
Keterampilan
guru dalam menggunakannya. Apa pun jenis media yang diperlukan, syarat utama
adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pembelajaran. Nilai dan manfaat
yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan media oleh guru pada saat terjadinya
interaksi belajar siswa dengan lingkungannya. Adanya komputer, OHP, Proyektor
film dan alat-alat canggih lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa bila guru
tidak dapat menggunakannya dalam pembelajaran untuk mempertinggi kualitas pembelajaran.
e.
Tersedianya
waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa
selama pembelajaran berlangsung.
f.
Sesuai dengan
taraf berfikir siswa. Memilih media untuk pendidikan dan pembelajaran harus
sesuai dengan taraf berfikir siswa,
sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh siswa.
Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau proporsi dalam bentuk persen
bagi siswa SD kelas-kelas rendah tidak ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat
dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga diagram yang menjelaskan alur
hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah
memiliki kemampuan berfikir tinggi.
Dengan
kriteria pemilihan media diatas, guru diharapkan dapat lebih mudah memilih media
mana yang akan digunakan dalam pembelajaran guna mempermudah tugas-tugas guru
dalam menyampaikan materi pembelajaran. Kehadiran media pembelajaran jangan
terlalu dipaksakan bila hal tersebut dapat mempersulit tugas guru sebagai
pengajar, tapi harus sebaliknya, yakni dapat mempermudah guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Dibawah ini adalah contoh penggolongan
jenis-jenis media pendidikan menurut
Leshin, dkk dalam Arsyad (1992: 101-150) seperti dibawah ini:
1.
Media
Berbasis Visual
Visualisasi
pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat
dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar/ilustrasi,
sketsa/gambar garis, grafik, bagan, cart, dan gabungan dari dua bentuk atau
lebih. Keberhasilan penggunaan media berbasis visual ditentukan oleh kualitas dan efektivitas
bahan-bahan visual dan grafik itu.
Hal ini hanya dapat dicapai dengan mengatur dan mengorganisasikan
gagsan-gagasan yang timbul, merencanakannya dengan seksama, dan menggunakan
teknik-teknik dasar visualisasi objek, konsep, informasi, atau situasi.
Dalam
proses penataan itu harus diperhatikan
prinsip-prinsip desain tertentu, antara lain :
1.
Kesederhanaan
2.
Keterpaduan
3.
Penekanan
4.
Keseimbangan,
yang mana keseimbangan dibagi menjadi dua yaitu:
a.
Keseimbangan
formal
b.
Keseimbangan
informal
Unsur-unsur
visual yang selanjutnya perlu dipertimbangkan meliputi:
1.
Bentuk
2.
Garis
3.
Ruang
4.
Tekstur
5.
Warna
2.
Media
Berbasis Audio Visual
Media
audio dan audio visual merupakan bentuk media pembelajaran yang murah dan
terjangkau sekali kita membeli tape dan peralatan seperti tape recorder, hampir
tidak diperlukan lagi biaya tambahan karena
tape dapat dihapus setelah digunakan dan kesan baru dapat direkap kembali.
Disamping itu, tersedia pula materi audio yang dapat digunakan dan dapat disesuaikan
dengan tingkat kemampuan siswa. Audio dapat menampilkan kesan yang memotivasi.
3.
Media
Berbasis Komputer
Seiring
berkembangnya kemajuan komputer, komputer dapat digunakan sebagai media
pembelajaran computer assisted intruction
(CAI). Dilihat dari situasi belajar dimana komputer digunakan untuk tujuan
menyajikan isi pelajaran, CAI bisa berbentuk tutorial, drills and practice,
simulasi, dan pemainan.
4.
Multimedia
Berbasis Komuter dan Interaktif Video
Kombinasi
dua atau lebih jenis media ditekankan kepada kendali komputer sebagai penggerak keseluruhan gabungan media
itu. Penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama
menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran.
5.
Media
Microsoft Power Point
Salah
satu program presentasi yang banyak digunakan orang untuk mempresentasikan
slidenya. Dalam dokumen ini juga sudah disertakan langkah – langkah yang harus
ditempuh untuk menggunakan beberapa fitur microsoft word.
6.
Media
Internet
Dunia
internet kini sangat pesat tanpa
mengenl usia, jabatan, seakan kita semua dipaksa untuk mengenal dunia maya ini.
Dunia internet merupakan dunia dimana orang-orang yang dapat saling
berkomunikasi jauh-jauh secara real team
tanpa mengenal jarak. Dunia internet adalah dimana kita dapat mempermudah semua kegiatan rutin yang ada
dengan memanfaatkan konsep teknologinya.
7.
Media
Berbasis Manusia
Media
berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan untuk mengkomunikasikan
pesan atau informasi. Media ini bermanfaat khususnya bila tujuan kita adalah
mengubah sikap atau ingin secara langsung terlibat dengan pemantauan dengan
pembelajaran siswa. Media berbasis manusia mengajukan dua teknik yang efektif,
yaitu rancangan yang berpusat pada masalah dan bertanya ala socrates. Salah satu faktor penting dalam pebelajaran dengan
media berbasis manusia ialah rancangan pelajaran yang interaktif.
8.
Media
Berbasis Cetakan
Materi
pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun jurnal, majalah, dan
lembaran lepas. Pembelajaran berbasis teks, dikenal dengan istilah pembelajaran
terprogram yang merupakan materi untuk pembelajaran mandiri.
9.
Pemanfaatan
Perpustakaan sebagai Sumber Belajar
Perpustakan
merupakan pusat sarana akademis yang merupakan yang menyediakan bahan-bahan
berupa barang cetakan seperti buku, majalah, surat kabar, karya tulis dll, dan
bahan-bahan non cetakan seperti foto, film, kaset, video, dan lain-lain.
Bahan-bahan yang tersedia itu dapat dikelompokkan ke dalam jenis (1) refrensi, (2) reserve, (3) pinjaman.
B. Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Sadiman
(1986: 16-17), secara umum media
pembelajaran mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1)
Memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata
tertulisatau lisan belaka).
2)
Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti misalnya:
a.
Objek yang
terlalu besar – bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film,
atau model;
b.
Objek yang kecil
– dibantu dengan proyektor mikro, mikroskop, teleskop, film bingkai, film, atau
gambar;
c.
Gerak yang
terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau
high-speed photography;
d.
Kejadian atau
peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film,
video, film bingkai, foto, maupun secara verbal;
e.
Objek yang terlalu
kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan
lain-lain;
f.
Konsep yang
terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain) dapat divisualkan
dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.
3)
Dengan
menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap
pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:
a.
Menimbulkan
kegairahan belajar.
b.
Memungkinkan
interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan
kenyataan.
c.
Memungkinkan
anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
4)
Dengan sifat
yang unik pada tiap siswa, ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang
berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap
siswa, maka Guru akan mengalami banyak kesulitan bilamana semuanya itu harus
dialami sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan Guru dengan siswa juga
berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan
kemampuannya dalam:
a.
Memberikan perangsang
yang sama.
b.
Mempersamakan
pengalaman.
c.
Menimbulkan
presepsi yang sama.
Penggunaan media pembelajaran
adalah sebagai salah satu usaha guru untuk membuat pengajaran lebih konkret,
memperjelas, membuat konsep yang kompleks menjadi lebih sederhana, dan membuat
siswa lebih termotivasi dalam menjalani kegiatan pembelajaran. Sehingga secara
tidak langsung, penggunaan media pembelajaran dapat membantu meningkatkan
pemahaman dan daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari. Diantara fungsi-fungsi dari
penggunaan media pembelajaran antara lain adalah:
a.
Membantu
memudahkan belajar bagi siswa dan membantu memudahkan mengajar bagi guru.
b.
Memberikan
pengalaman lebih nyata (yang abstrak dapat menjadi lebih konkrit).
c.
Menarik
perhatian siswa lebih besar (kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih
menyenangkan dan tidak membosankan).
d.
Semua indra
siswa dapat diaktifkan.
e.
Lebih menarik
perhatian dan minat murid dalam belajar.
Menurut
Sudjana dan Rivai (1992: 2) dalam Arsyad (2013: 28) mengemukakan beberapa
manfaat media pembelajaran adalah:
a.
Pembelajaran
akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan
motivasi belajar.
b.
Bahan
pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa
dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik.
c.
Metode pembelajaran akan lebih bervariasi,
tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru
mengajar untuk setiap jam pelajaran.
d.
Siswa lebih
banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,
tetapi juga aktivitas lain seperti pengamatan, melakukan, mendemonstrasikan dan
lain -lain.
Menurut Hamalik (1994:15) dalam Arsyad (2013: 28- 30) yang terdapat dalam Encyclopedia of
Education Research merinci manfaat media
pembelajaran sebagai berikut:
a.
Meletakkan
dasar-dasar yang konkrit untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.
b.
Memperbesar
perhatian siswa.
c.
Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk
perkembangan belajar siswa, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
d.
Memberikan
pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan
siswa.
e.
Menumbuhkan pemikiran
yang teratur dan kontinue,
terutama melalui gambar hidup.
f.
Membantu
tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa
siswa.
g.
Memberikan
pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain dan membantu efisiensi
dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari
beberapa uraian tentang manfaat media pembelajaran di atas, dapat diambil
kesimpulan beberapa manfaat dari
penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai
berikut:
a.
Media
pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar siswa.
b.
Media
pembelajaran dapat
meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan
motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya,
dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.
c.
Media
pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu.
d.
Media
pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang
peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya
interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui
karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum, kebun binatang, dan lain-lain.
A. Definisi Mata Pelajaran Bahasa Jawa
Bahasa
Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku
bangsa Jawa terutama di beberapa bagian Banten terutama di Kabupaten Serang dan
Tanggerang, Jawa Barat khususnya kawasan Pantai Utara terbentang dari Pesisir
Utara Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon, Jawa Tengah dan Jawa Timur di
Indonesia.
Menurut Kridalaksana (2001:
xxx) Secara geografis, Bahasa Jawa adalah
bahasa ibu yang digunkan oleh masyarakat yang berasal dari wilayah Jawa Tengah
dan sebagian besar Jawa Timur. Sebagian wilayah Jawa Timur, di tempati oleh
masyarakat yang berbahasa dialek Madura. Luasnya wilayah dan kendala geografis
menyebabkan Bahasa Jawa tampil dalam berbagai dialek. Secara garis besar,
dialek-dialek dalam Bahasa Jawa dapat di kelompokkan berdasarkan letak
geografisnya, yakni dialek Jawa Timur, dialek Jawa Tengah, Pesisir Utara,
dialek Pesisir Selatan, dan dialek perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Di
wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat terdapat Bahasa Jawa dialek
Cirebon. Di wilayah Jawa Barat Utara, yakni di daerah Banten, terdapat Bahasa
Jawa dialek Banten.
Ada
juga Bahasa Jawa yang digunakan di wilayah Yogyakarta dan Surakarta. Bahasa
Jawa yang digunakan di kedua wilayah ini dianggap sebagai Bahasa Jawa Baku oleh
masyarakat Jawa pada umumnya. Bahasa Jawa yang berada di luar kedua wilayah
tersebut merupakan dialek-dialek dari Bahasa Jawa Baku tersebut.
Ciri
utama yang menandai Bahasa Jawa baku adalah hadirnya seluruh tutur – ngoko, madya, krama – dalam percakapan sehari-hari, baik dalam formal maupun
informal. Pada dialek-dialek yang lain, ragam krama biasanya hanya digunakan
dalam situasi formal saja. Dengan kata lain, ragam formal yang digunakan oleh
penutur Bahasa Jawa dialek Non Baku adalah ragam krama yang ada pada Bahasa
Jawa Baku.
Realisasi
dialek-dialek Bahasa Jawa ini diwujudkan melalui perbedaan kosa kata dan
perbedaan fonologis. Perbedaan kosa kata misalnya yang terdapat pada pronomina
persona kedua kowe, sampeyan, panjenengan
(BJ Baku), kon, kowe, rika, pena (BJ
Dialek Jawa Timur). Inyong (BJ dialek
Pesisir Utara-Tegal). Perbedaan ciri fonologisnya antara lain adalah perbedaan
pengucapan vokal a yang diucapkan
secara berbeda (apa ‘apa’ diucapkan [opo] dan [apa]) pada semua kosa kata.
Perbedaan ciri fonologis yang lain adalah perbedaan ciri intonasi dan logat.
Selain
itu dalam mata pelajaran bahasa jawa tidak terlepas dari aksara jawa. Aksara
Jawa, merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya.
Bentuk aksara dan seni pembuatannya pun menjadi suatu peninggalan yang patut
untuk dilestarikan. Aksara jawa disebut juga dengan nama aksara Legenda. Aksara Legena merupakan aksara Jawa pokok yang jumlahnya 20 buah. Sebagai
pendamping, setiap suku kata tersebut mempunyai pasangan, yakni kata yang
berfungsi untuk mengikuti suku kata mati atau tertutup, dengan suku kata
berikutnya, kecuali suku kata yang tertutup oleh wignyan ,
cecak dan layar. Tulisan Jawa bersifat Silabik atau
merupakan suku kata. Sebagai tambahan, di dalam aksara Jawa juga dikenal huruf
kapital yang dinamakan Aksara Murda. Penggunaannya untuk menulis nama gelar,
nama diri, nama geografi, dan nama lembaga.
Hanacaraka atau dikenal dengan nama carakan
atau cacarakan adalah aksara
turunan aksara Brahmi yang digunakan untuk naskah-naskah berbahasa
Jawa, bahasa Madura, bahasa Sunda, bahasa Bali, dan bahasa Sasak. Aksara Jawa modern adalah
modifikasi dari aksara Kawi dan merupakan abugida. Hal ini bisa dilihat
dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili dua buah huruf
(aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf
yakni H dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan
dengan kata "hari". Aksara Na
yang mewakili dua huruf, yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh
bila dibandingkan dengan kata "nabi". Dengan demikian, terdapat
penyingkatan cacah huruf dalam suatu penulisan kata apabila dibandingkan dengan
penulisan aksara Latin.
Pada bentuknya yang asli, aksara Jawa Hanacaraka
ditulis menggantung (di bawah garis), seperti aksara Hindi. Namun demikian,
pengajaran modern sekarang menuliskannya di atas garis. Aksara Jawa Hanacaraka
memiliki 20 huruf dasar, 20 huruf
pasangan yang berfungsi menutup
bunyi vokal, 8 huruf "utama" (aksara murda, ada yang tidak
berpasangan), 8 pasangan huruf utama,
lima aksara swara (huruf vokal depan), lima aksara rekan dan lima pasangannya, beberapa sandhangan
sebagai pengatur vokal, beberapa huruf khusus, beberapa tanda baca, dan
beberapa tanda pengatur tata penulisan
{Sayoga. Aksara jawa hanacaraka pallawa (http: //id.wikipedia.org) diakses pada
tanggal 21 Maret 2014 pukul 15.28 WIB}.
B.
Kontribusi
Serta Urgensi Media Pembelajaran “Ajaib”
(Aksara Jawa Imut Banget) Untuk Mengenal Kulawarga Jawi dalam Mapel
Bahasa Jawa Untuk Sekolah
Dasar
Kegiatan
belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri di mana Guru dan siswa bertukar pikiran
untuk mengembangkan ide dan pengertian. Ketika proses belajar mengajar tersebut
terjadi, tentu saja tidak dapat berjalan selancar apa yang diharapkan oleh Guru. Sering kali timbul
penyimpangan-penyimpangan ataupun gangguan-gangguan, sehingga kegiatan belajar
mengajar tidak bisa berjalan secara efektif dan efisien. Hal tersebut salah
satunya disebabkan oleh kurangnya minat, gairah dan motivasi siswa untuk
menerima materi ajar yang disampaikan oleh guru. Sebagai usaha dalam rangka mengatasi masalah
tersebut, maka sangatlah dipandang perlu seorang guru menggunakan media dalam
proses pembelajaran yang dilakukannya. Karena fungsi dari media pembelajaran
tersebut adalah sebagai daya tarik sehingga kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan dengan lebih menarik, siswa lebih bergairah dan termotivasi dalam
menjalani proses pembelajaran, serta materi yang disampaikan pun dapat diserap
oleh siswa dengan baik.
Penggunaan
media dalam proses belajar mengajar mempunyai nilai-nilai praktis sebagai
berikut:
a.
Media dapat
mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. Pengalaman
masing-masing individu yang beragam karena kehidupan keluarga dan masyarakat
sangat menentukan macam pengalaman yang dimiliki oleh siswa. Siswa satu dengan
siswa lain tentu mengalami/mempunyai pengalaman yang berbeda.
b.
Media dapat
mengatasi ruang kelas. Banyak hal yang sukar untuk dialami secara langsung oleh
siswa di dalam kelas, seperti: objek yang terlalu besar atau terlalu kecil,
gerakan-gerakan yang diamati terlalu cepat atau terlalu lambat. Maka dengan
melalui media akan dapat diatasi kesukaran-kesukaran tersebut.
c.
Media
memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan
lingkungan.
Gejal fisik dan sosial dapat diajak berkomunikasi dengannya.
d.
Media
menghasilkan keseragaman pengamatan. Pengamatan yang dilakukan siswa dapat
secara bersama-sama diarahkan kepada hal-hal yang dianggap penting atau sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
e.
Media dapat
menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis. Penggunaan media
seperti gambar, film model, grafik dan lainnya dapat memberikan konsep dasar
yang benar.
f.
Media dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru. Dengan
menggunakan
media, pengetahuan anak semakin luas, persepsi semakin tajam, dan konsep-konsep
dengan sendirinya semakin lengkap, sehingga keinginan dan minat baru untuk
belajar akan timbul.
g.
Media dapat
membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar. Pemasangan gambar di papan buletin, pemutaran film dan
mendengarkan program audio dapat menimbulkan rangsangan tertentu ke arah
keinginan untuk belajar.
h.
Media dapat
memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai kepada yang
abstrak. Sebuah film tentang suatu benda atau kejadian yang tidak dapat dilihat
secara langsung oleh siswa, akan dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang
wujud, ukuran, dan lokasi {Maimunah. 2010. Media Kartu Huruf, Pembelajaran Aksara Jawa, Motivasi (http://multimedianusantara.com)
diakses 21 Maret 2014 pukul 15: WIB}.
C.
Konstribusi
Media
Kotak
Belajar
“AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget)
Dalam pembelajaran Bahasa Jawa, Aksara Jawa
adalah salah satu materi yang dianggap sulit bagi siswa, terutama siswa Sekolah
Dasar. Pembelajaran Aksara Jawa dianggap membosankan dan rumit. Berdasarkan hal
tersebut, penulis bermaksud membuat media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget).
Media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget)
adalah media pembelajaran bagi siswa Sekolah Dasar Kelas 1 dengan materi aksara
jawa yang diintegrasikan dengan materi kulawarga yang memang menjadi salah satu
materi pokok yang diajarkan pada siswa SD kelas 1 semester 1. Media tersebut
memperkenalkan bentuk-bentuk aksara jawa secara menarik dan bervariasi sehingga
siswa SD merasa tertarik pada
pembelajaran.
Media
ini adalah media pembelajaran dalam bentuk kotak belajar (kobel) yang di
dalamnya terdapat huruf-huruf aksara jawa. Huruf-huruf yang terdapat dalam
kotak belajar tersebut dapat dibuat dengan menggunakan tangan atau hasil
cetakan computer yang digunting dan ditempelkan pada kotak belajar tersebut.
Kotak belajar tersebut memiliki ukuran
75 X 50 cm, atau lebih sesuai dengan kebutuhan. Dengan menggunakan media kotak
belajar “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget) ini, maka kegiatan
pembelajaran dapat di desain dengan berbagai macam cara, baik itu dengan cara
individu maupun dengan cara pengelompokan siswa. Selain itu dengan kotak
belajar “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget) dapat digunakan sebagai sarana
pembelajaran mengenal silsilah kulawarga jawa.
Bahan
yang digunakan dalam Media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget) ini
tergolong murah dan mudah didapatkan, hanya kardus bekas, karton dan sterofoam.
Dengan harga yang murah dan mudah dibuat, Media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut
Banget) memberikan banyak konstribusi dalam pembelajaran bahasa jawa
terutama aksara jawa.
D.
Kelebihan
Media
Kotak
Belajar
“AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget)
a. Mudah
di bawa: Dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan ringan membuat media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget) dapat disimpan diatas lemari atau di ruang
kelas, sehingga tidak membutuhkan ruang
yang luas, dapat digunakan di mana saja, di kelas ataupun di luar kelas.
b. Praktis:
dilihat dari cara pembuatan dan penggunaannya, media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget) sangat praktis dalam
menggunakan media ini Guru
tidak perlu memiliki keahlian khusus, selain
itu media
ini tidak membutuhkan listrik. Jika akan menggunakan kita tinggal menyusun
urutan aksara jawa sesuai dengan keinginan kita, pastikan posisi aksara jawanya
tepat tidak terbalik, dan jika sudah digunakan tinggal disimpan kembali dengan
cara dilipat atau menggunakan kotak
khusus supaya tidak tercecer. Selain itu
biaya pembuatan media “AJAIB”
(Aksara Jawa Imut Banget) ini pun sangatlah murah, karena dapat
menggunakan barang-barang bekas seperti kertas kardus sebagai papanya.
c. Gampang
diingat: karakteristik media kotak
belajar
adalah menyajikan huruf aksara Jawa
yang disajikan. Sajian huruf aksara Jawa
ini akan
memudahkan siswa untuk mengingat dan menghafal bentuk huruf tersebut.
d.
Menyenangkan: Media Kotak belajar dalam penggunannya bisa melalui permainan. Misalnya siswa berlomba-lomba
mencari satu kartu yang bertuliskan huruf aksara Jawa tertentu yang disimpan secara acak, dengan cara berlari siswa berlomba
untuk mencari sesuai perintah. Selain mengasah kemampuan kognitif juga melatih
ketangkasan (fisik).
e. Memberikan
inovasi baru dalam pembelajaran Bahasa Jawa.
f. Memudahkan
Guru
dalam mengajarkan aksara jawa yang banyak dan rumit kepada siswa serta
memudahkan siswa memahaminya.
g. Aman
digunakan: dapat
digunakan oleh siswa baik di dampingi Guru
maupun tidak,
karena tidak memiliki sisi-sisi yang tajam dan terbuat dari bahan yang lunak
dan lembut.
E.
Teknik
Pembuatan
Kotak
Belajar
“AJAIB” (Aksara Jawa Imut Banget)
1. Siapkan
kertas yang agak tebal seperti kertas duplek atau dari bahan kardus. Kertas ini
berfungsi untuk menyimpan atau menempelkan huruf.
2. Kertas
tersebut di berikan tanda dengan pensil atau spidol dan menggunakan penggaris,
untuk menentukan ukuran 5X5 cm
3. Potong-potonglah
kertas duplek atau kardus tersebut dengan menggunakan gunting atau pisau kater
hingga tepat berukuran 5X5 cm. Buatlah kartu-kartu tersebut sejumlah huruf yang
akan ditempelkan.
4. Selanjutnya,
jika objek huruf akan langsung dibuat
dengan tangan, maka kertas alas tadi perlu dilapisi dengan kertas halus untuk
menggambar, misalnya kertas HVS, kertas concort atau kertas karton.
5. Mulailah
menggambar dengan menggunakan alat gambar seperti kuas, cat air, spidol, pensil warna, atau membuat desain
menggunakan komputer dengan ukuran yang sesuai lalu setelah selesai ditempelkan
pada alas tersebut.
6.
Jika gambar
huruf yang akan ditempel memanfaatkan yang sudah ada, misalnya gambar-gambar
yang di jual di toko, di pasar, maka selanjutnya gambar-gambar tersebut tinggal
di potong sesuai dengan ukuran, lalu ditempelkan menggunakan perekat atau lem
kertas.
F. Persiapan Penggunaan Media “AJAIB” (Aksara
Jawa Imut Banget)
a. Mempersiapkan
diri. Guru perlu menguasai bahan pembelajaran dengan baik, memiliki
keterampilan untuk menggunakan media tersebut. Kalau perlu untuk memperlancar
lakukanlah dengan latihan berulang-ulang meski tidak langsung dihadapan siswa.
Siapkan pula bahan dan alat-alat lain yang mungkin diperlukan. Periksa juga
urutan huruf aksara jawanya kalau-kalau ada yang terlewat atau susunannya tidak
tepat.
b. Mempersiapkan
media “AJAIB” (Aksara Jawa Imut
Banget). Sebelum
dimulai pembelajaran pastikan bahwa jumlahnya cukup, cek juga urutannya apakah
sudah benar, dan perlu atau tidaknya media lain untuk membantu.
c. Mempersiapkan
tempat. Hal
ini berkaitan dengan posisi guru sebagai
penyaji pesan pembelajaran apakah sudah tepat berada di tengah-tengah siswa, apakah
ruangannya sudah tertata dengan baik, perhatikan juga penerangannya lampu atau
intensitas cahaya di ruangan tersebut apakah sudah baik, yang terpenting adalah semua siswa bisa dapat
melihat isi kotak belajar “AJAIB”
(Aksara Jawa Imut Banget) dengan jelas dari semua arah.
d. Mempersiapkan
siswa. Sebaiknya
siswa ditata dengan baik, diantaranya dengan cara duduk melingkar dihadapan Guru, perhatikan siswa untuk
memperoleh pandangan secara memadai. Cara duduk secara melingkar dipastikan
semua siswa dapat melihat sajian dengan baik, berbeda dengan berjejer ke
belakang, mungkin saja ada siswa yang tidak dapat melihat ke depan karena
terhalang teman yang lainnya, atau terlalu jauh sehingga tidak jelas.
G. Cara Penggunaan Media “AJAIB” (Aksara
Jawa Imut Banget)
a. Huruf-huruf
aksara jawa yang sudah disusun di pegang setinggi dada dan menghadap ke depan
siswa.
b. Cabutlah
satu persatu huruf-huruf aksara jawa tersebut setelah Guru selesai menerangkan.
c. Berikan
huruf-huruf aksara jawa yang telah diterangkan tersebut kepada siswa yang duduk
di dekat Guru.
Mintalah siswa untuk mengamati huruf-huruf aksara jawa tersebut satu persatu,
lalu teruskan kepada siswa yang lain sampai semua siswa kebagian.
d. Jika
sajian dengan cara permainan, letakan huruf-huruf aksara jawa tersebut di dalam
sebuah kotak secara acak dan tidak perlu
disusun, siapkan siswa yang akan berlomba misalnya tiga orang berdiri sejajar,
kemudian Guru
memberikan perintah, misalnya cari huruf “ha”.
e. Kemudian, siswa yang paling cepat menemukan huruf “ha”
diminta menuliskan salah satu nama sebutan kaluwarga dalam bahasa jawa melalui
aksara jawa menggunakan Media Kobel ini. Misalnya: menuliskan “Rama” atau “Ibu”
menggunakan aksara jawa dalam Kobel.
f. Guru bersama-sama siswa di kelas mengoreksi penulisan
tersebut.
g. Guru wajib memberi apresiasi dan tanggapan, baik itu
benar atau salah pekerjaan siswa tersebut.
h.
Jika diperlukan, berikan kesempatan siswa yang lain untuk mencoba, agar
pembelajaran kontekstual lebih nyata terlihat.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian makalah tersebut di
atas pada proses kegiatan pembelajaran berkenaan dengan aktivitas siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. Adanya peningkatan motivasi belajar pada
siswa dapat terlihat dari partisipasi serta keaktifan siswa selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Hal tersebut terbukti sebagaimana uraian berikut:
1. Penggunaan media kotak belajar
AJAIB (Aksara Jawa Imut Banget) dalam pembelajaran aksara Jawa berjalan dengan
baik dan hasil yang diperoleh sangat baik dan mempunyai pengaruh positif bagi
siswa. Penulisan makalah ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa. Aspek yang diukur dalam motivasi tersebut adalah tanggapan, perhatian
dan perasaan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Ketiga aspek tersebut dapat
meningkat dengan digunakannya media kotak belajar AJAIB (Aksara Jawa Imut
Banget).
2. Penggunaan media kotak belajar
AJAIB (Aksara Jawa Imut Banget) dalam pembelajaran aksara Jawa sangat baik
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa merasa senang dalam pembelajaran yang berlangsung dan tujuan dari
pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Motivasi mempunyai pengaruh
terhadap hasil nilai siswa yang termotivasi, keinginan belajarnya akan
meningkat.
3. Hasil dari penggunaan media
kotak belajar AJAIB (Aksara Jawa Imut Banget) ini adalah tingkat motivasi siswa
untuk mempelajari aksara Jawa meningkat dan pada akhirnya, nilai ulangan
hariannya tentang aksara Jawa dapat melebihi standar yang ditetapkan.
B. Saran
Ada beberapa saran penulis yang
diharapkan dapat membangun dan mendukung peningkatan kualitas pembelajaran Aksara Jawa di Sekolah Dasar pada khususnya dan seluruh
lembaga pendidikan pada umumnya, diantaranya adalah:
1.
Dalam setiap
pembelajaran, perlu adanya pendekatan, metode, media dan teknik pembelajaran
yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dapat menarik
perhatian dan minat siswa. Hal-hal tersebut
hendaknya telah dipersiapkan oleh seorang guru sebelum melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Karena dengan adanya perencaan dan penentuan metode
serta media yang akan dipakai, pembelajaran akan berjalan secara sistematis.
2.
Siswa sangat
membutuhkan motivasi dari seorang guru. Sebagai seorang guru hendaknya harus
pandai dalam memberikan motivasi di dalam kelas. Karena motivasi sangat diperlukan
untuk meningkatkan semangat belajar siswa dan mereka akan lebih menikmati dan
senang dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan apabila dalam diri mereka
telah tumbuh motivasi.
3.
Dalam
pembelajaran yang terpenting adalah tercapainya tujuan dari pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dapat tercapai jika siswa
dalam kelas tingkat motivasinya tinggi dan siswa menyukai pembelajaran
yang sedang mereka lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2013. “Media
Pembelajaran (Edisi Revisi)”. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Daryanto. 2011. “Media
Pembelajaran”. PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera: Bandung.
Kridalaksana, Harimurti, Dkk. 2001.
“Wiwara Pengantar Bahasa dan Kebudayaan Jawa”. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Sadiman, Arief S, Dkk 1986. “Media
Pendidikan(Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya)”. Pustekkom Dikbud dan CV. Rajawali : Jakarta.
Sadiman, Arief S, Dkk. 1996. “Media
Pendidikan (Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya)”.PT Raja Grafindo
Persada : Jakarta.
Tim
Pena Guru. 2010. “ Remen Bahasa Jawi, SD/ MI kelas 1”. Erlangga: Jakarta.
Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional. 2011. “UU SISDIKNAS Nomor 20 Tahun
2003”. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Maimunah. 2010.
Media Kartu Huruf, Pembelajaran Aksara Jawa, Motivasi (http://multimedianusantara.com)
diakses 21 Maret 2014 pukul 15: WIB
Sayoga. Aksara
jawa hanacaraka pallawa (http: //id.wikipedia.org) diakses pada tanggal 21
Maret 2014 pukul 15.28 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar